Kelebihan dan kekurangan menjadi pemimpin

Saat memimpin sebuah tim, seorang pemimpin sejati selain harus tahu cara memimpin anggota timnya, juga harus tahu cara memimpin dirinya sendiri. Memimpin dengan memberi contoh memang sudah teruji keberhasilannya. Jika ingin sesuatu hal dikerjakan secara benar, berilah contoh, lakukan sendiri. Jika berhasil, tim akan otomatis mengikuti apa yang sudah Anda lakukan.

Pelajari juga Leadership 4.0 in Digital Era

Seorang pemimpin juga harus mampu menjadi role model bagi anggota timnya, harus bisa bekerja sama, sama rata dan sama rasa sebagai tim. Serta harus bisa menjadi motivator yang mendorong anggota tim yang lain agar selalu maju dan berkembang.

Ada 3 kualitas yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin, di antaranya:

Baca juga: Punya Tim yang Pasif? Caranya Gini Nih Supaya Dia Aktif dalam Tim

1. Mampu membaca situasi

Seorang pemimpin harus bisa mengidentifikasi kesempatan yang ada dan tantangan yang mungkin menghalanginya. Kemudian ia harus mampu me-rewrite hasil pembacaannya itu menjadi sebuah strategi yang sesuai dengan konteks yang ada.

2. Tidak boleh takut menunjukkan kelebihan dan kekurangan

Seorang pemimpin juga manusia, pasti punya kelebihan dan kekurangan. Meunjukkan kelebihan akan memberi inspirasi, sebaliknya menunjukkan kekurangan juga bisa menjadi nilai plus bagi seorang pemimpin, apalagi konteks lokal budaya Indonesia yang mementingkan kerendahan hati.

Baca juga: Tindakan Seperti Apa yang Akan Anda Lakukan Jika Menghadapi Karyawan Anda yang Bermasalah?

3. Punya kesadaran diri untuk memperbaiki kesalahan

Attitude juga efektif untuk membantu Anda memimpin. Ada pepatah mengatakan, jangan perbaiki barang yang tak rusak. Tapi jika memang ada yang rusak, segera perbaiki kekurangan tersebut.

Sisters, tiap-tiap kita adalah pemimpin bagi diri kita masing-masing, kita lahir untuk menjadi pemimpin bagi kehidupan kita dan oleh karena itu masing-masing dari kita mempunyai gaya kepemimpinan tersendiri.

Kewirausahaan adalah juga tentang kepemimpinan, tapi bukan khusus untuk memimpin diri kita sendiri melainkan lebih kepada memimpin seluruh keadaan di sekitar kita untuk menjadi hal yang menghasilkan nilai lebih dari yang ada sekarang, dan terlebih lagi adalah untuk memimpin sebuah tim yang terdiri dari berbagai gaya kepemimpinan.

Nah, Sisters, pada dasarnya ada 4 inti gaya kepemimpinan dari tiap-tiap orang dan untuk mendapatkan hasil yang terbaik dari sebuah team, maka kita harus menyeimbangkan ke-4 gaya kepemimpinan tersebut dan juga menyediakan tempat untuk menghargai perbedaan gaya kepemimpinan tersebut.

Mari kita lihat kekuatan dan kelemahan dari gaya-gaya kepemimpinan tersebut:

1. Konduktor
Sisters, pemimpin dengan gaya ini adalah mereka yang terarah dengan rasa keterdesakan dan fokus pada hasil. Konduktor ingin menang, dan seringkali membuat keputusan dengan cepat untuk mendapatkan hasil yang kompetitif.

Kekuatan: Kekuatan utama dari pemimpin seperti ini adalah pada penghargaannya pada ide-ide baru dan juga tidak takut pada konfrontasi dan mereka dijamin untuk bisa menyelesaikan semua pekerjaannya.

Kelemahan: Konduktor dikenal sebagai kepribadian yang keras atau egois, kedua hal ini membuat mereka tidaksabaran dan bisa mengarah kepada pengambilan keputusan yang impulsif, mereka perlu menyadari bahwa tidak semua orang dapat mengikuti tahapan mereka.

2. Influencer
Jika kamu melihat seorang yang selalu optimis, bisa memotivasi orang-orang dan dekat dengan orang-orang disekitarnya, maka kamu mempunyai seorang influencer dalam tim, nih, Sisters.

kekuatan: Tipe pemimpin seperti ini sangat antusias dan terhubung dengan orang sekitar, mereka senang membantu orang dan memiliki kemampuan alami untuk melakukannya.

Kelemahan: Influencer dapat terlalu bertele-tele dan mempunyai masalah untuk tetap fokus, mereka juga bisa menjadi tidak teratur dan mudah diarahkan oleh hal lain, influencer perlu waspada terhadap hubungan dan ketakutan supaya mereka dapat membuat keputusan terbaik.

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Mengutip sebuah mutiara hadits dalam agama yang penulis yakini. Sudah menjadi ketetapan-Nya bahwa kita adalah seorang pemimpin. Hal ini tidak mempedulikan apa jabatannya sekarang, berapa jumlah bawahannya, strata pendidikannya, darimana sukunya berasal, dan berapa penghasilannya per bulannya. Kita murni terlahir sebagai pemimpin di dunia ini, entah itu di lingkup organisasi maupun lingkup kecil keluarga tersayang atau dalam lingkup yang lebih kecil lagi, diri kita pribadi. Kita selalu dituntut tampil dengan baik sebagai seorang pemimpin. Pemimpin yang bisa mengayomi, pemimpin yang bisa melindungi dan menjadi teladan bagi pengikut atau orang yang dipimpinnya.

Sebenarnya, pemimpin dan kepemimpinan  merupakan suatu kesatuan kata yang tidak dapat dipisahkan secara struktural maupun fungsional. Seperti organisasi, juga terdapat banyak pengertian-pengertian mengenai pemimpin dan kepemimpinan.

Pengertian pemimpin
Suradinata (1997:11) berpendapat bahwa pemimpin adalah orang yang memimpin kelompok dua orang atau lebih, baik organisasi maupun keluarga. Sedangkan kepemimpinan adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mengendalikan, memimpin, mempengaruhi fikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Sedangkan kepemimpinan adalah merupakan suatu kemampuan yang melekat pada diri seorang yang memimpin yang tergantung dari macam-macam faktor, baik faktor intern maupun faktor ekstern. Pemimpin jika dialihbahasakan ke bahasa Inggris menjadi "LEADER", yang mempunyai tugas untuk LEAD anggota di sekitarnya. Sedangkan makna LEAD adalah:
1. Loyality, seorang pemimpin harus mampu membangkitkan loyalitas rekan kerjanya dan memberikan loyalitasnya dalam kebaikan..
2. Educate, seorang pemimpin mampu untuk mengedukasi rekan-rekannya dan mewariskan pada rekan-rekannya.
3. Advice, memberikan saran dan nasehat dari permasalahan yang ada.
4. Discipline, memberikan keteladanan dalam berdisiplin dan menegakkan kedisiplinan dalam setiap aktivitasnya.

Teori Kepemimpinan
Tiga teori yang menjelaskan munculnya pemimpin adalah sebagai berikut (Kartono, 1998:29) :

1. Teori Genetis menyatakan sebagai berikut :

  • Pemimpin itu tidak dibuat, akan tetapi lahir jadi pemimpin oleh bakat-bakat alami yang luar biasa sejak lahirnya.
  • Dia ditakdirkan lahir menjadi pemimpin dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga, yang khusus.
  • Secara filsafat, teori tersebut menganut pandangan deterministis.

2. Teori Sosial (lawan Teori Genetis) menyatakan sebagai berikut :

  • Pemimpin itu harus disiapkan, dididik, dan dibentuk, tidak terlahirkan begitu saja.
  • Setiap orang bisa menjadi pemimpin melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta didorong oleh kemauan sendiri.

3. Teori Ekologis atau Sintetis (muncul sebagai reaksi dari kedua teori tersebut lebih dahulu) menyatakan sebagai berikut: Seseorang akan sukses menjadi pemimpin bila sejak lahirnya dia telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, dan bakat-bakat ini sempat dikembangkan melalui pengalaman dan usaha pendidikan; juga sesuai dengan tuntutan lingkungan/ekologisnya.

Kelebihan Pemimpin Menurut Stogdill dalam Lee (1989), menyatakan bahwa pemimpin itu harus memiliki beberapa kelebihan, yaitu : 1. Kapasitas: kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara atau verbal facility, keaslian, kemampuan menilai.

2. Prestasi (Achievement) : gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan, perolehan dalam olah raga, dan atletik, dan sebagainya.

3. Tanggung Jawab : mandiri, berinisiatif, tekun, ulet, percaya diri, agresif, dan punya hasrat untuk unggul. 4. Partisipasi : aktif, memiliki sosiabilitas tinggi, mampu bergaul, kooperatif atau suka bekerjasama, mudah menyesuaikan diri, punya rasa humor.

5. Status : meliputi kedudukan sosial ekonomi yang cukup tinggi, populer, tenar.

Kemudian, dalam Islam seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki sekurang-kurangnya 4 (empat) sifat dalam menjalankan kepemimpinannya, yakni; 1. Siddiq (jujur) sehingga ia dapat dipercaya; 2. Tabligh (penyampai) atau kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi; 3. Amanah (bertanggung jawab) dalam menjalankan tugasnya;

4. Fathanah (cerdas) dalam membuat perencanaan, visi, misi, strategi dan mengimplementasikannya.

Gaya Kepemimpinan Selanjutnya Ishak Arep dan Tanjung (2003:23) menyatakan bahwa dalam mencapai tujuan sebagaimana telah dikemukakan diatas, yakni untuk dapat menguasai atau mempengaruhi serta memotivasi orang lain, maka dalam penerapan Manajemen Sumber Daya Manusia lazimnya digunakan 4 (empat) macam gaya kepemimpinan, yaitu :

1. Democratic Leadership adalah suatau gaya kepemimpinan yang menitikberatkan kepada kemampuan untuk menciptakan moral dan kemampuan untuk menciptakan kepercayaan


2. Dictatorial atau Autocratic Leadership, yakni suatu gaya leadership yang menityikberatkan kepada kesanggupan untuk memaksakan keinginannya yang mampu mengumpulkan pengikut-pengikutnya untuk kepentingan pribadinya dan/atau golongannya dengan kesediaan untuk menerima segala resiko apapun.
3. Paternalistic Leadership, yakni bentuk antara gaya pertama (democratic) dan kedua (dictatorial) di atas. Yang pada dasarnya kehendak pemimpin juga harus berlaku, namun dengan jalan atau melalui unsur-unsur demokratis. Sistem dapat diibaratkan diktator yang berselimutkan demokratis.
4. Free Rein Leadership, yakni salah satu gaya kepemimpinan yang 100% menyerahkan sepenuhnya seluruh kebijakan pengoperasian Manajemen Sumber Daya Manusia kepada bawahannya dengan hanya berpegang kepada ketentuan-ketentuan pokok yang ditetapkan oleh atasan mereka.

Tipe Kepemimpinan Tipe pemimpin yang dikemukakan oleh W.J. Reddin dalam What Kind of Manager  yang disunting oleh Wajosumidjo (Dept. P & K, Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai, 1982), yaitu:

1. Berorientasikan tugas (task orientation)


2. Berorientasikan hubungan kerja (relationship orientation)
3. Berorientasikan hasil yang efektif (effective orientation) Berdasarkan ketiga orientasi tipe pemimpin tersebut maka terdapat delapan tipe kepemimpinan,yaitu :

1. Tipe Deserter (Pembelot) Sifatnya : bermoral rendah, tidak memiliki rasa keterlibatan, tanpa pengabdian, tanpa loyalitas dan kekuatan, sukar diramalkan.


2. Tipe Birokrat Sifatnya : correct, kaku, patuh pada peraturan dan norma-norma; ia adalah manusia organisasi yang tepat, cermat, berdisiplin, dan keras.
3. Tipe Misionaris (Missionary) Sifatnya : terbuka, penolong, lembut hati, ramah tamah.
4. Tipe Developer (Pembangun) Sifatnya : kreatif, dinamis, inovatif, memberikan/melimpahkan wewenang dengan baik, menaruh kepercayaan pada bawahan. 5. Tipe Otokrat Sifatnya : keras, diktatoris, mau menang sendiri, keras kepala, sombong. Bandel.

6. Benevolent Autocrat (otokrat yang bijak) Sifatnya : lancar, tertib, ahli dalam mengorganisir, besar rasa keterlibatan diri.


7. Tipe Compromiser (kompromis) Sifatnya : plintat plintut, selalu mengikuti angin tanpa pendirian, tidak mempunyai keputusan, berpandangan pendek dan sempit.
8. Tipe Eksekutif Sifatnya : bermutu tinggi, dapat memberikan motivasi yang baik, berpandangan jauh, tekun.

Lantas dari sekian banyak tipe dan gaya kepemimpinan di atas, tipe dan gaya manakah yang paling ideal diterapkan dalam sebuah organisasi? Termasuk manakah Anda?

“Sebaik-baik pemimpin diantara kalian ialah pemimpin yang kalian cintai dan mencintai kalian, kalian mendo’akannya dan merekapun mendo’akan kalian, dan seburuk buruknya pemimpin diantara kalian ialah pemimpin yang kalian benci dan membenci kalian, kalian melaknatnya dan mereka pun melaknat kalian”.(HR Muslim dari ‘Auf bin Malik)

Referensi:

1. Arep, Ishak dan Hendri Tanjung. (2003). Manajemen Motivasi. Penerbit PT.Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. 2. Kartono, Kartini. (1998). Pemimpin dan Kepemimpinan : Apakah Pemimpinan Abnormal Itu ? PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

3. Suradinata, Ermaya. (1995). Psikologi Kepegawaian dan Peranan Pimpinan Dalam Motivasi Kerja . CV Ramadan, Bandung.

(Pemimpin dan Kepemimpinan Kita_Oleh : Cahyo A. Pambudi Pelaksana_Seksi HI KPKNL Padang)