Kenapa pontianak disebut kota khatulistiwa

APA yang terbersit dalam benak Anda ketika mendengar Kota Pontianak? Apakah itu soal kuntilanak, atau ada hal lain?

Sejarah atau asal usul mengenai Kota Pontianak belum begitu banyak orang ketahui. Informasi yang beredar pun masih banyak yang simpang siur, termasuk soal 'Kota Kerajaan Kuntilanak' yang tentunya hanya mitos belaka.

Menilik ke sejarah berdirinya Kota Pontianak, menurut laporan laman resmi pemerintahan Pontianak, Kalimantan Barat, pada 24 Rajab 1181 Hijriah atau bertepatan 23 Oktober 1771 Masehi, rombongan ulama asal Hadramaut, Yaman, Syarif Abdurrahman Alkadrie membuka hutan di persimpangan tiga sungai yakni Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai Kapuas untuk mendirikan balai dan rumah sebagai tempat tinggal dan tempat tersebut diberi nama Pontianak.

Berkat kepemimpinan Syarif Abdurrahman Alkadrie, Kota Pontianak berkembang menjadi kota perdagangan dan pelabuhan. Tahun 1192 Hijriah, Syarif Abdurrahman Alkadrie dinobatkan sebagai Sultan Pontianak Pertama.

Baca juga: Sederet Tempat Wisata Sejarah di Pontianak, Tugu Khatulistiwa hingga Keraton Kadriah


(Istana Kadriah, Pontianak, Foto: IG/@kesultanan_kadriah)

Letak pusat pemerintahan ditandai dengan berdirinya Masjid Raya Sultan Abdurrahman Alkadrie dan Istana Kadriah yang sekarang terletak di Kelurahan Dalam Bugis Kecamatan Pontianak Timur.

Lebih lanjut, Pontianak dikenal sebagai kota khatulistiwa karena dilalui garis lintang nol derajat bumi. Di kota ini dibangun sebuah monumen bernama Tugu Khatulistiwa di daerah Siantan.

Jadi, tidak ada sangkut-pautnya dengan kerajaan kuntilanak. Lantas, mengapa hal mistis ini bisa begitu erat kaitannya dengan Pontianak?

Menurut beberapa sumber, nama Pontianak bermula dari kisah Syarif Abdurrahman yang sering diganggu hantu berwujud kuntilanak saat dirinya sedang menyusuri Sungai Kapuas. Tempat tersebut bernama Khun Tien yang banyak dihuni etnis Tionghoa di sepanjang pesisir Sungai Kapuas.

Saat Syarif tiba di daerah pertemuan Sungai Kapuas Besar dan Sungai Landak, Syarif merasa sangat terganggu oleh kuntilanak, sehingga dia melepaskan tembakan meriam untuk mengusirnya. Sosok kuntilanak ini digambarkan berwujud perempuan dengan rambut panjang dan berbaju putih.

Selain cerita tersebut, sebagian masyarakat juga percaya bahwa asal usul Pontianak berasal dari beberapa legenda yang beredar di masyarakat. Salah satu legendanya, nama Pontianak berasal dari Ayunan Anak.

Baca juga: Pelesir ke Pontianak, Yuk Singgah di 4 Objek Wisata Ini

Ya, penduduk Kota Pontianak merupakan suku Melayu, yang diceritakan bahwa Kota Pontianak berasal dari ayunan anak yang berada di sekitar Masjid Jami’. Ayunan ini biasa digunakan oleh anak-anak yang keluarganya bekerja.

Kemudian legenda lainnya yakni berasal dari kata pohon punti. Pohon punti atau pohon ponti artinya adalah pohon-pohon yang tinggi.

Pada masa itu, Pulau Kalimantan dikenal sebagai kepulauan yang memiliki pohon-pohon tinggi yang besar. Penyebutan pohon ponti ini terbukti dari isi surat antara Habib Husein bin Abdurrahman Alaydrus kepada Syarif Yusuf Alkadrie.

Kenapa pontianak disebut kota khatulistiwa

KITE PROMOIN, JULUKAN PONTIANAK – Pontianak merupakan ibu kota Provinsi Kalimantan Barat. Apa saja julukan Kota Pontianak?

Setiap daerah tentu punya nama unik yang dijadikan sebagai julukannya, seperti Pontianak yang juga dijuluki Kota Khatulistiwa karena dilewati garis khatulistiwa. Dijuluki Kota Seribu Warung Kopi karena hampir di setiap sudut kotanya ada warung kopi.

Dilansir dari laman pontianakkota.go.id (16/2/2022), Kota Pontianak didirikan pada 23 Oktober 1771 oleh Sultan Syarief Abdurrahman Alkadrie di daerah tiga cabang sungai, yakni Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai Kapuas. Lantas, apa saja julukan Kota Pontianak?

5 Julukan Pontianak

Mengutip laman pifa.co.id, berikut 5 julukan Kota Pontianak yang telah dirangkum dari berbagai sumber:

1. Khuntien

Kota Pontianak dikenal juga dengan sebutan “Khun Tien”. Julukan itu diberikan oleh Etnis Tionghoa Pontianak yang sudah lama menetap sejak kerajaan Sultan Syarief Abdurrahman Alkadrie. Etnis tersebut pada awalnya menjajaki Pontianak untuk berdagang.

Nama “Pontianak” yang horor karena diambil dari salah satu hantu (kuntilanak) memicu kedatangan pedagang-pedagang Tiongkok. Kala itu, mereka berlabuh dari pelataran Tiongkok selatan menuju daerah Pontianak dan Singkawang.

Khuntien yang terus bertumbuh juga andil dari masyarakat Tionghoa itu, akulturasi budaya yang terjadi selama berabad-abad telah melahirkan kebudayaan dan peradaban yang unik hingga sekarang. Merujuk dari data Badan Pusat Statistika Pontianak, dari 655.017 total penduduk Kota Pontianak, 18,09 persennya berasal dari Etnis Tionghoa.

2. Pontianak Kota Seribu Parit

Salah satu julukan yang populer untuk Kota Pontianak adalah Kota Seribu Parit. Bila diulik jauh ratusan tahun lalu, parit-parit di Pontianak ada sejarahnya.

Parit-parit tersebut diduga sudah ada sejak sebelum masa Kesultanan Pontianak. Kemudian, berlanjut di masa Kolonial Belanda. Melansir dari Platform Interaktif Kompas, menurut Ketua Pontianak Urban Forest Deman Huri, sejak dulu, parit-parit yang ada di Pontianak terdiri atas parit alam dan buatan. Lebarnya 6 hingga 20 meter dan terdiri dari parit primer, sekunder, dan tersier.

“Parit-parit dibangun untuk menjaga stabilitas dan sirkulasi air serta saling terhubung satu dengan lainnya. Tidak hanya itu, parit juga memiliki fungsi ekologis yang penting. Jika tidak ada parit, kota Pontianak yang dibelah oleh Sungai Kapuas, Landak, dan Punggur bisa terancam tenggelam,” ulas Kompas.id (9/1/2021).

3. Pontianak Kota Khatulistiwa

Kota Pontianak juga dikenal dengan Kota Khatulistiwa karena dilalui garis khatulistiwa. Di utara Kota Pontianak, tepatnya Siantan, terdapat Tugu Khatulistiwa yang dibangun yang dibangun pada titik dilalui garis lintang nol derajat bumi.

4. Pontianak Kota Seribu Warung Kopi

Minum kopi sudah jadi budaya masyarakat Kota Pontianak, ada banyak sekali warung kopi di kota ini. Bila berkunjung ke Pontianak, kamu mungkin kebingungan mencari lokasi ngopi. Sebab di setiap sudut kota dan jalan ada banyak pilihan warung kopinya, mulai dari yang tradisional hingga modern dengan konsep Coffe Shop kekinian.

Banyaknya warung kopi itu membuat Pontianak dijuluki sebagai Kota Seribu Warung Kopi. Menariknya, Pontianak juga memiliki Coffe Street yang terletak di Jalan Gajah Mada. Jalan tersebut telah diresmikan dan dijadikan sebagai kawasan wisata warung kopi oleh Pemerintah Pontianak.

Dari sekian banyak warung kopi yang ada gak afdol dan sah rasanya bila kamu belum minum kopi di Warung Kopi Asiang dan Warung Kopi Aming saat beranjak ke Pontianak. Keduanya memiliki ciri khas yang berbeda dalam penyajian minumannya.

5. Pontianak Kota Bersinar

Diambil dari slogan Pemerintah Kota Pontianak, yakni “Pontianak Kota Bersinar”. Bersinar tak serta merta diartikan sebagai cahaya yang menyinari kota tersebut, melainkan sebuah singkatan yang menggambarkan Pontianak dan citanya. Adapun kepanjangan dari Bersinar adalah Bersih, Sehat, Indah, Aman, dan Ramah.

Tugu Khatulistiwa dibangun pada tahun 1928 dengan menggunakan ilmu astronomi Memasuki ruangan dalam Tugu Khatulistiwa, pengunjung akan melihat foto-foto terpajang di dinding bangunan foto ini berasal dari era 1930an hingga saat ini Tugu Khatulistiwa terletak di Jalan Khatulistiwa, Kecamatan Pontianak Utara, Kalimantan Barat Pengukuran yang dilakukan oleh para ahli geografi saat itu tanpa menggunakan alat-alat yang canggih seperti satelit maupun GPS Menuju tugu ini dapat ditempuh sekitar 30 menit dari pusat Kota Pontianak Tugu ini mengalami beberapa kali tahap penyempurnaan. Pertama, pada tahun 1930 bagian yang disempurnakan adalah pada tonggak, lingkaran, beserta tanda panah

Kota Pontianak identik dengan khatulistiwa. Kota ini menjadi salah satu kota yang dilalui garis khatulistiwa, garis lintang nol derajat atau biasa disebut sebagai equator. Di kota inilah dibangun sebuah menara yang diberi nama Tugu Khatulistiwa, sebuah menara yang di bangun oleh tim ekspedisi geografi yang dipimpin seorang ahli geografi berkebangsaan Belanda.

Tugu Khatulistiwa terletak di Jalan Khatulistiwa, Kecamatan Pontianak Utara, Kalimantan Barat. Menuju tugu ini dapat ditempuh sekitar 30 menit dari pusat Kota Pontianak. Tugu ini dibangun pada tahun 1928 dengan menggunakan ilmu astronomi. Pengukuran yang dilakukan oleh para ahli geografi saat itu tanpa menggunakan alat-alat yang canggih seperti satelit maupun GPS. Para ahli ini hanya berpatokan pada garis yang tidak smooth (garis yang tidak rata atau bergelombang) dan berpatokan pada benda-benda alam seperti rasi bintang.

Tugu ini kemudian mengalami beberapa kali tahap penyempurnaan. Pertama, pada tahun 1930 bagian yang  disempurnakan adalah pada tonggak, lingkaran beserta tanda panah. Kedua, pada tahun 1938 disempurnakan lagi oleh arsitek dari Indonesia Frederich Silaban. Pada penyempurnaan kali ini, bangunan tugu yang terdiri dari 4 buah tonggak kayu belian, masing-masing berdiameter 0,3 meter, dengan ketinggian tonggak bagian depan sebanyak 2 buah, setinggi 3,05 meter dari permukaan tanah dan tinggi tonggak bagian belakang tempat lingkaran dan anak panah petunjuk arah setinggi 4,4 meter. Tonggak tersebut terbuat dari kayu belian, sejenis kayu besi atau ulin.

Memasuki tahun 1990-1991, dibangun replika Tugu Khatulistiwa berupa bangunan pelindung yang dibangun secara permanen. Bangunan pelindung ini berbentuk kubah dan diresmikan pada 21 September 1991 oleh Gubernur Kalimantan Barat saat itu, Parjoko Suryo Kusomo. Bentuk replika ini 5 kali lebih besar dari ukuran tugu aslinya. Dua buah tongga bagian depan dengan diameter 1,5 meter dan ketinggian 15,25 meter dari permukaan tanah. Kemudian 2 buah tonggak bagian belakang tempat lingkaran dan anak panah petunjuk arah dengan ukuran 1,5 meter dengan ketinggian 22 meter dari permukaan tanah dengan panjang anak panah penunjuk arah 10,75 meter.

Selain itu, terdapat keterangan simbol berupa anak panah menunjukan arah utara-selatan (lintang 0’ derajat). Keterangan simbol berupa flat lingkaran yang bertuliskan evenaar (bahasa Belanda) yang artinya khatulistiwa, menunjukkan belahan garis khatulistiwa atau batas utara dan selatan. Sedangkan plat dibawah arah panah tertulis 109 derajat 20’0’’OlvGR, artinya garis khatulistiwa di Kota Pontianak bertepatan dengan 109 derajat bujur timur 20 menit 00 detik GMT (Greenwich Mean Time).

Memasuki ruangan dalam Tugu Khatulistiwa, pengunjung akan melihat foto-foto yang terpajang di dinding bangunan ini. Foto-foto ini berasal dari era 1930an hingga saat ini. Selain itu ada juga foto kunjungan tokoh penting dari dalam negeri dan mancanegara ke tugu ini. Selain itu, ada juga penjelasan mengenai pengetahuan dunia astronomi, seperti data bumi, tata surya, bintang, bulan, matahari dan galaxi. Lukisan relief yang menggambarkan Kota Pontianak dan Tugu Khatulistiwa juga menghiasi dinding di gedung ini.  

Menurut pengelola Tugu Khatulistiwa, kedepannya, tugu ini akan dikembangkan dengan berbagai fasilitas dan bangunan baru seperti planetarium, hotel bintang lima, kawasan rekreasi keluarga, water boom, pusat olah raga, pusat kerajinan dan oleh-oleh khas Kalimantan Barat, hingga dermaga untuk kapal wisata. [AhmadSirojuddin/IndonesiaKaya]