Lalu lintas perdagangan yang paling penting pada masa kerajaan Majapahit adalah

Sejarah mencatat Sungai Bengawan Solo merupakan jalur transportasi penting pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit.

Senin, 20 September 2021 - 11:30 WIB Editor: Chelin Indra Sushmita | Solopos.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah pegiat lingkungan berkano di Sungai Bengawan Solo, dekat dermaga di Kampung Beton, Kelurahan Sewu, Kecamatan Jebres, Minggu (19/9/2021) pagi. (Istimewa/Budi Utomo)

Solopos.com, SOLO – Bengawan Solo yang merupakan sungai terpanjang dan terbesar di Pulau Jawa memiliki sejarah maritim yang luar biasa pada masa kejayaan Majapahit. Pada masa lalu tepatnya masa kejayaan Majapahit, sungai ini menjadi jalur pedagangan dan transportasi di Laut Jawa.

Sejarah maritim Sungai Bengawan Solo pernah diteliti oleh Ilham Arsandi, Jihan Putri Mileniawati, dan Mila Nursindi Rahayu dalam Riwayat: Educational Journal of History and Humanities yang diterbitkan Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh pada 2020.

Mahasiswa jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka itu menjelaskan betapa pentingnya Sungai Bengawan Solo pada masa Kerajaan Majapahit. Kala itu, Sungai Bengawan Solo menjadi jalur perdagangan dan transportasi utama bagi Kerajaan Majapahit.

Baca juga: Misteri Batu Keramat di Desa Gebang Sragen yang Tak Bisa Dipindah

Dikutip dari laman petabudaya.kemendikbud.go.id, Minggu (19/9/2021), sejak abad XIII-XIV, ketika Kerajaan Majapahit masih berada pada puncak kekuasaannya di Jawa Timur, Sungai Bengawan Solo menjadi jalur transportasi yang ramai.

Pada saat itu Gresik yang masih disebut sebagai pelabuhan Ujung Galuh, menjadi pelabuhan laut terpenting di Jawa Timur bersama Tuban. Sejak masa itu, pelabuhan tersebut merupakan sebuah sarana pendaratan bagi kapal besar dengan jumlah pasukan yang cukup banyak.

Lokasi Gresik ini sangat strategis karena terletak di muara sungai besar yang disebut sebagai Bengawan Semanggi atau kini dikenal sebagai Bengawan Solo.

Baca juga: Cerita Warga Klaten Jadi Miliarder Berkat Uang Ganti Rugi Tol, Beli Mobil Malah Tabrak Pagar

Berdasarkan data dari Kementerian PUPR Ditjen Sumber Daya Air BBWS Bengawan Solo, sungai ini merupakan yang terbesar di Pulau Jawa. Sungai ini memiliki aliran sungai yang luasnya sekitar 16.100 km persegi yang membentang dari Pegunungan Sewu, tepatnya di perbatasan antara Pacitan dan Wonogiri, hingga ke laut Jawa di sebelah utara Surabaya.

Sungai ini terpanjang di Pulau Jawa ini melintasi dua provinsi, Jawa Timur dan Jawa Tengah, dengan panjang 548,53 km. Hulu sungai ini berada di Gunung Lawu yang mengalir melintasi berbagai kota besar mulai dari Wonogiri, Solo, Ngawi, dan Bojonegoro yang bermuara di Laut Jawa wilayah Gresik.

Baca juga: Potensi Tsunami 33,5 Meter di Wonogiri, 6 Pantai Ini Berpotensi Terdampak

Aliran Sungai Bengawan Solo

Mata air Sungai Bengawan Solo berasal dari lereng gunung seribu [pegunungan Sewu] yang terletak di sebelah tenggara wilayah eks-Keresidenan Surakarta. Mata air tersebut mengalir ke arah barat daya dan menjadi batas antara wilayah Kabupaten Pacitan dengan Kabupaten Wonogiri.

Aliran air terus mengarah ke timur hingga sampai ke mata air Gunung Gamping di wilayah tenggara Rembang. Selanjutnya air mengalir ke timur sampai di perbatasan Bojonegoro dan Tuban hingga memasuki wilayah Gresik dan Kota Sedayu sebelum bermuara ke Laut Jawa di sebelah utara Selat Madura.

Kemudian aliran sungai berbelok ke barat memasuki wilayah Kabupaten Wonogiri. Setelah sampai di Desa Kakap aliran sungainya mengalir ke arah utara, dan ketika sampai di sebelah selatan kota Wonogiri, menjadi lebih besar karena adanya tumpahan air kali Keduwang yang sumbernya dari Gunung Lawu.

Setelah melewati kota Wonogiri aliran sungai ini menuju ke arah barat laut, dan mendapatkan tumpahan air kali Dengkeng yang mata airnya dari Gunung Merapi.

Baca juga: Daftar 25 Wilayah Rawan Tsunami di Pulau Jawa, 4 di Jateng Termasuk Wonogiri

Sungai Bengawan Solo kemudian mengalir ke arah timur laut memasuki Kota Solo yang mendapatkan tumpahan air Kali Pepe yang mata airnya berasal dari Gunung Merbabu. Air terus mengalir kea rah timur laut yang menerima tumpahan dari Kali Kedungbang di Gunung Lawu dan berbelok ke utara mengarah ke Sragen, kemudian ke timur di perbatasan wilayah Ngawi dan Sragen.

Aliran Sungai Bengawan Solo bertambah Panjang karena mendapatkan limpahan air dari Kali Kedungbanteng dari Gunung Lawu hingga terus mengalir ke tumor sampai bertemu di Sungai Madiun. Dari situlah Sungai Bengawan Solo menjadi lebih besar, karena semua sungai dari Wilayah Panaraga, Madiun, Magetan dan Ngawi.

Dari Kota Ngawi air sungai ini mengalir ke arah utara memasuki wilayah kabupaten Rembang, di antara Kabupaten Blora dan Kabupaten Bojonegora, terus ke utara sampai di wilayah Cepu mendapatkan tambahan dari Kali Batokan yang sumbernya dari mata air Gunung Gamping sebelah utara kota Blora.

Baca juga: Asale Sungai Bengawan Solo Mengalir dari Wonogiri ke Gresik

Bengawan Solo Riwayatmu Kini

Kini, sungai yang menjadi rute transportasi vital pada masa lalu itu tercemar limbah dan kondisinya sangat memprihatinkan. Selama sepekan terakhir Sungai Bengawan Solo menjadi perhatian karena airnya menghitam akibat tercemar limbah ciu. Hal ini bukan hanya menimbulkan bau busuk yang menyengat, tetapi juga membuat ikan-ikan yang hidup di aliran sungai mabuk hingga menyembul ke permukaan.

Berdasarkan hasil penyidikan, aparat Polres Sukoharjo menangkap dua tersangka berinisial J, 36, dan H, 40, yang membuang limbah ciu ke aliran sungai. Kedua tersangka itu dengan sengaja mengumpulkan limbah dari produsen alkohol yang semestinya dibawa ke instalasi pengolahan air limbah (IPAL), tetapi malah dibuang ke sungai. Kedua tersangka membuka jasa pembuangan limbah itu selama setahun terakhir dengan modal dua mobil pikap dan mesin diesel.

Kata Kunci : Sungai Sejarah Sungai Bengawan Solo Asale

tirto.id - Kerajaan Majapahit berdiri di tepi Sungai Brantas, Jawa Timur, pada akhir abad ke-13 Masehi setelah kehancuran Kerajaan Singasari. Sejarah mencatat, Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya yang merupakan menantu Kertanegara, raja terakhir Singasari.

Tahun 1292 M, Raja Kertanegara terbunuh dalam pemberontakan Jayakatwang. Raden Wijaya akhirnya berhasil membalaskan dendam mertuanya itu berkat strateginya memanfaatkan pasukan Mongol yang datang ke Jawa.

Setelah memadamkan pemberontakan Jayakatwang dan mengusir pasukan Mongol, Raden Wijaya mendirikan pemerintahan penerus Singasari yang kemudian dikenal sebagai Kerajaan Majapahit pada 1293 M.

Dalam buku Majapahit: Batas Kota dan Jejak Kekayaan di Luar Kota (2012), Inajati Adrisijanti mengungkapkan, Raden Wijaya memulai Majapahit dari sebuah hutan di dekat Sungai Brantas, tepatnya di Trowulan, Mojokerto.

Majapahit mencapai puncak kejayaan saat dipimpin oleh cucu Raden Wijaya, yakni Hayam Wuruk (1350-1389 M). Pada era Hayam Wuruk yang didampingi Mahapatih Gajah Mada, Majapahit meraih kemajuan di berbagai sektor kehidupan, termasuk dalam aspek ekonomi.

Marwati Djoenoed Poesponegoro dalam Sejarah Nasional Jilid II (1990), menerangkan, pada era Hayam Wuruk dan Gajah Mada, Majapahit menguasai hampir seluruh wilayah Nusantara, bahkan mencapai Semenanjung Malaya serta beberapa wilayah di Asia Tenggara.

Baca juga:

  • Sejarah Hayam Wuruk: Fakta Raja Majapahit & Masa Kejayaan
  • Sejarah Runtuhnya Singasari dan Pemberontakan Jayakatwang
  • Sejarah Kerajaan Majapahit: Pemimpin Lemah, Negara Punah

Faktor Pendukung Perekonomian Majapahit

Kerajaan Majapahit memiliki dua faktor pendukung yang menunjang kemajuan kehidupan ekonominya, yaitu keberadaan Sungai Brantas dan Bengawan Solo serta adanya beberapa pelabuhan atau bandar dagang milik Majapahit di pantai utara Jawa.

Sungai Brantas dan Bengawan Solo

Kerajaan Majapahit memiliki wilayah kekuasaan yang terletak di antara lembah Sungai Brantas dan Bengawan Solo, di daratan rendah bagian utara Jawa Timur. Keberadaan dua sungai inilah yang menjadi faktor pertama pendukung perekonomian Majapahit.

Tanah wilayah kekuasaan Majapahit subur dan cocok untuk bertani serta menghasilkan banyak komoditas pertanian untuk memperkuat perekonomian kerajaan.

Baca juga:

  • Sejarah Hidup Tribhuwana Wijayatunggadewi Sri Ratu Majapahit
  • Apa Saja Peninggalan Kerajaan Majapahit dalam Bidang Sastra?
  • Sejarah Kabupaten Tuban Bermula dari Ronggolawe vs Majapahit

Pertanian dikembangkan sawah dan ladang dengan sistem pengerjaan secara bergilir. Tujuan dari sistem ini adalah untuk melestarikan lahan dan menjaga kesuburan tanahnya sehingga menghasilkan produktivitas dalam jangka panjang.

Sungai adalah jalur perdagangan penting bagi Majapahit, yaitu melalui Sungai Brantas dan Bengawan Solo. Adanya jalur sungai ini melancarkan arus perdagangan dari pesisir menuju pedalaman, begitu pula sebaliknya.

Selain itu, di daerah-daerah sekitar aliran sungai, banyak dilakukan proyek perbaikan tanggul untuk menangkal terjadinya banjir.

Dalam buku Sejarah Indonesia (2014) terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang disusun oleh Amurwani dan kawan-kawan dijelaskan, pada era Hayam Wuruk, dibangun sarana dan prasarana lalu lintas seperti jalan-jalan dan jembatan.

Adanya akses jalan yang baik dan jembatan sebagai penghubung antar-tempat semakin mendukung peningkatan aktivitas perekonomian yang berdampak positif terhadap kemakmuran kerajaan dan segenap rakyat Majapahit.

Baca juga:

  • Sejarah Giri Kedaton: Kerajaan Ulama Merdeka dari Majapahit
  • Peninggalan Sejarah Kerajaan Majapahit: Situs Prasasti dan Candi
  • Sejarah Raden Patah: Putra Majapahit Pendiri Kerajaan Islam Demak

Pelabuhan dan Bandar Dagang di Pesisir Utara

Faktor yang kedua adalah peran beberapa pelabuhan atau bandar dagang milik Kerajaan Majapahit, terutama yang berada di pesisir pantai utara Jawa. Pelabuhan atau bandar dagang ini amat penting dalam mendukung perdagangan sebagai salah satu kekuatan ekonomi Majapahit.

Di wilayah kekuasaan Majapahit terdapat banyak kota pesisir yang sekaligus menjadi pelabuhan, sebut saja Canggu, Surabaya, Sedayu, Tuban, Kalimas, Pasuruan, dan lainnya.

Pelabuhan atau bandar-bandar dagang Majapahit berfungsi sebagai sarana ekspor-impor dan transit bagi komoditas rempah-rempah dari kawasan timur Nusantara. Selain itu, Majapahit juga diuntungkan dengan hasil pajak terkait komoditas tersebut.

Dikutip dari Indonesian Heritage Series: Ancient History (2003) suntingan John Miksic, pajak yang dikenakan terhadap komoditas rempah-rempah yang melewati Jawa merupakan sumber pemasukan penting bagi Majapahit.

Jalur pelayaran ini berimbas kepada kemakmuran wilayah kekuasaan Majapahit. Pada masa ini, sudah terjadi perdagangan antar pulau bahkan perniagaan dengan luar seperti Cina, India, Siam (Thailand), Persia (Iran), dan negeri-negeri Melayu serta kawasan timur Nusantara.

Baca juga:

  • Sejarah Kerajaan Majapahit: Kekuatan Militer dan Persenjataan
  • Sejarah Majapahit: Corak Agama Kerajaan, Toleransi, & Peninggalan
  • Tahun Berapa Sejarah Kerajaan Majapahit Berdiri & Terletak di Mana?

Baca juga artikel terkait SEJARAH INDONESIA atau tulisan menarik lainnya Syamsul Dwi Maarif
(tirto.id - sym/isw)


Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Iswara N Raditya
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif

Subscribe for updates Unsubscribe from updates