Lagu-lagu apa saja yang dimainkan dalam musik Panting

KOMPAS.com - Kalimantan Selatan adalah provinsi Indonesia yang memiliki penduduk asli yang disebut dengan Suku Dayak.

Seiring dengan berkembangan jaman, Kalimantan Selatan mulai dimasuki oleh orang luar seperti Melayu, Jawa, Bugis, China, Arab, dan Belanda.

Namun Suku Melayulah yang diperkirakan datang terlebih dahulu ke Kalimantan Selatan bahkan sebelum berdirinya Kerajaan banjar.

Walaupun merupakan pendatang, Suku Melayu menjalin hubungan harmonis dengan Suku Dayak. Bahkan di antara kedunya terjadi penrcampuran darah yang menghasilkan suku baru yaitu Suku Banjar.

Seperti suku-suku lainnya, Suku Banjar juga memiliki bahasa, adat-istadat, serta keseniannnya sendiri. Salah satu hasil kebudayaan Suku Banjar Kalimantan Selatan adalah alat musik Panting.

Baca juga: Daftar Alat Musik Tradisional di Indonesia

Lupi Anderiani dalam jurnal berjudul Musik Panting di Desa Barikin Kalimantan Selatan: Kemunculan, Keberadaan, dan Perubahannya (2016), menyebutkan bahwa istilah panting diambil dari teknik memainkan alat musik tersebut dengan cara dipanting atau dipetik.

Alat musik panting terbuat dari kayu nangka dan memiliki bentuk seperti mandolin dan gitar namun lebih ramping.

Dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, pada bagian tubuh panting terdapat lubang kecil untuk resosnanasi suara sedangkan bagian bawahnya ditutupi oleh kulit binatang.

Panting hanya memiliki empat buah dawai dan biasanya diukir dengan ukiran khas banjar. Alat musik panting biasanya tidak dimainkan sendirian, namun secara bersamaan dengan alat musik lainnya dan disebut dengan musik panting.

Lagu-lagu apa saja yang dimainkan dalam musik Panting

Lagu-lagu apa saja yang dimainkan dalam musik Panting
Lihat Foto

kalsel.kemenag.go.id

Alat musik Panting khas Kalimantan Selatan

Menurut Warisan Budaya Takbenda Indonesia, musik panting memainkan alat musik panting bersamaan dengan alat musik lainnya seperti babun (kendang), gong, biola, ketipung, marawis, dan alat musik lainnya untuk mendapatkan irama yang merdu dan meriah.

Baca juga: Ganda, Alat Musik Daerah Sulawesi Tengah

Rima Suryana dalam jurnal berjudul Nilai-Nilai Sosial dalam Penyakian Musik Panting di Banjarmasin (2015), menyebutkan bahwa musik Panting memiliki nilai-nilai luhur yang terkandung berupa nilai religius, pendidikan, moral, estetis, dan adat istiadat yang disampaikan melalui musik kepada anggota masyarakat yang mendengarnya.

Sehingga syair-syair merdu yang dimainkan musik panting sarat akan petuah dengan alunan menghanyutkan pendengarnya.

Jika pada zaman dahulu panting hanya dimainkan dalam upacara dan ritual adat Suku Banjar, namun dewasa ini musik panting dilakukan dalam segala macam perhelatan seni, pernikahan, acara besar, hiburan, dan juga sebagai pengiring berbagai tarian tradisional.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

SEBUAH tembang berbahasa daerah Banjar, Ampar-ampar Pisang, terdengar merdu diiringi lembut musik tradisional sekilas mirip karawitan bercampur gambus yang disebut Panting. Beberapa tamu yang di antaranya merupakan wisatawan mancanegara tampak kagum dan menikmati sajian musik tradisional di lobi sebuah hotel berbintang di Kota Banjarmasin.

Sajian musik tradisional panting ini menjadi salah satu upaya pihak hotel untuk memikat para tamu sekaligus melestarikan seni dan budaya daerah. Musik Panting adalah musik tradisional khas suku Banjar di Kalimantan Selatan.

Panting sendiri berarti petik, dimana suara musik dihasilkan dengan memetik senar atau dawai layaknya alat musik gambus dari Timur Tengah. Hal ini dikemukakan tokoh seniman musik panting Kalsel Lupi Anderiani.

"Istilah panting berasal dari teknik memainkan alat musik dengan cara dipanting atau dipetik," ujarnya.

Lupi yang merupakan putera dari maestro seniman tradisional musik panting Alm AW Syarbaini asal Desa Barikin, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, ini menyebut keberadaan musik tradisional panting di Kalsel cukup berkembang dibandingkan dengan musik tradisional lainnya. Perkembangan ini dapat dilihat dari minat masyarakat menikmati musik panting tidak hanya di desa tetapi menyebar hingga ke masyarakat perkotaan.

"Dulu musik panting hanya dimainkan pada acara resepsi perkawinan masyarakat di perkampungan, tetapi sekarang  merambah ke daerah perkotaan, di acara pemerintahan dan perayaan hari besar nasional. Dulu biasa ditampilkan di panggung sederhana, sekarang musik panting sering dimainkan di dalam gedung dan hotel berbintang," tuturnya.

Baca juga: Musik Gamelan Mengubah Hidup Rasino

Pada masa sekarang musik panting kerap dikolaborasikan dengan musik pop, dangdut, rock dan genre lainnya. Hal ini dikarenakan pakem dalam kesenian musik panting tidak terlalu mengikat, karena fungsinya untuk pertunjukan hiburan. Kesenian musik panting kini sudah berkembang hingga luar Kalsel seperti Yogyakarta dan Samarinda, Kalimantan Timur.

Razie, seniman muda musik panting di Banjarmasin, mengatakan minat generasi muda terhadap kesenian musik panting tinggi. Grup musik panting tumbuh di berbagai daerah seiring bannyaknya kompetisi atau lomba musik panting antar pelajar dan mahasiswa sering digelar. Bahkan musik panting menjadi salah satu mata pelajaran ekstrakurikuler di sekolah dan perguruan tinggi.

Secara umum alat musik panting dapat digambarkan berupa alat musik petik berbentuk seperti mandolin atau gambus, dengan hanya memiliki empat buah senar. Pada bagian ujung terdapat ukiran khas banjar. Panting dimainkan secara bersamaan dengan alat musik lainnya seperti babun (kendang), gong, biola, ketipung, suling, marawis serta guguncai (sejenis gamelan).

Menurut catatan sejarah musik, panting adalah musik tradisional yang memiliki nilai-nilai luhur berupa nilai religius, pendidikan, moral, estetis, dan adat istiadat. Pesan atau petuah ini disampaikan melalui musik dan tembang berbahasa daerah kepada masyarakat. (OL-5)
 

Musik Panting adalah kesenian musik asli dari Suku Banjar di Kalimantan Selatan.[1] Alat musik utama dalam musik Panting adalah alat musik petik yang disebut panting. Panting dimainkan bersama dengan suling, biola, kendang, kempul, gong, marawis, ketipung dan tamborin. Musik Panting termasuk dalam musik jenis kordofon dengan tangga nada diatonik.[2] Musik Panting selalu dimainkan pada saat Tari Japin ditampilkan.[3]

Panting terbuat dari kayu nangka, Rengas, Laban (Vitex pinnata), Kemuning [4] kulit hewan, dan tali senar yang beragam. Bentuknya menyerupai gitar dengan ukuran yang lebih kecil dan ramping tanpa lekukan.[5] Panting dapat dimainkan secara perorangan maupun beberapa orang.[6] Panting kini sudah sangat jarang ditemui karena ditelan oleh Zaman. [7]

Panting dibagi menjadi beberapa bagian. Berikut penjelasan tentang bagian-bagiannya:

1. Kepala Panting, yaitu bagian paling atas Panting yang diberi tiga buah pemutar untuk memutar senar.

2. Tali Panting, yakni tiga senar yang dipasang dari bagian perut Panting sampai kepala Panting.

3. Leher Panting, yaitu bagian yang kurus dan panjang diantara perut dan kepala Panting.

4. Perut Panting, yaitu lebar yang ditutupi kulit kambing atau ular.

5. Pohon Panting, yaitu pangkal bagian bawah Panting.

Alat musik Panting telah ada sejak abad ke-18 Masehi. Kehadirannya bersamaan dengan perkembangan Tari Japin. Alat musik ini berkembang di Desa Rantau Bujur, Kecamatan Sungai Pinang, Kabupaten Tapin. Penggunaannya kemudian berkembang menjadi musik rakyat hingga ke Desa Tatakan, Desa Tambarangan, dan Desa Pematang Sungkai.[8] Pada awalnya, musik Panting hanya digunakan sebagai musik pengiring dan pelengkap Tari Japin. Musik ini kemudian mulai digunakan pada tari-tari tradisional lain di wilayah Kalimantan Selatan. Selain itu, musik Panting juga digunakan pada tari-tari kreasi baru.[9]

  1. ^ Andreani 2016, hlm. 141.
  2. ^ Andreani 2016, hlm. 142.
  3. ^ Laila (Oktober 2015). "Eksistensi Media Tradisional sebagai Media Informasi Publik". Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan. 19 (2): 72. doi:10.46426/jp2kp.v19i2.28. ISSN 2527-693X. 
  4. ^ Syamsiar, Seman (2004). Mandulang Intan. Banjarmasin: Kemendikbud Kalimantan Selatan. hlm. 17. ISBN 978-979-15063-5-9.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  5. ^ Maknun 2017, hlm. 263.
  6. ^ Suryana 2015, hlm. 171.
  7. ^ "Musik Panting". Internet. Diakses tanggal 29 mei.  Periksa nilai tanggal di: |access-date= (bantuan)
  8. ^ Maknun 2017, hlm. 262.
  9. ^ Suryana 2015, hlm. 178.
  • Andreani, Lupi (Desember 2016). "Musik Panting di Desa Barikin Kalimantan Selatan: Kemunculan, Keberadaan dan Perubahannya". Resital. 17 (3): 140–157. doi:10.24821/resital.v17i3.2229.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  • Maknun, Moch. Lukluil (2017). "Legenda Lok Laga (Studi Lirik Lagu Musik Panting Kalsel)". Panangkaran. 1 (2): –. doi:10.14421/panangkaran.2017.0102-04.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  • Suryana, Rima (2015). "Nilai-nilai Sosial dalam Penyajian Musik Panting di Banjarmasin". Socius. 4 (2): 170–180. doi:10.20527/jurnalsocius.v4i2.3320. ISSN 2089-967X.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
 

Artikel bertopik budaya ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Musik_Panting&oldid=18449381"