Kelebihan dan kekurangan metode systematic sampling

You're Reading a Free Preview
Page 2 is not shown in this preview.


Systematic Random Sampling (SRS) atau teknik penarikan sampel acak sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut (Sugiyono, 2016, hlm. 123; 2010, hlm. 66). Pengambilan sampel acak sistematik hampir sama dengan sampel acak sederhana (Sukmadianata, 2012, hlm. 257). Kasjono, H. S. (2009) menjelaskan bahwa SRS adalah suatu pengambilan sampel, di mana hanya unsur pertama saja dari sampel dipilih secara acak, sedangkan unsur-unsur selanjutnya dipilih secara sistematis menurut suatu pola tertentu. Pendapat lain mengatakan bahwa SRS bukanlah metode acak, karena sampel yang diambil secara acak hanya unsur yang pertama saja, sampel selanjutnya diambil berdasarkan interval tertentu. Sementara Cochran (2010, hlm. 234) menyebutkan bahwa SRS ini sangat berbeda dengan penarikan sampel acak sederhana.

1.      Kelebihan

Kelebihan dari metode ini dibandingkan penarikan sampel acak sederhana menurut Cochran (2010, hlm. 234) adalah:

a.       Lebih mudah dan menghemat waktu.

b.      Secara intuisi, penarikan sampel sistematik dianggap lebih teliti dibandingkan dengan penarikan sampel acak sederhana. Metode sistematik membagi populasi menjadi lapisan ke dalam n lapisan, yang terdiri dari k unit pertama, k unit ke dua, dan seterusnya. Untuk mendapatkan sampel sistematik yang seteliti mungkin (lebih akurat) bisa menggunakan penarikan sampel acak berlapis dengan satu unit perlapisan. Perbedaannya adalah bila dengan sampel sistematik unit-unitnya muncul pada posisi yang relatif sama di dalam lapisannya, sedangkan bila dengan sampel acak berlapis posisi di dalam lapisannya ditentukan secara terpisah oleh pengacakan di dalam masing-masing lapisan. Seperti terlihat pada (Gambar 3.1)

Gambar 3.1

PENARIKAN SAMPEL SISTEMATIK

x = sampel sistematik              o = sampel acak berlapis

Nomor unit                 

Pada gambar di atas terlihat bahwa sampel dengan metode SRS lebih menyebar dalam populasi dibandingkan sampel dengan metode acak berlapis. Sehingga metode SRS dianggap lebih teliti dibandingkan metode acak berlapis. Metode SRS dan metode sampel bertingkat/ berstrata/ berlapis, keduanya bertujuan untuk memilih unit di sekitar pusat tingkat/ strata/ lapisan. Urutan sampel dimulai dengan sebuah bilangan acak yang dipilih antara 1 dan k. Dengan rumus penentuan sebagai berikut: (k + 1) / 2 jika k ganjil dan k / 2 atau (k + 2) / 2 jika k genap (Madow, 1953).

Sedangkan menurut Kasjono (2009), keuntungan SRS adalah:

a.       Cara ini relatif mudah dilakukan

b.      Pemilihan sampel dapat dilakukan pada proses yang sedang berjalan, ketika jumlah populasi dari kerangka sampel belum tersedia.

c.       Dengan menggunakan sampel acak sistematis, sampel yang terpilih cenderung lebih tersebar dalam keseluruhan populasi. Oleh karena itu sampel dianggap lebih mewakili populasinya dibandingkan sampel dari metode acak sederhana.

d.      Membutuhkan waktu serta biaya yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan pengambilan sampel acak sederhana.

2.      Kekurangan

Kelemahan SRS  menurut Kasjono (2009) adalah:

a.       Setiap unit penelitian tidak mempunyai peluang yang sama untuk diambil sebagai sampel. Oleh karena itu, populasi (N) harus besar sehingga pengambilan sampel mendekati acak lagi.

b.      Populasi harus bersifat homogen karena jika terlalu heterogen atau banyak variasi, besar kemungkinan sampel tidak mewakili populasi.

c.       Bila terjadi suatu kecenderungan tertentu maka metode ini menjadi kurang sesuai atau tidak lagi acak, padahal sampel seharusnya memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Misalkan untuk memilih sampel dengan hari menggunakan k=7, karena sampel akan selalu jatuh pada hari yang sama.

Salah satu kekurangan lain dari Systematic Random Sampling adalah biaya yang mungkin tinggi yang disebabkan oleh kondisi geografis yang besar. Andaikata populasi tersebar dan berjauhan di daerah yang besar, maka akan dibutuhkan biaya perjalanan untuk mencapai satu unit sampel menuju unit sampel lainnya.

Dalam situs Australian Bureau of Statistics, dijelaskan bahwa Systematic Random Sampling bisa jadi membutuhkan informasi mengenai setiap anggota populasi yang sangat besar. Jadi jika sampling dilakukan dalam populasi yang besar, akan diperlukan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan informasi akurat mengenai anggota sampel.

Langkah-langkah pelaksanaan SRS menurut para ahli dijelaskan sebagai berikut:

1.      Menurut Sugiyono

Menurut Sugiyono, pemilihan sampel dilaksanakan dengan contoh sebagai berikut: misalnya anggota populasi terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberi nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengampilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk ini maka yang diambil sebagai sampel adalah nomor 1, 5, 10, 15, 20, dan seterusnya sampai 100.

2.      Menurut Nana Syaodih Sukmadianata

Pemilihan sampel dilaksanakan dengan cara seluruh anggota populasi diberi nomor dari satu sampai terakhir. Anggota sampel dipilih secara sistematis dengan menggunakan rentang tertentu. Rentang ditentukan berdasarkan perhitungan jumlah populasi dibagi jumlah sampel yang diinginkan.

3.      Menurut Cochran (2010, hlm. 236)

Ada beberapa cara untuk melihat penarikan sampel sistematik. Dengan N=nk, sampel sistematik k yang mungkin ditujukan dalam kolom pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Komposisi Dari k Sampel Sistematik

Nomor Sampel

1

2…

i…

k

y1

y2

yi

yk

yk+1

yk+2

yk+i

y2k

y(n-1)k+1

y(n-1)k+2

y(n-1)k+1

ynk

Rata-rata

Dari tabel ini populasi telah dibagi ke dalam k unit-unit penarikan sampel yang besar, masing-masing terdiri atas n unit asli. Cara pemilihan sebuah sampel sistematik yang letaknya secara acak adalah hanya dengan memilih satu unit dari unit-unit penarikan sampel yang besar secara acak. Jadi penarikan sampel tunggal yang kompleks yang merupakan keseluruhan sampel.Sampel sistematik adalah sebuah sampel acak sederhana dari satu unit kelompok dari sebuah populasi dengan k kelompok unit.

4.      Menurut Kasjono (2009)

Pemilihan sampel dilakukan dengan beberapa langkah berikut:

a.       Tentukan dahulu interval sampel (k) yang menunjukan hasil bagi jumlah satuan elementer populasi dibagi sampel (N/n).

b.      Unsur pertama dari sampel lalu dipilih secara acak diantara satuan elementer bernomor urut i dan k dari populasi.

c.       Andaikan yang terpilih itu adalah satuan elementer bernomor urut s, maka unsur-unsur selanjutnya dalam sampel dapat ditentukan, yaitu :

Unsur pertama                   = s

Unsur kedua                      = s + k

Unsur ketiga                      = s + 2k

Unsur Keempat                 = s + 3k, dan seterusnya

Andaikan satuan satuan elementer dalam satuan populasi berjumlah 50, yang diberi no urut 1 sampai 50, dan besar sampel yang akan diambil 10, maka = 50/10=5.

Unsur pertama dari sampel harus dipilih secara acak diantara satuan satuan elementer 1 dan 5. Andaikan yang terpilih sebagai unsur pertama adalah nomor 3, maka unsur-unsur yang lainnya dari sampel adalah satuan satuan nomor 8, 13, 18, 23, 28, 38, 43, dan 48. (Kasjono, 2009)

1.      Dalam penelitian mengenai “Pengaruh Supervisi Klinis terhadap Kinerja Guru Sekolah Menengah Atas Kota Bandung”

Di Kota Bandung terdapat 27 SMA Negeri dan 256 SMA Swasta. Total terdapat 283 populasi, untuk setiap sekolah akan diambil proporsi sampling sebanyak 25 %, maka harus diambil sampel dari 7 SMA Negeri (25% x 27 = 6,75 dibulatkan menjadi 7) dan 64 SMA Swasta (25% x 256= 64). Sehingga total sampel yang diambil adalah 71 SMA di Kota Bandung.

Sampel data dari 7 SMA Negeri yang dipilih harus dilakukan secara acak, artinya setiap SMA Negeri memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih. Begitupun, dengan pemilihan sekolah swasta.

2.      Dalam penelitian mengenai “Efektivitas Penggunaan Biaya Operasional Sekolah (BOS) terhadap Mutu Pendidikan Sekolah Dasar di Kecamatan Subang Kabupaten Subang”

Untuk penelitian ini diketahui bahwa, terdapat 77 Sekolah Dasar di Kecamatan Subang Kabupaten Subang. Jika diambil proporsi 30% sampling dengan teknik SRS maka sekolah yang dijadikan sampling sebanyak 23 sekolah (30% x 77= 23). Sekolah-sekolah tersebut terpilih secara acak, artinya setiap Sekolah Dasar memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih.

Pada gambar 3.2 sampai dengan 3.6 terlihat proses perolehan sampling dengan menggunakan program Excel.

Gambar 3.2

Daftar Populasi Penelitian

Gambar 3.3

Cara Menghitung Nilai k

Gambar 3.4

Cara Membulatkan Nilai k

Gambar 3.5

Penentuan Titik Awal Sampling

Gambar 3.6

Hasil Pemilihan Sekolah Sampel dengan Teknik SRS

Berdasarkan hasil dari program Excell di atas, maka SD yang akan dipakai menjadi sampel penelitian adalah SD-SD yang diberi tanda kuning seperti terlihat pada gambar 3.6.

3.      Dalam Penelitian “Hubungan Kualitas Sarana Prasarana Kelas terhadap Motivasi Siswa di Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Bandung ”

Dalam penelitian ini diketahui bahwa terdapat 52 SMP Negeri dan dua MTs, total populasi adalah 54 sekolah. Jika diambil proporsi 20 % sampling dengan teknik SRS, maka sekolah yang dijadikan sampling sebanyak 11 sekolah (20% x 54= 10,8 dibulatkan menjadi 11). Sekolah yang dijadikan sampel (baik SMP maupun MTs) dipilih secara acak. Artinya setiap SMP dan MTs memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih.

Penarikan sampel berlapis atau penarikan sampel acak sederhana sebagian besar tergantung pada sifat-sifat populasinya. Untuk beberapa populasi dan beberapa nilai n V( sy) dapat meningkat bila sebuah sampel besar diambil. Dengan demikian sangat sukar untuk memberikan pandangan umum dengan keadaan penarikan sampel sistematik yang dianjurkan. Penggunaannya akan lebih efektif jika terdapat pengetahuan tentang struktur populasi.

Ada dua hal yang dapat dipelajari, yang pertama adalah dengan membandingkan jenis penarikan sampel yang berbeda pada populasi buatan dimana y, adalah beberapa fungsi sederhana dari i. Yang kedua adalah membandingkan populasi sebenarnya.

Kasjono, H. S. (2009) menjelaskan bahwa SRS adalah suatu pengambilan sampel, di mana hanya unsur pertama saja dari sampel dipilih secara acak, sedangkan unsur-unsur selanjutnya dipilih secara sistematis menurut suatu  pola tertentu. Adapun kelebihan SRS menurut Cochran (2010, hlm. 234), yaitu: 1) Lebih mudah mengambil sampel, 2) Penarikan sampel dianggap lebih teliti dibandingkan dengan penarikan sampel acak sederhana. Adapun kekurangan SRS menurut Kasjono (2009) diantaranya:

1.      Setiap unit penelian tidak mempunyai peluang yang sama untuk diambil sebagai sampel,

2.      Populasi harus bersifat homogen, dan

3.      Bila terjadi suatu kecenderungan tertentu maka metode ini menjadi kurang sesuai.

Referensi

Cochran, W. (2010).Teknik penarikan sampel.edisi ketiga. Terjemahan: Rudiansyah. Depok: UI Press.

Sugiyono.(2016). Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono.(2010). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. (2012). Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Kasjono, H. S.(2009). Teknik sampling untuk penelitian kesehatan.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Australian Bureau of Statistics. (2006). Sampling Methods.

Diakses dari //www.............. pada 23 Nov. 2016.

Glosarium


Homogen

:

sama, sejenis

Heterogen

:

berbeda-beda,bervariasi

Intuisi

:

bisikan hati

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA