Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Indonesia sepanjang tahun 2020 sebesar US$ 141,57 miliar. Impor ini terkontraksi tajam 17,34% dari tahun 2019 yang tercatat impor sebesar US$171,38 miliar. "Kalau bandingkan posisi dengan 2019 terjadi penurunan impor cukup dalam yakni 17,34%, dimana impor kita paling besar adalah berupa mesin dan peralatan mekanis," ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Jumat (15/1/2021). Adapun pun penurunan impor sepanjang 2020 ini terjadi untuk semua sektor baik impor konsumsi, bahan baku dan barang modal. Impor konsumsi turun 10,93%, impor barang modal turun 16,73% dan tertinggi penurunan impor bahan baku sebesar 18,32%. Menurutnya, kontraksi impor ini disebabkan oleh permintaan turun selama pandemi Covid-19. "Tahun 2020 luar biasa karena pandemi, mengganggu sisi supply and demand sehingga bisa dipahami ketika ada penurunan impor," jelasnya. Namun, dengan adanya penanganan kesehatan oleh semua negara terutama melalui vaksinasi, diharapkan kinerja impor akan lebih baik lagi ke depannya. Sebab, ini akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi ke depan. "Tapi seiring vaksinasi, kepatuhan masyarakat, kita harap di 2021 kita harus lebih optimis sehingga perekonomian akan jadi lebih baik," kata dia. Berikut 10 komoditas yang paling banyak di impor selama tahun 2020: 1. Mesin dan peralatan mekanis US$ 21,80 miliar2. Mesin dan perlengkapan elektrik US$ 19,02 miliar3. Plastik dan barang dari plastik US$ 7,15 miliar4. Besi dan baja US$ 6,85 miliar5. Bahan kimia organik US$ 5,02 miliar6. Kendaraan dan bagiannya US$ 4,43 miliar7. Serealia US$ 3,02 miliar8. Berbagai produk kimia US$ 2,97 miliar9. Ampas/sisa industri makanan US$ 2,91 miliar 10. Perangkat optik, fotografi, sinematografi, medis US$ 2,90 miliar [Gambas:Video CNBC] (hoi/hoi)
Aktivitas impor pasti dilakukan oleh setiap negara di dunia. Impor tak selamanya buruk. Impor barang modal dan bahan baku tentu punya peran dalam menggerakkan industri. Hal ini berbeda dengan impor barang konsumsi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai impor Indonesia per Juli 2021 mencapai US$15,11 miliar. Angka ini turun lebih dari 12% dibanding Juni 2021, namun naik 86,39% ketimbang Juli 2020. Berdasarkan golongannya, produk impor dibagi dua: impor migas dan nonmigas. Impor migas tentu saja berkaitan dengan seluruh produk migas dan turunannya. Sementara impor nonmigas di luar kelompok tersebut. Nah, impor barang nonmigas ini dibagi lagi berdasarkan klasifikasinya. Di Indonesia, klasifikasi barang ekspor-impor menggunakan kode HS (HS code). HS sendiri merupakan singkatan dari Harmonized System. Nilai impor nonmigas Indonesia pada Juli 2021 mencapai US$13.328,3 juta. Berikut adalah peringkat komoditas impor nasional berdasarkan kode HS-nya (Januari-Juli 2021)
Pada Juli 2021, golongan barang farmasi mengalami peningkatan paling besar yakni 66,67%. Hal ini tak lepas dari importasi produk-produk farmasi terutama vaksin Covid-19 dari berbagai negara. Dari golongan penggunaan barang, maka porsi impor terbesar ditempati impor bahan baku/penolong yakni 75,84%. Sementara sisanya, barang modal menyumbang porsi 14,35% dan barang konsumsi 9,81%. Tarif PPN 11 Persen Berlaku 1 April 2022, Berimbas ke Harga Barang-Barang? Meski dikenal sebagai negara agraris dengan lahannya yang subur, Indonesia ternyata masih belum sanggup memenuhi kebutuhan pangannya sendiri. Pasokan pangan masyarakat di tanah air masih dipenuhi dengan mengimpor dari negara lain seperti Thailand, Vietnam bahkan Madagaskar.Sebut saja ubi kayu, pemerintah lewat para petani lokalnya ternyata belum bisa memenuhi kebutuhan pangan tersebut. Terbukti kurun Januari-Juni 2013, pemerintah masih mengimpor sekitar 100.798 ribu kg ubi kayu. Sementara komoditas pangan yang paling banyak di impor adalah gula tebu dan jagung dengan volume impor masing-masing sebesar 1,85 miliar dan 1,29 miliar kg.Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) berikut 28 komoditas pangan masyarakat Indonesia yang masih diimpor dari negara lain untuk periode Januari-Juni 2013, Sabtu (3/8/2013): 1. Beras Nilai impor : US$ 124,36 jutaVolume impor : 239,31 juta kgNegara asal : Vietnam, Thailand, Pakistan, India, Myanmar, dan lainnya.2. Jagung Nilai impor : US$ 393,18 jutaVolume impor : 1,29 miliar kgNegara asal : India, Argentina, Brazil, Paraguay, Amerika Serikat dan lainnya.3. Kedelai Nilai impor : US$ 509,47 jutaVolume impor : 826,33 juta kgNegara asal : Amerika Serikat, Malaysia, Argentina, Ethiopia, Ukraina dan lainnya.4. Biji Gandum dan Meslin Nilai impor : US$ 1,22 miliarVolume impor : 3,24 miliar kgNegara asal : Australia, Kanada, India, Amerika Serikat, Singapura, dan lainnya.5. Tepung Terigu Nilai impor : US$ 36,8 jutavolume impor : 82,5 juta kgNegara asal : Srilanka, India, Ukraina, Turki, Jepang, dan lainnya.6. Gula Pasir Nilai impor : US$ 20,06 jutaVolume impor : 32,64 juta kgNegara asal : Thailand, Malaysia, Australia, Korea Selatan, Selandia Baru, dan lainnya.7. Gula Tebu Nilai impor : US$ 980,46 jutaVolume impor : 1,85 miliar kgNegara asal : Thailand, Brazil, Australia, El Salvador, Guatemala dan lainnya.8. Daging Sejenis Lembu Nilai impor : US$ 87,25 jutaVolume impor : 17,86 juta kgNegara asal : Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, Singapura, Korea Selatan dan lainnya.9. Jenis Lembu Nilai impor : US$ 123,84 jutaVolume impor : 44,28 juta kgNegara asal : Australia10. Daging Ayam Nilai impor : US$ 509,47 jutaVolume impor : 826,33 juta kgNegara asal : Malaysia11. Garam Nilai impor : US$ 43,12 jutaVolume impor : 923,57 juta kgNegara asal : Australia, India, Jerman, Selandia Baru, Singapura dan lainnya.12. Mentega Nilai impor : US$ 43,85 jutaVolume impor : 10,18 juta kgNegara asal : Selandia Baru, Belgia, Australia, Perancis, Belanda dan lainnya.13. Minyak Goreng Nilai impor : US$ 33,07 jutaVolume impor : 34,88 juta kgNegara asal : India, Malaysia, Vietnam, Thailand, Singapura dan lainnya.14. Susu 15. Bawang Merah Nilai impor : US$ 28,57 jutaVolume impor : 63,17 juta kgNegara asal : India, Thailand, Vietnam, Filipina, China dan lainnya.16. Bawang Putih Nilai impor : US$ 144,43 jutaVolume impor : 187,86 juta kgNegara asal : China, India dan Vietnam17. Kelapa Nilai impor : US$ 441.191 Volume impor : 445.585 kgNegara asal : Thailand, Singapura, Vietnam dan Filipina18. Kelapa Sawit Nilai impor : US$ 1,74 jutaVolume impor : 3,24 juta kgNegara asal : Malaysia, Papua Nugini dan Kepulauan Virginia19. Lada Nilai impor : US$ 2,003 jutaVolume impor : 136.277 kgNegara asal : Vietnam, Malaysia, Belanda, India dan lainnya.20. Teh Nilai impor : US$ 15,66 jutaVolume impor : 11,41 juta kgNegara asal : Vietnam, India, Kenya, Iran, Srilanka dan lainnya.21. Kopi Nilai impor : US$ 31,52 jutaVolume impor : 13,48 juta kgNegara asal : Vietnam, Brazil, Amerika Serikat, Italia, dan lainnya.22. Cengkeh Nilai impor : US$ 1,87 jutaVolume impor : 182.861 kgNegara asal : Madagaskar, Mauritis, Singapura23. Kakao Nilai impor : US$ 36,02 jutaVolume impor : 14,37 juta kgNegara asal : Ghana, Pantai Gading, Papua Nugini, Kamerun, Ekuador dan lainnya.24. Cabe (kering tumbuk) Nilai impor : US$ 11,25 jutaVolume impor : 8,79 juta kgNegara asal : India, China, Malaysia, Jerman, Thailand, dan lainnya.25. Cabe (awet sementara) Nilai impor : US$ 1,09 jutaVolume impor : 1,11 juta kgNegara asal : Thailand, China dan Malaysia26. Tembakau Nilai impor : US$ 274,7 jutaVolume impor : 54,59 juta kgNegara asal : China, Turki, Brasil, Filipina, Amerika Serikat dan lainnya.27. Ubi Kayu Nilai impor : US$ 38.380Volume impor : 100.798 kgNegara asal : Thailand28. Kentang Negara asal : Australia, Kanada, China dan Inggris. (Sis/Nur)
POPULER
Berita TerbaruBerita Terkini Selengkapnya |