Limbah padat merupakan hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur atau bubur yang berasal dari suatu proses pengolahan. Limbah padat berasal dari kegiatan industri dandomestik. Limbah domestik pada umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah pada Show Berdasarkan sifat kimia terdapat dua jenis limbah padat, yaitu: kegiatan perdagangan, perkantoran, peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum. Jenis-jenis limbah padat, kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan, plastik, metal, gelas/kaca, organic, bakteri, kulit telur dan lain-lain. Limbah padat adalah sisa aktifitas manusia yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Limbah padat umumnya dalam bentuk sisa makanan (limbah padat dapur), daun-daunan, ranting pohon, kertas/karton, plastik, kain bekas, kaleng-kaleng, logam, drum, debu sisa penyapuan, dsb (SNI 19-2454-1991). Limbah padat adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan, baik karena telah sudah diambil bagian utamanya, atau karena pengolahan, atau karena sudah tidak ada menfaatnya yang ditinjau dari segi sosial ekonomi tidak ada harganya dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan terhadap lingkungan hidup (Hadiwiyoto, 1983). Sumber-sumber dari limbah padat sendiri meliputi seperti pabrik gula, pulp, kertas, rayon, plywood , limbah nuklir, pengawetan buah, ikan atau daging. Secara garis besar limbah padat terdiri dari :
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Jenis Sampah – Pengertian, Sumber, Prinsip, Pengolahan, Faktor, Dampak Sumber-Sumber Limbah padat
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : “Klasifikasi Limbah” Definisi Beserta Contohnya Jenis dan Macam Limbah padatBerdasarkan sifat kimia terdapat dua jenis limbah padat, yaitu:
Berdasarkan sifat fisiknya, limbah padat digolongkan menjadi : 1. Limbah padat Basah (Garbage), 2. Limbah padat Kering (Rubbish),
3. Limbah padat Lembut,
4. Limbah padat Besar (Bulky Waste), 5. Limbah padat Berbahaya dan Beracun, B3 (Hazardous Waste),
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : “Limbah Organik” Definisi & ( Jenis – Prinsip Pengolahan ) Sifat-Sifat Limbah PadatInformasi mengenai komposisi kimia yang terkandung di dalam limbah limbap padat domestik adalah penting untuk mengevaluasi proses alternatif dan pilihan pemulihan. Sebagai contoh, kelayakan dalam pembakaran limbah padat/ limbah padat bergantung pada komposisi kimia dari limbah padat tersebut. Jika limbah padat akan digunakan sebagai bahan bakar, maka karakteristik penting yang harus diketahui adalah : a. Analisis Proksimat (Proximate Analysis)
b. Titik Pengabuan (Pushing Point of Ash) c. Analisis Unsur (Ultimate Analysis of Solid Waste Components)
d. Kandungan Energi (Energy Content of Sokid Waste Components) e. Nutrien Esensial (Essential Nutrients and Other Elements). Fraksi organik limbah (tidak termasuk karet dan kulit), dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian, Macam, Dan Contoh Pencemaran Lingkungan Beserta Cara Penanggulangannya Lengkap Pemrosesan Limbah PadatTempat Pemrosesan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana limbah padat mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA merupakan tempat dimana limbah padat diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik. TPA yang dulu merupakan tempat pembuangan akhir, berdasarkan UU no 18 Tahun 2008 menjadi tempat pemrosesan akhir didefinisikan sebagai pemrosesan akhir limbah padat dalam bentuk pengembalian limbah padat dan atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman. Selain itu di lokasi pemrosesan akhir tidak hanya ada proses penimbunan limbah padat tetapi juga wajib terdapat 4 (empat) aktivitas utama penanganan limbah padat di lokasi TPA, yaitu (Litbang PU, 2009):
Di Indonesia dikenal konsep controlled landfill sejak tahun 1990-an, yaitu metode perbaikanopen dumping sebelum mampu mengoperasikan pengurugkan limbah padat deangan sanitary landfill. Perbedaan antara kedua metode tersebut terlihat pada tabel berikut. Perbedaan controlled landfill dengan sanitary landfill
Landfill merupakan suatu kegiatan penimbunan limbah padat padat pada tanah. Jika tanah memiliki muka air yang cukup dalam, tanah bisadigali, dan limbah padat bisa ditimbun didalamnya. Metode ini kemudian dikembangkanmenjadi sanitary landfill yaitu penimbunan limbah padat dengan cara yang sehat dan tidak mencemari lingkungan. Sanitary landfill didefinisikan sebagai sistem penimbunan limbah padat secara sehat dimana limbah padat dibuang di tempat yang rendah atau parit yangdigali untuk menampung limbah padat, lalu limbah padat ditimbun dengan tanah yang dilakukanlapis demi lapis sedemikian rupa sehingga limbah padat tidak berada di alam terbuka (Tchobanoglous, et al., 1993). Pada prinsipnya landfill dibutuhkan karena:
Beberapa hal yang sangat diperhatikan dalam operasional sanitary landfill adalahadanya pengendalian pencemaran yang mungkin timbul selama operasional dari landfillseperti adanya pengendalian gas, pengolahan leachate dan tanah penutup yangberfungsi mencegah hidupnya vector penyakit. Berdasarkan peletakkan limbah padat di dalam sanitary landfill, maka klasifikasi dari landfilldapat dibedakan menjadi :
Klasifikasi Landfill Berdasarkan Metode Peletakkan Limbah padat
Beberapa penelitian dan perencanaan sanitary landfill melakukan berbagai upaya inovasi untuk memperbaiki proses degradasi limbah padat di dalam landfill, antara lain:
Metode pengurugkan limbah padat berdasarkan kondisi topografi, sumber materi penutup dan kedalaman air tanah dibedakan metode trench dan area. 1. Metode trench atau ditch
Metode ini diterapkan ditanah yang datar.Dilakukan penggalian tanah secara berkalauntuk membuat parit sedalam dua sampai 3 meter.Tanah disimpan untuk dipakai sebagai bahan penutup.Limbah padat diletakan di di dalam parit, disebarkan, dipadatkandan ditutup dengan tanah. 2. Metode Area
Untuk area yang datar dimana parit tidak bisa dibuat, limbah padat disimpan langsung diatas tanah asli smapai ketinggian beberapa meter.Tanah penutup bisa diambil dariluar TPA atau diambil dari bagian atas tanah. 3. Kombinasi kedua metode
Karena kedua cara ini sama dalam pengurugkannya, maka keduanya dapat dikombinasikan agar pemanfaatan tanah dan bahan penutup yang baik sertameningkatkan kinerja operasi. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Reboisasi : Pengertian, Fungsi, 20 Manfaat Reboisasi dan Penghijauan Alternatif Sistem Pengolahan Limbah padatMelihat komposisi limbah padat di Indonesia yang sebagian besar adalah sisa-sisa makanan, khususnyalimbah padat dapur, maka limbah padat jenis ini akan cepat membusuk, atau terdegradasi oleh mikroorganisme yang berlimpah di alam ini. Pengomposan merupakan salah satu teknik pengolahan limbah organik (hayati) yang mudahmembusuk.Kompos dapat disebut berkualitas baik bila mempunyai karakteristiksebagai humus dan bebas dari bakteri patogen serta tidak berbau yang tidak enak.Limbah padat yang telah membusuk di sebuah timbunan limbah padat misalnya di landfill sebetulnya adalah kompos anaerob yang dapat dimanfaatkan pada pasca operasi.Alasan utama utama kegagalan pengomposan selama iniadalah pemasaran. Salah satu jenis pengolah limbah padat yang sering digunakan sebagai alternatif penanganan limbah padat adalahinsinerator.Saat ini teknologi insinerator dengan penangkap panas (enersi) dikenal sebagai waste-toenergy. Khusus untuk limbah padat kota, sebuah insinerator akan dianggap layak bila selama pembakarannya tidak dibutuhkan subsidi enersi dari luar. Jadi limbah padat tersebut harus terbakar dengan sendirinya. Kelebihan dan kelemahan alternatif sistem pengolahan limbah padat
Teknologi insinerasi merupakan teknologi yang mengkonversi materi padat (dalam hal ini limbah padat) menjadi materi gas (gas buang), serta materi padatan yang sulit terbakar, yaitu abu (bottom ash) dandebu (fly ash). Panas yang dihasilkan dari proses insinerasi juga dapat dimanfaatkan untukmengkonversi suatu materi menjadi materi lain dan energi, misalnya untuk pembangkitan listrik dan airpanas. Insinerasi adalah metode pengolahan limbah padat dengan cara membakar limbah padat pada suatutungku pembakaran. Di beberapa negara maju, teknologi insinerasi sudah diterapkan dengan kapasitasbesar (skala kota). Teknologi insinerator skala besar terus berkembang, khususnya dengan banyaknyapenolakan akan teknologi ini yang dianggap bermasalah dalam sudut pencemaran udara. Salah satukelebihan yang dikembangkan terus dalam teknologi terbaru dari insinerator ini adalah pemanfaatanenersi, sehingga nama insinerator cenderung berubah seperti waste-to-energy, thermal converter. Meskipun teknologi ini mampu melakukan reduksi volume limbah padat hingga 70%, namun teknologi insinerasi membutuhkan biaya investasi, operasi, dan pemeliharaan yang cukup tinggi.Fasilitaspembakaran limbah padat dianjurkan hanya digunakan untuk memusnahkan/membakar limbah padat yang tidakbisa didaur ulang,ataupun tidak layak untuk diurug. Alat ini harus dilengkapi dengan sistempengendalian dan kontrol untuk memenuhi batas-batas emisi partikel dan gas-buangsehingga dipastikanasap yang keluar dari tempat pembakaran limbah padat merupakan asap/gas yang sudah netral. Abu yangdihasilkan dari proses pembakaran bisa digunakan untuk bahan bangunan, dibuat bahan campurankompos, atau dibuang ke landfill. Sedangkan residu dari limbah padat yang tidak bisa dibakar seperti sisalogam bisa didaur ulang.Insinerasi merupakan proses pengolahan buangan dengan cara pembakaran pada temperatur yangsangat tinggi (>800ºC) untuk mereduksi limbah padat yang tergolong mudah terbakar (combustible), yangsudah tidak dapat didaurulang lagi. Sasaran insinerasi adalah untuk mereduksi massa dan volumebuangan, membunuh bakteri dan virus dan meredukdi materi kimia toksik, serta memudahkanpenanganan limbah selanjutnya. Insinerasi dapat mengurangi volume buangan padat domestik sampai 85-95% dan pengurangan berat sampai 70-80 %. Proses insinerasi berlangsung melalui 3 (tiga) tahap, yaitu:
Agar terjadi proses yang optimal maka ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam menjalankansuatu insinerator, antara lain:
Terdapat 3 parameter utama dalam operasi insinerator yang harus diperhatikan, yaitu (Temperature,Time dan Turbulence) :
Skema insinerator kapasitas besar untuk limbah padat kota umumnya terdiri atas bagian-bagian sebagaiberikut
Setiap jenis pencemar, membutuhkan APC yang sesuai pula, sehingga bila seluruh jenis pencemarini ingin dihilangkan, maka akan dibutuhkan serangkaian unit-unit APC yang sesuai. Padainsinerator modular yang sering digunakan di kota-kota di Indonesia, dapat dikatakan sarana inibelum dilengkapi unit APC, paling tidak untuk mengurangi partikel-partikel debu yang keluar.
Nilai kalor limbah padat Indonesia mencapai 1.000 – 2.000 kkal/kg-kering. Dapat dicapai proses insineras yang ekonomis bila limbah padat memiliki nilai kalor paling tidak 2.000 kkal/kg-kering, sehingga tidakdibutuhkan enersi tambahan dari luar. Kebutuhan oksigen dan nilai kalor yang dikandungnya dapatdihitung berdasarkan metode pendekatan kadar unsur limbah padat, misalnya dengan rumus kimia limbah padatIndonesia dengan dominasi rata–rata kandungan limbah padat organik sekitar 60%,limbah padat plastik 17%, danlimbah padat kertas 16% adalah C351,42H2.368,63O1.099,65N13,603S. Di Indonesia, penggunaan insinerator skala kota baru dilaksanakan di Surabaya. Namun karenapermasalahan teknis yang sejak awal telah terjadi, insinerator ini cendererung kurang berfungsi.Insinerator skala modular (skala kecil), banyak dicoba di beberapa kota di Indonesia, walaupun ternyatamengalami beberapa permasalahan, seperti mahalnya biaya operasi, timbulnya permasalahanlingkungan yang terlihat nyata secara visual seperti asap dan bau. Limbah padat yang dibuang ke landfill mengalami beberapa perubahan fisik, kimia dan biologis secara simultan yang diantaranya menghasilkan cairan yang disebut leachate.Leachate bisa didefinisikan sebagai cairan yang telah melewati limbah padat yang telahmengekstrasi material terlarut/tersuspensi dari limbah padat tersebut (Tchobanoglous,1993).Leachate diproduksi ketika cairan melakukan kontak dengan limbah padat yangterutama berasal dari buangan domestik, dimana hal tersebut tidak dapat dihindaripada lahan pembuangan akhir. Leachate dihasilkan dari infiltrasi air hujan ke dalamtumpukan limbah padat di TPA dan dari cairan yang terdapat di dalam limbah padat itu sendiri.Apabila tidak terkontrol, landfill yang dipenuhi air leachate dapat mencemari air bawahtanah dan air permukaan.Pada umumnya karakteristik leachate adalah : cairan berwarna coklat, mempunyaikandungan organik (BOD,COD) tinggi, kandungan logam berat biasanya juga tinggidan berbau septik. Komposisi zat kimia dari leachate berubah-ubah tergantung padabeberapa hal antara lain :
Berdasarkan karakteristik dari leachate, pengolahan sangat diperlukan sebelumleachate dibuang ke badan air.Pengolahan terutama bertujuan untuk mengurangikandungan bahan organik di dalam leachate, mengurangi kandungan nutrient sepertiNH4 dan kandungan logam berat yang diperkirakan ikut larut didalam leachate. Pengolahan leachate bisanya merupakan kombinasi baik pengolahan fisik, kimia dan biologis. Pengolahan leachate merupakan salah satu dari penanganan effluen leachate yang dapat dilakukan. Alternatif lainnya yang dapat dilakukan antara lain:
Sistem Penyaluran Leachate dengan Pipa dan Gambar Detail Pipa
Pengolahan leachate merupakan pengolahan kombinasi antara fisik-kimia dan biologi.Pengolahan fisik bertujuan mengurangi zat padat baik tersuspensi maupun terlarut didalam leachate.Pengolahan ini biasanya digabungkan dengan pengolahan kimia danbiologis. Pengolahan secara kimiawi bertujuan mengurangi kandungan ion-ion di dalamleachate dan proses koagulasi dan flokulasi untuk mengurangi kandungan zat padattersuspensi di dalam leachate. Proses pengolahan biologis tertutama gabungan daripengolahan anerobik dan aerobik bertujuan mengurangi kandungan bahan organic didalam leachate. Alternatif sistem pengolahan yang dapat digunakan untuk mengolahleachate adalah sebagai berikut (Hermana, 2007): 1. Pengolahan dengan Proses Biologis
2. Pengolahan dengan Proses Fisika-Kimia
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Bioteknologi Beserta Penjelasannya Cara Penanganan Limbah PadatUntuk kegiatan menimalisasi limbah padat berpedoman pada konsep pelaksanaan pembangunan berkelanjutaan yang menghemat penggunaan sumber daya alam, serta pembangunan yang member nilai tambah terhadap sumber daya alam. Menghemat sumber daya alam dapat dilakukan melalui cara empat R yaitu replace, reduce, recycle dan reuse, untuk lebih jelasnya dari masing-masing berikut ini. a. ReplaceReplace ialah usaha mengurangi pencemaran dengan menggunakan barang-barang yang ramah lingkungan. Contohnya memanfaatkan daun dari pada plastic sebagai pembungkus, mengganti penggunaan kantong plastic biasa dengan plastic biodegradable, plastic biodegradable merupakan plastic ramah lingkungan. b. ReduceReduce ialah usaha mengurangi pencemaran lingkungan dengan meminimalkan produksi sampah. Contohnya membawa tas belanja sendiri yang besar dari pada banyak kantong plastik, membeli kemasan isi ulang rinso, pelembut pakaian, minyak goring dan lain-lain dari pada membeli botol setiap kali habis, membeli bahan-bahan makanan atau keperluan lain dalam kemasan besar dari pada yang kecil-kecil. Contoh kegiatan reduce sehari-hari lainnya :
c. RecycleRecycle merupakan usaha mengurangi pencemaran lingkungan dengan mendaur ulang sampah melalui penanganan dan teknologi khusus. Proses daur ulang biasanya dilakukan oleh pabrik/industri untuk dibuat menjadi produk lain yang dapat dimanfaatkan. Dalam hal ini pemulung berjasa sekaligus mendapatkan keuntungan karena dengan memilah sampah yang dapat didaur ulang dapat mendapat penghasilan. Misalnya plastik-plastik bekas bisa didaur ulang menjadi ember, gantungan baju, pot tanaman dan lain-lain. Contoh lainnya dari kegiatan recycle sehari-hari :
d. ReuseReuse merupakan usaha mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara menggunakan dan memanfaatkan kembali barang-barang yang seharusnya sudah dibuang. Misalnya memanfaatkan botol/kaleng bekas sebagai wadah, memanfaatkan kain perca menjadi keset, memanfaatkan kemasan plastik menjadi kantong belanja/tas dan lain-lain. Contoh kegiatan reuse sehari-hari :
Daftar Pustaka
|