Masuknya islam di wilayah kalimantan dapat diketahui dari sumber berupa hikayat kutai dan

Home Nasional Nasional Lainnya

Tim | CNN Indonesia

Rabu, 30 Jun 2021 13:03 WIB

Masuknya islam di wilayah kalimantan dapat diketahui dari sumber berupa hikayat kutai dan

Masuknya Islam di Kalimantan tak lepas dari kaum pedagang Nusantara yang telah memeluk Islam. Berikut sejarah dan perkembangan Kerajaan Islam di Kalimantan. (Ilustrasi Foto: ANTARA FOTO/Bayu Pratama S)

Jakarta, CNN Indonesia --

Sebelum mengenal sejarah kerajaan Islam di Kalimantan, ada baiknya kita mengenal Kalimantan secara umum terlebih dahulu. Sebagai daerah dengan cakupan wilayah yang luas, Kalimantan memiliki hasil bumi yang cukup melimpah.

Hasil bumi dari Kalimantan sudah menjadi incaran para pedagang China sejak tahun 1400 Masehi. Salah satu hasil bumi itu adalah intan yang pada saat itu merupakan daerah penghasil satu-satunya di Nusantara.

Oleh sebab itu, pada abad ke-15 pusat perdagangan intan di Kalimantan Selatan seperti di Tanjungpura dan Matan telah dikuasai oleh para pedagang China.

Adapun istilah-istilah yang di Kalimantan tentang penganut kepercayaan seperti pagan yang merupakan sebuatan bagi penyembah berhala.

Maksudnya, kemungkinan orang-orang Kalimantan belum memeluk satu agama apa pun karena masih memegang sistem kepercayaan nenek moyang.

Selain itu, ada juga Moor, sebutan bagi pemeluk agama Islam, yang mengacu pada gelar bagi Muslim di daerah Spanyol dan Portugis.

Tome Pires yang berkebangsaan Portugal menggunakan istilah ini dalam suma oriental untuk menyebut orang muslim.

Masuknya islam di wilayah kalimantan dapat diketahui dari sumber berupa hikayat kutai dan
Sejarah Kerajaan Islam di Kalimantan (Ilustrasi Foto: dok. Google earth pro)

Moor adalah orang Muslim dari zaman pertengahan yang tinggal di Al-Andalus (Semenanjung Iberian termasuk Spanyol dan Portugis zaman sekarang) dan juga Maroko dan Afrika barat, yang budayanya disebut Moorish.

Deskripsi yang dikemukakan oleh Tome Pires tentang "raja yang menjadi seorang Moor" secara harfiah dapat didefinisikan sebagai raja yang memeluk agama Islam.

Kedatangan Islam di Kalimantan tentunya tidak luput dari jaringan Islamisasi Nusantara. Tidak dapat diketahui dengan pasti kapan masuknya Islam ke Kalimantan Selatan.

Namun, merujuk jurnal berjudul 'Islam di Kalimantan Selatan pada Abad ke-13 sampai Abad ke-17' karya Muhammad Azmi, hal tersebut tidak lepas dari jaringan perdagangan Nusantara yang salah satu penggeraknya adalah para pedagang yang telah memeluk agama Islam.

Tidak mustahil bahwa di antara sekian banyak pedagang yang pernah singgah di Banjarmasin merupakan pedagang muslim dan pernah tinggal di kota pelabuhan ini.


Penyebaran Islam di Kalimantan Selatan

Proses masuknya agama Islam di Kalimantan Selatan disebut mulai sekitar abad 14 M, sebelum Kerajaan Banjar berdiri. Sosok yang berandil dalam penyebarannya adalah pewaris sah kerajaan Negara Daha yang bernama Raden Samudera.

Proses penyebaran Islam di Kalimantan Selatan secara terang-terangan dimulai dengan kontak antara Pangeran Samudera dengan Kerajaan Demak.

Pangeran Samudera meminta bantuan pasukan ke Demak untuk berperang melawan pamannya, Pangeran Tumenggung dalam merebut takhta kekuasaan Negara Daha.

Atas kemenangannya melawan Kerajaan Daha, ia berhasil mengislamkan raja dan pejabat kerajaan, hingga akhirnya agama Islam berkembang semakin pesat berabad-abad kemudian.

Itulah sejarah Islam di Kalimantan yang dimulai dari Kalimantan Selatan. Semoga bermanfaat.

(din/fef)

Saksikan Video di Bawah Ini:

TOPIK TERKAIT

Selengkapnya

LAINNYA DARI DETIKNETWORK

Hikayat Banjar adalah nama umum yang dipakai untuk menyebut kumpulan berbagai naskah-naskah tambo/babad sejarah Kesultanan Banjarmasin dan Kerajaan Kotawaringin, Indonesia yang ditulis dalam aksara Arab-Melayu.

Naskah-naskah ini yang kemudian dinamakan Hikayat Banjar terdiri dari Hikayat Banjar resensi I dan Hikayat Banjar resensi II. Hikayat Banjar resensi I diambil Cerita Turunan Raja-raja Banjar dan Kotawaringin serta naskah yang serupa yang lainnya, sedangkan Hikayat Banjar resensi II diambil dari Sejarah Lambung Mangkurat, Tutur Candi, dan lain-lain.

Hikayat Banjar mengandungi sejarah raja-raja Banjar di Kalimantan Selatan dan raja-raja Kotawaringin di Kalimantan Tengah. Setelah dikelompokkan maka diketahui naskah-naskah tersebut secara garis besar terdiri dua golongan menurut alur ceritanya yang agak berbeda satu sama lain, yang dinamakan Hikayat Banjar resensi I dan Hikayat Banjar resensi II.

Hikayat Banjar resensi I pada bagian akhir teks bertarikh dari 1663 atau sesudahnya; bagian awalnya adalah lebih lama. Teks ini sepanjang 4,787 baris (120 halaman). Edisi teks bersama penjelasan lanjut dari segi konteks sejarah budaya dan kesusteraan diterbitkan oleh ahli filologi Belanda Hans Ras pada 1968.[1] Bagian akhir Hikayat Banjar menceritakan kemelut politik di Kesultanan Banjar yaitu perebutan kekuasaan antara Pangeran Ratu, Raden Bagus dan Pangeran Suria Nata II yang terjadi pada tahun 1663.[2]

Dalam Hikayat Banjar, sering digunakan manira untuk kata ganti orang pertama dan pakanira (pakenira) untuk kata ganti orang kedua yang merupakan Bahasa Bagongan yang digunakan di Kesultanan Banten. Beberapa kosakata di dalam keraton Banjar yang digunakan dalam Hikayat Banjar mengacu pada istilah yang digunakan di keraton Banten, misalnya kata Siti Luhur (bahasa Jawa: Siti Hinggil), kamitan (kemitan), wawangkon, paseban dan sebagainya. Istilah Siti Luhur hanya digunakan di keraton Banjar dan keraton Banten, sedangkan di keraton Cirebon serta keraton Jawa lainnya digunakan istilah Siti Hinggil.

Secara struktur Hikayat Banjar dapat dibagi dalam sembilan bagian. Kisah pertama mengisahkan asal Kerajaan Hindu di Tenggara pulau Kalimantan (sekarang provinsi Kalimantan Selatan). Fungsi kisah ini adalah jelas untuk memberikan model bagi organisasi politik kerajaan dan menetapkan pedoman bagi istiadat istana dan kesusilaan. Ini diikuti dengannabababbauhvav javbauha agama ya ausvvs delapan bagian mengisahkan secara berturut-turut mengenai:

  • raja dan permaisuri pertama dinasti (Kerajaan Negara Dipa), diikuti dengan bagian susur galur (kraton I)
  • raja pertama Negara Daha, diikuti bagian susur galur (kraton II)
  • raja pertama Banjarmasin, diikuti bagian susur galur (kraton III)
  • raja pertama Martapura, diikuti bagian susur galur (kraton IV)

Teks Hikayat Banjar telah ditulis dan disalin beberapa kali. Daripada beberapa bagian yang dikekalkan; versi "Resensi II" diambil dari versi lebih lama yang berasal dari tradisi lisan [yang merupakan naskah bercorak dunia pewayangan yang sering dinamakan Tutur Candi], sementara versi lain di Leiden University Library MS. Or. 1701, mewakili versi lebih tua.

  • J.J. Ras, Hikajat Bandjar: a study in Malay historiography. The Hague: Martinus Nijhoff, 1968. (Bibliotheca Indonesica; 1).
  • malay concordance project
  • http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/197006242006041-TEDI_PERMADI/Hikayat_Banjar_dan_Prionsip_Penyajian_Teks.pdf
  • http://www.kabarbanjarmasin.com/posting/jj-ras-peneliti-hikayat-banjar.html Diarsipkan 2014-05-29 di Wayback Machine.

  1. ^ (Melayu) Johannes Jacobus Ras, Hikayat Banjar terjemahan dalam Bahasa Malaysia oleh Siti Hawa Salleh, Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, Lot 1037, Mukim Perindustrian PKNS - Ampang/Hulu Kelang - Selangor Darul Ehsan, Malaysia 1990.
  2. ^ http://britishlibrary.typepad.co.uk/asian-and-african/2013/12/malay-manuscripts-from-banjar.html

 

Artikel bertopik sejarah ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hikayat_Banjar&oldid=21231952"