Kota Yatsrib adalah negeri hijrah umat Islam yang pertama kali negeri ini dikenal sebagai penghasil

Perkembangan Islam Pasca HijrahNabi Muhammad SAWMasa kerasulan Muhammad dengan turunnya wahyu dibagi menjadidua periode sejarah. Pertama, periode Mekkah, yaitu sejak beliaumenerima wahyu pertama sampai dengan beliau Hijrah dari Mekkah keMadinah. Kedua, periode Madinah, yaitu sejak beliau Hijrah dari Mekkahke Madinah tahun 622 M hingga wafatnya beliau pada 12 Robi’uI Awal 11H.Selama periode Mekkah, pengikut Nabi Muhammad SAW hanyasekelompok kecil, belum menjadi suatu komunitas yang mempunyaiwilayah tertentu dan kedaulatan. Posisi umat Islam pada waktu itu sangatlemah sebagai golongan minoritas tertindas dan tidak mampumenentang kekuasaan kaum Quraisy Mekkah. Tetapi setelah Hijrah keMadinah, posisi Nabi dan umat Islam mengalami perubahan besar. DiMadinah, mereka mempunyai posisi yang baik dan segera menjadi suatukomunitas umat yang kuat dan berdiri sendiri. Nabi sendiri yang menjadipemimpin masyarakat yang baru dibentuk dan akhimya menjadi suatunegara.Pekerjaan besar yang dilakukan Rasulullah dalam periode Madinahadalah pembinaan masyarakat Islam yang baru terbentuk karenamasyarakat merupakan wadah pengembangan kebudayaan, makabersamaan dengan pembinaan masyarakat itu diletakkan pula dasar-dasar kebudayaan Islam, sehingga terbentuk sebuah masyarakat Islamyang kokoh dan kuat. Dasar-dasar kebudayaan yang diletakkan olehRasulullah pada umumnya merupakan sebuah nilai dan norma yangmengatur manusia dan masyarakat dalam hal yang berkaitan denganperibadatan, sosial, ekonomi, dan politik yang bersumber dari al-Qur’andan sunnah.Sebelum kedatangan Nabi Muhammad SAW, Madinah disebut Yastrib,adalah daerah oasis, penghasil kurma unggul, dan gandum. Yastribmerupakan wilayah pertanian yang sangat subur yang menghasilkanhasil pertanian yang melimpah, selain itu suhu tropisnya tidak sepanas diMekkah. Hal itulah yang membuat Islam lebih diterima Yastrib. Sementaraitu, penduduk Yastrib menunggu-nunggu kedatangan Nabi. Waktu yangtelah mereka tunggu-tunggu itu telah tiba. Nabi memasuki Yastrib danpenduduk kota itu mengelu-elukan kedatangan beliau dengan penuhkegembiraan. Sejak itu, sebagai penghormatan kepada Nabi, namaYastribdiubahmenjadiMadinnatunNabiatauseringdisebutjugaMadinah Afuna’waroh.

Rabu, 03 Juni 2020 - 16:58 WIB

Kurma dan anggur tumbuh subur di Madinah. Foto/Ilustrasi/Ist

KOTA Madinah letaknya kurang lebih sekitar 340 kilometer dari kota Makkah dan sekitar 190 kilometer dari tepi Laut Merah. Madinah dikelilingi oleh pegunungan dan bukit-bukit. Kota ini memiliki iklim gurun. Rata-rata suhu udaranya berkisar antara 10 hingga 25 derajat celcius. Pada musim panas, suhu di kota ini bisa naik hingga 30 derajat sampai 45 derajat celcius.

Dalam buku Al-Madinah al-Munawwarah fi at-Tarikh: Dirasah Syamilah karya Abdussalam Hasyim Hafidz, kota Madinah sebelum Islam diisi penduduk yang berasal dari tragedi yang menimpa di masa Nabi Nuh AS. Diceritakan bahwa sebagian umat Nabi Nuh itu tenggelam terbawa banjir besar, termasuk putra Nabi Nuh, Kan’an. (Baca juga: Seluruh Umat Manusia Mati, Nabi Nuh Jadi Bapak Manusia Kedua )

Sedangkan sebagian umat yang selamat, mereka ikut serta dalam bahtera kapal Nabi Nuh selama satu tahun 10 hari. Usai selamat, terdapat salah seorang pengikut Nabi Nuh bernama, Yatsrib bin Qaniyah bin Mahlail, melancong ke sebuah tempat. Kejadian ini bertepatan pada 2600 sebelum Masehi (SM), dan nama tempat yang dilanconginya itu pun dikenal dengan nama Yatsrib.(Baca juga: Nabi Nuh Membagi Bumi Kepada Ketiga Anaknya )

Dinamai Yatsrib karena merujuk pada orang pertama yang mendatangi tempat tersebut. Meski dalam sejarahnya Yatsrib telah mendatangi tempat itu, namun sejatinya beliau tidak lama menetap di sana dan memutuskan untuk pindah ke Juhfah.

(Baca juga: Jadi Makhluk yang Terjelek, Kutukan Nabi Nuh Kepada Keturunan Yafits )

Kendati demikian, nama Yatsrib yang diabadikan menjadi sebuah kota semakin populer dan dikenal banyak orang-orang Arab di masa itu maupun masa seterusnya.Selain para pengikut Nabi Nuh, Yastrib sebelum Islam juga pernah diisi dengan sejumlah kekuatan politik, salah satunya dari Dinasti Amalekit. Meski dinasti ini kekuasaannya berpusat di Mesir, namun mereka sesungguhnya mempunyai kekuatan yang tersebar di berbagai kawasan Arab lainnya.

Baca juga: Hitam dan Jadi Budak, Doa Nabi Nuh untuk Keturunan Ham

Antara lain Suriah, Yaman, Makkah, dan juga Yatsrib. Kekuasaan Dinasti Amalekit ini mendiami Kota Yatsrib setelah pengikut Nabi Nuh bermigrasi ke Juhfah. Adapun para klan dari Dinasti Amalekit yang mendiami Yatsrib antara lain Bani Sa’ad, Bani Haf, Bani Mathar, Bani al-Azraq, hingga Bani Ghaffar.

Baca juga: Doa Nabi Nuh, Keturunan Sam Menjadi Nabi dan Raja

Berganti Madinah

Kira-kira pada 622 Masehi, Nabi Muhammad hijrah ke kota ini. Penduduk kota amat sangat bersuka cita. Sejak saat itu, nama kota tempat tinggal mereka diubah, yakni dari Yastrib menjadi Madinah.

Yathrib telah dipilih oleh Allah untuk melindungi Nabi SAW setelah hijrah dan untuk menghasilkan tidak hanya Masyarakat Islam pertama tetapi juga untuk melayani sebagai titik fokus untuk panggilan universal Islam.

Baca juga: Menag Tegaskan Pembatalan Keberangkatan Jemaah Haji Sudah Dikaji Mendalam

Bukan tanpa alasan Rasulullah SAW memilih nama al-Madinah al-Munawwarah. Cendekiawan Muslim, Nurcholish Madjid (Cak Nur) (1939-2005) pernah menelaah masalah ini dalam sebuah artikelnya.Menurut Cak Nur, kebijakan Nabi SAW mengubah nama kota itu bukan perkara kebetulan. Di baliknya, terkandung makna yang luas dan mendalam, mengubah cara hidup masyarakat di Jazirah Arab.Secara kebahasaan, kata madinah berarti 'kota.' Kata ini punya akar kata yang sama dengan din yang berarti 'agama.' Kedua kata itu berasal dari tiga huruf yang digabungkan, yaitu "d-y-n" (dal-ya'-nun), yang bermakna dasar 'patuh.'

Baca juga: Pemerintah Batalkan Haji 2020, DPRD Purwakarta Desak Kompensasi bagi Calhaj

Dengan demikian, lanjut Cak Nur, baik madinah maupun din mengajarkan sikap tunduk-patuh kepada Sang Maha Pencipta. 'Kepatuhan penuh pasrah' kepada Tuhan, dalam bahasa Arab disebut sebagai Islam, yang memiliki makna 'damai' dan 'keselamatan.'

Perkataan madinah yang digunakan Nabi SAW untuk mengganti nama Yatsrib menyiratkan semacam deklarasi. Di tempat baru itu hendak diwujudkan suatu masyarakat yang tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Secara sosial dan politik, masyarakat itu divisikan teratur atau berperaturan, sebagaimana mestinya sebuah tatanan yang ideal.


Page 2

Hadits of The Day

Dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya dia berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah mendengar seseorang mengucapkan: Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu, bahwasanya Engkau adalah Allah Yang Maha Esa, yang bergantung pada-Nya segala sesuatu, yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sungguh dia telah meminta kepada Allah dengan nama-Nya yang Agung, yang apabila diminta dengan menyebut-Nya, pasti akan diberi dan apabila berdoa dengan menyebut-Nya pasti akan dikabulkan.

(HR. Sunan Ibnu Majah No. 3847)


Page 3

Rabu, 03 Juni 2020 - 16:58 WIB

مَا كَانَ لِأَهْلِ ٱلْمَدِينَةِ وَمَنْ حَوْلَهُم مِّنَ ٱلْأَعْرَابِ أَن يَتَخَلَّفُوا۟ عَن

رَّسُولِ ٱللَّهِ وَلَا يَرْغَبُوا۟ بِأَنفُسِهِمْ عَن نَّفْسِهِۦ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ لَا يُصِيبُهُمْ ظَمَأٌ وَلَا نَصَبٌ وَلَا مَخْمَصَةٌ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا يَطَـُٔونَ مَوْطِئًا يَغِيظُ ٱلْكُفَّارَ وَلَا يَنَالُونَ مِنْ عَدُوٍّ نَّيْلًا إِلَّا كُتِبَ لَهُم بِهِۦ عَمَلٌ صَٰلِحٌ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ ٱلْمُحْسِنِينَ

“Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui yang berdiam di sekitar mereka jika tidak turut serta berperang dengan Rasulullah. Dan tidak patut pula bagi mereka jika lebih mencintai diri mereka sendiri ketimbang Rasulullah. Ini karena setiap mereka merasakan kehausan, kepayahan, dan kelaparan pada jalan Allah, menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, maka selalu dituliskanlah bagi mereka sebagai amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” (QS. at-Taubah:120)

Ayat ini turun kepada penduduk Madinah, karena Allah SWT mendorong mereka untuk berjihad bersama Rasulullah SAW dan menjanjikan pahala yang besar. Kata al-madinah dengan menunjukan kota Madinah juga terdapat dalam surah al-Ahzab (ayat ke 60) da dalam surah al-Munafiqun (ayat ke-8). (Baca juga: Kisah Leluhur Rasulullah dan Jabatan Pemegang Kunci Ka'bah )

Hubungan Dekat

Muhammah Husain Haekal dalam Sejarah Hidup Muhammad juga memaparkan bagi Rasulullah, Madinah mempunyai arti hubungan bukan hubungan dagang, tetapi suatu hubungan yang dekat sekali. Di tempat itu ada sebuah kuburan, dan sebelum wafat, sekali setahun ibunya berziarah ke tempat itu. Sedang famili-familinya, dari pihak Banu Najjar, ialah keluarga kakeknya Abd'l-Muttalib dari pihak ibu. Kuburan itu ialah makam ayahnya, Abdullah bin Abd'l-Muttalib. Ke makam inilah Aminah sebagai isteri yang setia berziarah. (Baca juga: Ka'bah: Kisah Nazar Abdul Muthalib Menyembelih Anaknya )

Dulu Abd'l-Muttalib juga sebagai ayah yang kehilangan anak yang sedang muda belia dan tegap, pernah berziarah. Ketika berusia enam tahun, Nabi Muhammad juga pernah ke Yathrib menemani ibunya. Jadi bersama ibunya ia juga ziarah ke makam ayahnya itu. (Baca juga: Kisah Leluhur Rasulullah dan Jabatan Pemegang Kunci Ka'bah )

Kemudian mereka berdua kembali pulang. Aminah jatuh sakit di tengah perjalanan, sampai wafat. Lalu dikuburkan di Abwa' -pertengahan jalan antara Yathrib dengan Makkah.

Baca juga: Islam Turun di Makkah, Benarkah Karena Wilayah Itu Paling Bejat?

Jadi tidak heranlah apabila tanda-tanda kemenangan bagi Rasulullah itu dimulai dari jurusan sebuah kota yang mempunyai hubungan sedemikian rupa. Ke arah ini jugalah dulu beliau menghadap, tatkala dalam sembahyang itu al-Masjid'l-Aqsha di Bait'l-Maqdis dijadikan kiblatnya, tempat sesepuhnya Musa dan Isa. (Baca juga: Kisah Penyerangan Kabah: Abrahah Binasa oleh Virus Mematikan )

(mhy)