KEPRIBADIAN dalam Islam terdapat dalam surat

Pola-Pola Kepribadian dalamAl-Quran

6 Februari 2017 oleh zen syam

KEPRIBADIAN dalam Islam terdapat dalam surat
Pada saat ini pendidikan Islam dihadapkan kepada berbagai persoalan yang makin berat, dimana masyarakat sedang mengalami krisis moral. Melalui media masa, cetak maupun elektronik, kita dapat memperoleh informasi mengenai gejala dekadensi moral seperti adegan kekerasan, sadisme dan keberingasan.

Dalam dunia pendidikan gejala-gejala itu ditandai dengan tawuran dan kekerasan antar pelajar, penyalahgunaan obat-obat terlarang dan aksi-aksi pornografi. Kecenderungan tersebut merupakan fenomena dan permasalahan bagi lembaga pendidikan dalam memperkuat pengamalan nilai-nilai Islam bagi kehidupan individual dan sosial.

Oleh karena itu pendidikan Islam memiliki peranan penting dan strategis dalam mengembangkan kemampuan manusia agar mereka, kini dan kelak, mampu mengembangkan dan mengendalikan kehidupannya secara seimbang lahir dan batin serta terus menerus mencari kebahagiaan abadi melalui aktualisasi nilai-nilai Islami.

Agar manusia dapat mengaktualisasikan nilai-nilai Islami tersebut, maka mereka perlu bantuan ilmu pengetahuan serta pemupukan iman dan akhlak yang kuat, sehingga tidak hanya mengenal agama dalam teks-teks saja tapi juga mendalami dan menghayatinya dalam situasi dan kondisi kehidupan sehari- hari.

Para psikolog memandang kepribadian sebagai struktur dan proses psikologis yang tetap, yang menyusun pengalaman-pengalaman individu serta membentuk berbagai tindakan dan respons individu terhadap lingkungan tempat hidup. Dalam masa pertumbuhannya, kepribadian bersifat dinamis, berubah-ubah dikarenakan pengaruh lingkungan, pengalaman hidup, ataupun pendidikan. Kepribadian tidak terjadi secara serta merta, tetapi terbentuk melalui proses kehidupan yang panjang.

Dalam kepribadian manusia terkandung sifat-sifat hewan dan sifat-sifat malaikat yang terkadang timbul pergulatan antara dua aspek kepribadian manusia tersebut. Adakalanya, manusia tertarik oleh kebutuhan dan syahwat tubuhnya, dan adakalanya ia tertarik oleh kebutuhan spiritualnya.

Dalam Al-Quran diisyaratkan tentang adanya dinamika psikologi yang dialami oleh manusia, yakni antara kecenderungan pada kesenangan-kesenangan jasmani dan kecenderungan pada godaan-godaan kehidupan duniawi. Jadi, sangat alamiah bahwa pembawaan manusia tersebut terkandung adanya dinamika antara kebaikan dan keburukan, antara keutamaan dan kehinaan, dan lain sebagainya. Untuk mengatasi dinamika antara aspek material dan aspek spiritual pada manusia tersebut dibutuhkan solusi yang baik, yakni dengan pendidikan Islam yang bisa menciptakan keselarasan diantara keduanya.

Dengan dinamika pasikologi itu, terisyaratkan bahwa manusia memiliki potensi positif dan potensi negatif. Dimana hakikatnya potensi positif manusia lebih kuat daripada potensi negatifnya. Hanya saja daya tarik keburukan lebih kuat dibanding daya tarik kebaikan.

Potensi positif dan negatif manusia ini banyak diungkap oleh Al-Quran. Diantaranya terdapat dua ayat yang menyebutkan potensi positif manusia, yaitu Surah at-Tin ayat 5 dan Surah al-Isra ayat 70. Di samping itu, banyak juga ayat Al-Quran yang mencela manusia dan memberikan penilaian negatif terhadap manusia. Diantaranya adalah manusia sangat aniaya dan mengingkari nikmat (Q.S.Ibrahim: 34), manusia sangat banyak membantah (Q.S. Al-Kahfi: 54), dan manusia bersifat keluh kesah lagi kikir (Q.S. Al-Maarij: 19).

Sebenarnya, dua potensi manusia yang saling bertolak belakang ini diakibatkan oleh perseteruan diantara tiga macam nafsu, yaitu nafsu ammarah bi as-suu, jiwa yang selalu menyuruh kepada keburukan (QS. Yusuf: 53), nafsu lawwamah, jiwa yang amat mencela. (QS. Al-Qiyamah: 1-2), dan nafsu muthmainnah, jiwa yang tenteram (QS. Surah al-Fajr: 27-30). Konsepsi dari ketiga nafsu tersebut merupakan beberapa kondisi berbeda yang menjadi sifat suatu jiwa di tengah-tengah pergulatan psikologis antara aspek material dan aspek spiritual.

Dari sinilah mulai terasa betapa pentingnya pendidikan yang berasaskan pada nilai-nilai Al-Quran dan Hadits yang mampu menggali potensi dan dimensi yang dimiliki oleh manusia, yang memandang seluruh potensi manusia secara komprehensif dalam upayanya menyerap seluruh wawasan keilmuan dan dimensi spiritualnya.

Dalam makalah ini penulis mencoba berbagi dan mendeskripsikan pola-pola kepribadian dalam pedidikan Islam, sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al-Baqarah Ayat 1-4, 6-7, 34-35. Pola-pola kepribadian ini diselaraskan dengan pendapat para ahli psikologi dan yang seharusnya mendapatkan perhatian oleh kita sebagai pendidikan demi peningkatan pendidikan Islam pada masa yang akan datang.

Surat Al-Baqarah Ayat 1-4, 6-7, 34-35.

Pada awal pembahasan makalah ini akan dimulai dengan pemahaman tentang firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ini sebagai landasan utama bagi pengembangan pendidikan Islam. Dengan perincian bahasan sebagai berikut:

Munasabah Ayat

Terdapat tiga hal munasabat surat Al-Baqarah dengan surat sebelumnya yakni surat Al-Fatihah, yaitu Pertama; Surat Al-Fatihah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surat Al-Baqarah dan surat-surat sesudahnya. Kedua; di bagian akhir surat Al-Fatihah disebutkan permohonan hamba agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedangkan surat Al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Quran adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksud itu. Ketiga: di akhir surat Al-Fatihah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat. Sedangkan di awal surat Al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir dan orang munafik.

Asbabun Nuzul

Menurut Prof. Dr. Hamka, surat Al-Baqarah ini berarti lembu betina, karena kisah tentang Bani Israil disuruh oleh Nabi Musa AS untuk mencari seekor lembu betina yang akan disembelih. Merupakan surat terpanjang yang ada dalam Al-Quran, yakni sebanyak 286 ayat, dan tergolong surat Madaniyah, yaitu surat yang diturunkan ketika Rasulullah SAW awal-awal berada di Madinah setelah Hijrah dari Mekkah

Tiga belas tahun Rosulullah menegakkan akidah di Mekkah dan mulailah Rasulullah membagun sebuah peradaban dan Negara di Madinah. Selain tentunya masih mendapat pengawasan dari orang-orang kafir Quraisy Mekkah yang senantiasa mencurigai dan membenci atas dakwah Rasulullah di Madinah, serta Rasulullah pun juga mulai berhadapan dengan kaum Yahudi yang telah beratus tahun berada di Madinah yang telah berkali-kali diusir oleh raja-raja Romawi atas mereka dari Palestina.

Selain dalam surat Al-Baqarah mencerikan tentang kaum Yahudi, juga terdapat ayat-ayat yang berkenaan dengan rumah tangga, perkawinan dan perceraian, perintah mengerjakan haji, perintah mengerjaka puasa dan zakat, mencela keras memakan riba, dan perintah memperbanyak derma dan shodaqah, perintah berperang untuk mempertahankan aqidah, serta peristiwa terpenting dalam surat Al-Baqarah tentang pengalihan Kiblat dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram Mekkah, dan tentunya juga tentang pola-pola kepribadian yang sedang dibahas ini

Penjelasannya

DalamQS. Al-Baqarah: 1-4, Allah SWT berfirman:Artinya; Alif Laam Miin. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya kehidupan akhirat.

Menurut Prof. Dr. H. M. Quraish Shihab makna dari ayat pertama ini berarti Hanyalah Allah yang mengetahuinya, karena dari berbagai pendapat ulama tentang penafsirannya ayat ini juga masih mendapat banyak perdebatan. Sedangkan menurut Pof. Dr. Hamka, berdasarkan riwayat dari Al-Baihaqi dan Ibnu Jarir yang diterima dari sahabat Ibnu Masud bahwa ayat pertama ini diambil dari nama Allah yang agung. Dan merupakan panggilan serta untuk menarik perhatian tentang ayat-ayat yang akan turun mengiringinya

Setelah penyebutan Alif Laam Miin, ditegaskan bahwa Al-Quran merupakan kitab sempurna yang tidak terdapat keragu-raguan sedikitpun padanya baik secara rasional maupun emosional, dan menyangkut kebenaran sumber dan kandungannya sedemikian jelas, serta berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia yang bertakwa kepada Allah SWT.

Pada ayat berikutnya Allah menyebutkan ciri-ciri orang yang bertakwa, yaitu percaya kepada yang ghoib, dimana puncaknya adalah beriman kepada Allah SWT, serta melaksanakan sholat secara berkesinambungan dan sempurna, disamping itu mereka juga menafkahkan sebagian rezekinya kepada mereka yang berhak menerimanya, baik materi maupun non materi. Dan selanjutnya mereka beriman kepada kitab yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad yakni Al-Quran, dan kitab-kitab yang telah diturunkan kepada Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad SAW. Dan mereka juga beriman terhadap kebenaran akan datangnya hari kiamat.

DalamQS. Al-Baqarah: 6-7, Allah SWT berfirman:Artinya;Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. dan bagi mereka siksa yang Amat berat.

Al-Quran seringkali menggabungkan dalam penjelasannya sesuatu yang berlawanan, seperti setelah menyebutkan surga diuraikan pula tentang neraka, menjelaskan tentang yang hidup diikuti pula dengan penjelasan tentang yang mati dan demikian seterusnya, termasuk penjelasan tentang orang yang beriman pada ayat sebelumnya dan pada ayat ini dijelaskan pula tentang orang-orang yang kafir.

Yang disebut orang kafir adalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, Rasul, Kitab, Malaikat dan Hari Kiamat. Disini disebutkan bahwa orang kafir itu adalah ahli kitab dan orang-orag musyrik, yang sangat ingkar kepada Rasullah, mereka tidak akan beriman walaupun diberi peringatan yang disertai ancaman, bagi mereka sama saja, apakah diberi peringatan keras atau tidak

Hal yang menyebabkan orang-orang kafir tidak meneerima peringatan adalah karena hati dan pendengaran mereka tertutup bahkan terkunci mati, tidak dapat menerima petunjuk dan segala macam nasehat. Sehingga mereka tidak dapat melihat, memperhatikan dan memahami ayat-ayat Al-Quran yang telah mereka dengar dan mengambil hikmah atas tanda-tanda kebesaran Allah di cakrawala, permukaan bumi dan pada diri mereka sendri

DalamQS. Al-Baqarah: 34-35, Allah SWT berfirman:Artinya;Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: Sujudlah kamu kepada Adam, Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; Ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang kafir. Dan Kami berfirman: Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu Termasuk orang-orang yang zalim.

Inilah kelanjutan dari pelaksanaan keputusan Allah yang mengangkat Khalifah di muka bumi itu. Adam telah dijadikan dan telah diajarkan kepadanya berbagai nama, dan banyak ilmu yang diberikan kepadanya, yang tidak diberikan kepada para malaikat, dan diperintahkannya para malaikat untuk memberi hormat kepada adam dengan cara bersujud. Malaikat pun tunduk melaksanakan perintah itu kecuali iblis, dia enggan menjalankan perintah itu dan bersombong karena dia memilki dasar sifat kufur. Disinilah bentuk kekuasaan Allah yang tidak hanya kuasa menciptakan makhluk yang baik saja melainkan juga bisa menciptakan makhluk yang jelek, kufur sebagai cobaan dan ujian bagi hamba-hambanya yang benar-benar beriman dan bertakwa

Pada ayat berikutnya diterangkan bahawa Adam AS dan istrinya diperbolehkan menikmati makanan apa saja di dalam surga dengan aman dan leluasa, hanya saja Allah melarang mereka mendekati dan memakan buah dari pohon tertentu, setan menamakan pohon tersebut dengan pohon keabadian, karena jika Adam dan istrinya memakan buah tersebut akan kekal selama-lamanya di surga, padahal yang sebenarnya adalah sebaliknya. Dan Adampun tertipu daya oleh setan sehingga tergolong orang yang dhalim terhadap diri mereka sendiri, sehingga menerima hukuman dari Allah yang mengakibatkan mereka kehilangan kehormatan dan kebahagiaan yang telah mereka peroleh

Pengertian Kepribadian

Kepribadian bagi seorang manusia bisa diartikan organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psikofisik yang menentukan caranya yang khas (unik) dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. (GW. Allport, Personality: A Psychological Interpretation)

Menurut Lawrence A. Pervin, seorang tokoh psikologis terkenal mengatakan bahwa kepribadian itu adalah karakteristik seseorang yang menyebabkan munculnya konsistensi perasaan, pemikiran dan prilaku.

Al-Quran menjelaskan kepribadian manusia dan pola umum kepribadian yang banyak terdapat pada semua masyarakat. Allah berfirman dalam surat Asy-Syams ayat 7-10, Demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaanya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasihan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

Menurut tabiat dan bentuk kejadiannya, manusia diberi bekal kebaikan dan keburukan serta petunjuk dan kesesatan. Orang yang mendayagunakan potensi tersebut untuk meningkatkan kualitas jiwa, menyucikannya serta mengembangkan potensi, maka ia beruntung. Sebaliknya orang yang memendam, menyesatkan dan melemahkan potensinya tersebut, ia sangat merugi.

Dalam al-Quran terdapat penjelasan tentang kepribadian manusia dan ciri-ciri kepribadiannya yang bersifat umum yang akan membedakan manusia dari makhluk Allah yang lainnya, beberapa pola atau contoh umum kepribadian manusia, gambaran kepribadian yang stabil dan labil dan faktor- faktor yang menentukan stabil dan labilnya kepribadian manusia.

Pola-Pola Kepribadian Menurut Al-Quran.

Kepribadian merupakan keniscayaan, suatu bagian dalam diri manusia yang masih perlu digali dan ditemukan agar sampai kepada keyakinan siapakah diri manusia yang sesungguhnya. Dalam Al-Quran Allah telah menerangkan pola kepribadian manusia yang memiliki keistimewaan dibandingka dengan pola kepribadian makhluk lainnya. Al-Quran menggambarkan tiga pola kepribadian manusia, yakni kepribadian orang beriman, kepribadian orang kafir, dan kepribadian orang munafik.

Berikut ini adalah sifat-sifat atau ciri-ciri dari masing-masing pola kepribadian manusia berdasarkan apa yang dijelaskan dalam rangkaian surat Al-Baqarah ini:

Kepribadian Orang Beriman (Muminun)

Ciri-ciri dari orang yang mukmin adalah: 1) Berkaitan dengan akidah: beriman kepada Allah Swt., Rasul-rasul, Kitab-kitab, Malaikat, hari kiamat, hari kebangkitan, hisab, surga, neraka, hal-hal gaib serta takdir; 2) Berkaitan dengan ibadah: beribadah kepada Allah, menunaikan berbagai kewajiban, bertakwa kepada Allah, senantiasa berdzikir, beristighfar, bertawakal, dan membaca Al-Quran; 3) Berkaitan dengan hubungan sosial: bergaul dengan orang lain secara baik, dermawan dan berbuat baik, bekerja sama, setia kawan dan kooperatif, menyuruh kepada kebaikan dan melarang kepada kemunkaran, pemaaf, memperhatikan kepentingan orang lain dan menghindari perbuatan yang sia-sia;

4) Berkaitan dengan hubungan keluarga: selalu berbuat baik kepada kedua orang tua dan karib kerabat, bergaul secara baik antara suami istri, menjaga keluarga dan menafkahinya; 5) Berkaitan dengan Akhlak: bersabar, santun, jujur, adil, amanah, menunaikan janji, menjaga kehormatan diri, tawadlu, tegar dalam kebenaran dan di jalan Allah, memiliki harga diri, kuat kemauan, mengontrol hawa nafsu, dan syahwat; 6) Berkaitan dengan emosi dan perasaan: mencintai Allah, takut akan adzab Allah, berharap akan rahmat Allah, mencintai orang lain, menahan amarah, mengontrol emosi marah, tidak bertindak dzalim, tidak hasud, tidak ujub, berkasih sayang dan menyesal manakala berbuat dosa; 7) Berkaitan dengan pemikiran: memikirkan kosmos dan ciptaan Allah, menuntut ilmu pengetahuan, tidak memperturutkan prasangka dan mengabaikan kebenaran, memeriksa kebenaran, kebebasan berpikir dan berkeyakinan; 8) Berkaitan dengan profesi: ikhlas dalam bekerja dan menuntaskan pekerjaan, berusaha dengan tekun dan sungguh-sungguh dalam mencari rezeki; dan 9) Berkaitan fisik: kuat, sehat, bersih, dan higienis.

Gambaran manusia mukmin yang diterangkan Al-Quran tadi merupakan gambaran manusia paripurna yang dalam batas-batas tertentu mungkin dapat dicapai oleh manusia.

Kepribadian Orang Kafir (Kafirun)

Ciri-ciri dari orang kafir yang diterangkan dalam al-Quran adalah: 1) Berkaitan dengan akidah: tidak beriman kepada Allah, Rasul-rasulNya, serta kebangkitan dan hisab; 2) Berkaitan dengan ibadah: beribadah kepada selain Allah; 3) Berkaitan dengan hubungan sosial: zalim, tak bersahabat terhadap orang mukmin, mencemoohkan orang-orang mukmin, selalu menyuruh kemungkaran, dan menghalangi-halangi kebaikan; 4) Berkaitan dengan keluarga: senang memutuskan tali silaturrahmi; 5) Berkaitan dengan akhlak: suka melanggar janji, durhaka, memperturutkan hawa nafsu dan syahwat, menipu,dan takabur; 6) Berkaitan dengan emosi dan perasaan: tidak senang kepada orang-orang mukmin, dengki, dan hasud atas segala yang dikaruniakan Allah kepada orang mukmin; dan 7) Berkaitan dengan pemikiran: berpikir jumud, lemah dalam pemahaman dan pemikiran, hati mereka tertutup dan terkunci, taklid buta atas keyakinan-keyakinan dan tradisi-tradisi leluhur dan menipu diri sendiri.

b) Kepribadian Orang Munafik (Munafiqun)

Munafik adalah golongan orang yang berkepribadian sangat lemah dan bimbang. Mereka tidak bersikap tegas dalam keimanan. Ciri-ciri dari golongan munafik dalam al-Quran, yaitu: 1) Berkaitan dengan akidah: tidak mempunyai sikap jelas berkenaan dengan keyakinan tauhid; 2) Berkaitan dengan ibadah: menjalankan ibadah karena ria dan tanpa pendirian dan bermalas-malasan; 3) Berkaitan dengan hubungan sosial: selalu menyuruh kepada kemungkaran dan melarang perbuatan baik, kerap membuat chaos dan rumor, senang menipu orang lain, bermanis mulut dan banyak bersumpah; 4 Berkaitan dengan akhlak: kurang percaya diri, suka ingkar janji, ria, pengecut, pendusta, pelit, oportunis dan memperturutkan hawa nafsu; 5) Berkaitan dengan emosi dan perasaan: penakut, takut mati dan tidak senang kepada orang mukmin; dan 6) Berkaitan dengan pemikiran: ragu-ragu, bimbang, tidak mampu membuat keputusan dan berpikir jernih.

Dengan demikian, umat Islam sangat beruntung mendapatkan rujukan yang paling benar tentang kepribadian dibanding teori-teori lainnya, terutama diyakini rujukan tersebut adalah wahyu dari Allah swt. yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw., manusia teladan kekasih Allah. Oleh karena itu pula, Nabi Muhammad saw. diutus oleh Allah swt. ke muka bumi untuk memainkan peran sebagai model insan kamil bagi umat manusia. Kepribadian dalam kehidupan sehari-hari mengandung sifat-sifat manusiawi kita, alam pikiran, emosi, bagian interior kita yang berkembang melalui interaksi indra-indra fisik dengan lingkungan. Namun lebih dalam lagi, kepribadian sesungguhnya merupakan produk kondisi jiwa (nafs) kita yang saling berhubungan. Atau, dapat dikatakan pula bahwa kepribadian seseorang berbanding lurus dengan kondisi jiwanya (nafs).

Berangkat dari teori kepribadian di atas, maka kita dapat membagi kepribadian manusia menjadi dua macam, yaitu:

Kepribadian Kemanusiaan (Basyariyyah)

Kepribadian kemanusiaan disini mencakup kepribadian individu dan kepribadian ummah. Kepribadian individu diantaranya meliputi ciri khas seseorang dalam bentuk sikap, tingkah laku, dan intelektual yang dimiliki masing-masing secara khas sehingga ia berbeda dengan orang lain. Dalam pandangan Islam, manusia memang mempunyai potensi yang berbeda (al-farq al-fardiyyah) yang meliputi aspek fisik dan psikis. Selanjutnya, kepribadian ummah meliputi ciri khas kepribadian muslim sebagai suatu ummah (bangsa/negara) yang meliputi sikap dan tingkah laku ummah muslim yang berbeda dengan ummah lainnya, mempunyai ciri khas kelompok dan memiliki kemampuan untuk mempertahankan identitas tersebut dari pengaruh luar, baik ideologi maupun lainnya yang dapat memberikan dampak negatif.

Kepribadian Samawi (Kewahyuan)

Yaitu, corak kepribadian yang dibentuk melalui petunjuk wahyu dalam kitab suci Al-Quran.

Itulah beberapa gambaran mengenai psikologi dan kepribadian manusia dalam Al-Quran. Tentu gambaran di atas belum sepenuhnya berhasil mengcover keseluruhan maksud Al-Quran mengenai manusia dengan segala kepribadiannya yang sangat kompleks. Sebab, begitu luasnya aspek kepribadian manusia sehingga usaha untuk mengungkap hakikat manusia merupakan pekerjaan yang sukar.

Walaupun demikian, paling tidak penjelasan di atas dapat memberikan gambaran bahwa manusia memiliki dua potensi yang saling berlawanan, yaitu potensi baik dan potensi buruk. Dua potensi ini lantas memilah manusia ke dalam tiga kategori, yaitu mukmin, kafir, dan munafik. Pembinaan kepribadian manusia lewat pendidikan yang baik akan menuntun manusia agar bisa memperkokoh potensi baiknya sehingga ia bisa memaksimalkan tugas utamanya untuk beribadah kepada Allah dan menjadi khalifah Allah di muka bumi. Sebaliknya, pembinaan kepribadian manusia yang kurang maksimal akan memerosokkan manusia ke dalam derajat yang sangat rendah, bahkan lebih rendah dari binatang.

Kesimpulan

Pendidikan Islam sebagai instrumen perwujudan nilai-nilai Islam memiliki peranan sangat penting dan strategis dalam mengembangkan kemampuan, sikap dan tingkah laku manusia yang arahnya untuk membentuk kepribadian manusia sebagai makhluk individu, sosial, susila dan makhluk beragama.

Al-Quran mengklasifikasi kepribadian manusia berdasarkan keyakinan kepada tiga model, yakni mukmin, kafir, dan model munafik. Ketiga model ini memiliki ciri-ciri khusus yang membedakan satu dengan yang lainnya.

Terhadap ciri-ciri yang melekat pada manusia mukmin Allah sangat menghendaki untuk mewujudkan hal itu dalam kehidupan sehari-hari. Rasululah telah berhasil memberi contoh dengan mencetak generasi pertama kaum mukminin atas dasar ciri-ciri tersebut. Beliau berhasil merubah kepribadian mereka secara total menjadi mukmin sejati yang mampu mengubah wajah sejarah dengan kekuatan kepribadian, akhlak, keluhuran cita-cita, dan kemuliaan sifat serta keteladanan yang mereka pelajari dari Al-Quran dan Hadits.

Gambaran manusia mukmin dengan ciri-ciri tersebut sesungguhnya merupakan model bagi manusia mukmin yang mesti diwujudkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari dan ditumbuhkan pada anak-anak sehingga menjadi ciri-ciri utama dan mengakar kuat dalam kepribadian mereka. Sebaliknya dengan diperkenalkannya kepribadian manusia kafir dan munafik kepada mereka agar ciri-ciri tersebut dapat dihindari dan dijauhinya

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal, Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah, (Bandung: Yrama Widya, 2010).

Najati, Muhammad Utsman, Al-Quran wa Ilmu Al-Nafs, (Bairut: Daar al-Syarif, 1997).

HAMKA, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Paniimass, 2010), Juz I.

Kementrian Agama, Al-Quran dan Tafsirnya, (Jakarta: Widya Cahaya, 2011), Juz I.

Shihab, M.Quraish, Wawasan Al-Quran, (Jakarta: Lentera Hati, 2006).

________________, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Juz I.

Pervin, Lawrance A. dkk, Psikologi Kepribadian, (terj.) A.K. Anwar, (Jakarta: Kencana, 2010).

Ramayulis, dan Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam; Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009).

Republika, Rubrik Pendidikan, (Jakarta: edisi 16 September 2013)

Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003).

Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004).

Share this:

  • Twitter
  • Facebook

Menyukai ini:

Suka Memuat...

Ditulis dalam Ilmiyah, Pendidikan & Pengajaran | Tinggalkan sebuah Komentar

Comments RSS

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Ketikkan komentar di sini...

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Email (wajib) (Alamat takkan pernah dipublikasikan)
Nama (wajib)
Situs web

You are commenting using your WordPress.com account. (Logout/ Ubah)

You are commenting using your Google account. (Logout/ Ubah)

You are commenting using your Twitter account. (Logout/ Ubah)

You are commenting using your Facebook account. (Logout/ Ubah)

Batal

Connecting to %s

Beri tahu saya komentar baru melalui email.

Beritahu saya pos-pos baru lewat surat elektronik.

Δ