Karya seni rupa yang dikerjakan dengan teknik cetak komputer adalah

Seni grafis

Seni grafis yaitu cabang seni rupa yang proses pembuatan karyanya menggunakan teknik cetak, kebanyakan di atas kertas. Kecuali pada teknik Monotype, prosesnya bisa membikin salinan karya yang sama dalam banyak banyak, ini yang dinamakan dengan proses cetak. Tiap salinan karya dikenal sebagai 'impression'. Lukisan atau drawing, di sisi lain, membikin karya seni orisinil yang unik. Cetakan dibuat dari permukaan suatu bahan, yang umum dipergunakan adalah: plat logam, kebanyakan tembaga atau seng sebagai engraving atau etsa; batu dipergunakan sebagai litografi; papan kayu sebagai woodcut/cukil kayu. Masih banyak lagi bahan lain yang dipergunakan dalam karya seni ini. Tiap-tiap hasil cetakan kebanyakan diasumsikan sebagai karya seni orisinil, bukan suatu salinan. Karya-karya yang dicetak dari suatu plat membikin suatu edisi, pada masa seni rupa modern masing-masing karya ditandatangani dan diberi nomor sebagai menandai bahwa karya tersebut yaitu edisi terbatas.

Karya seni rupa yang dikerjakan dengan teknik cetak komputer adalah
Gunung Fuji, dari Tiga puluh Enam Pemandangan Gunung Fuji), cukilan kayu berwarna karya Katsushika Hokusai

Daftar pokok

  • 1 Media
  • 2 Warna
  • 3 Teknik
    • 3.1 Tinjauan Umum
    • 3.2 Cukil Kayu
    • 3.3 Engraving
    • 3.4 Etsa
    • 3.5 Mezzotint
    • 3.6 Aquatint
    • 3.7 Drypoint
    • 3.8 Litografi
    • 3.9 Cetak Saring
    • 3.10 Cetak Digital
  • 4 Lihat pula
    • 4.1 Seniman Grafis
    • 4.2 Seniman grafis Indonesia
  • 5 Tautan luar

Media

Seniman grafis berkarya menggunakan bermacam jenis media dari yang tradisional sampai kontemporer, termasuk tinta ber-basis air, cat air, tinta ber-basis minyak, pastel minyak, dan pigmen padat yang larut dalam air seperti crayon Caran D'Ache. Karya seni grafis dibuat di atas permukaan yang dinamakan dengan plat. Teknik dengan menggunakan cara digital menjadi semakin populer ketika ini. Permukaan atau matrix yang dipakai dalam membikin karya grafis meliputi papan kayu, plat logam, lembaran kaca akrilik, lembaran linoleum atau batu litografi. Teknik lain yang dinamakan dengan serigrafi atau cetak saring (screen-printing) menggunakan lembaran kain berpori yang direntangkan pada suatu kerangka, dinamakan dengan screen. Cetakan kecil bahkan bisa dibuat dengan menggunakan permukaan kentang atau ketela.

Warna

Pembuat karya grafis memberi warna pada cetakan mereka dengan banyak cara. Seringkali pewarnaannya -- dalam etsa, cetak saring, cukil kayu serta linocut -- dilakukan dengan menggunakan plat, papan atau screen yang terpisah atau dengan menggunakan pendekatan reduksionis. Dalam teknik pewarnaan multi-plat, telah tersedia sejumlah plat, screen atau papan, yang masing-masing menghasilkan warna yang berbeda. Tiap plat, screen atau papan yang terpisah akan diberi tinta dengan warna berbeda yang belakang sekali dilakukan pada tahap tertentu sebagai menghasilkan keseluruhan gambar. Rata-rata dipergunakan 3 sampai 4 plat, tapi adakalanya seorang seniman grafis menggunakan sampai dengan tujuh plat. Tiap pelaksanaan warna akan berinteraksi dengan warna lain yang telah dilakukan pada kertas, jadi sebelumnya perlu dipikirkan pemisahan warna. Kebanyakan warna yang sangat terang dilakukan semakin dahulu yang belakang sekali ke warna yang semakin gelap.

Pendekatan reduksionis sebagai menghasilkan warna dimulai dengan papan kayu atau lino yang kosong atau dengan goresan sederhana. Yang belakang sekali seniman mencukilnya semakin lanjut, memberi warna lain dan mencetaknya lagi. Anggota lino atau kayu yang dicukil akan mengekspos (tidak menimpa) warna yang telah tercetak sebelumnya.

Pada teknik grafis seperti chine-collé atau monotype, pegrafis kadang-kadang hanya mengecat warna seperti pelukis yang belakang sekali dicetak.

Konsep warna subtraktif yang juga dipergunakan dalam cetak offset atau cetak digital, di dalam software vektorial misalnya Macromedia Freehand, CorelDraw atau Adobe Ilustrator atau bitmap ditampilkan dalam CMYK atau ruang warna lain.

Teknik

Tinjauan Umum

Teknik seni grafis dapat dibagi dalam kategori landasan sebagai berikut:

  • Cetak relief, di mana tinta terletak pada permukaan asli dari matrix. teknik relief meliputi: cukil kayu, engraving kayu, cukil linoleum/linocut, dan cukil logam/metalcut.
  • Intaglio, tinta terletak di bawah permukaan matrix. teknik ini meliputi: engraving, etsa, mezzotint, aquatint, chine-collé dan drypoint;
  • planografi di mana matrix permukaannya tetap, hanya mendapat perlakuan khusus pada anggota tertentu sebagai membikin image/gambar. teknik ini meliputi: litografi, monotype dan teknik digital
  • stensil, termasuk cetak saring dan pochoir.

Teknik lain dalam seni grafis yang tidak temasuk dalam kumpulan ini yaitu 'kolografi' (teknik cetak menggunakan kolase), proses digital termasuk giclée, medium fotografi serta kombinasi proses digital dan konvensional.

Kebanyakan dari teknik di atas bisa juga dikombinasikan, khususnya yang terletak dalam kategori sama. Misalnya, karya cetak Rembrandt kebanyakan secara mudah dinamakan dengan "etsa", tapi seringkali dipakai juga teknik engraving dan drypoint, dan bahkan kadang-kadang tidak telah tersedia etsa-nya sama sekali.

Cukil Kayu

Cukil kayu , yaitu salah satu teknik cetak relief, merupakan teknik seni grafis sangat awal, dan merupakan satu-satunya yang dipakai secara tradisional di Asia Timur. Probabilitas pertama kali dikembangkan sebagai alat sebagai membikin pola cetak pada kain, dan pada ratus tahun ke-5 dipakai di Tiongkok sebagai mencetak teks dan gambar pada kertas. Teknik cukil kayu di atas kertas dikembangkan sekitar tahun 1400 di Eropa, dan beberapa waktu yang belakang sekali di Jepang. Di dua tempat ini, teknik cukil kayu banyak dipergunakan sebagai proses membikin gambar tanpa teks.

Seniman membikin skets terlebih dahulu pada sebidang papan kayu, atau di kertas yang yang belakang sekali ditransfer ke papan kayu. Tradisionalnya, seniman yang belakang sekali menyerahkan rancangannya ke ahli cukil khusus, yang menggunakan peralatan tajam sebagai mencukil anggota papan yang tidak akan terkena tinta. Anggota permukaan tinggi dari papan yang belakang sekali diberi tinta dengan menggunakan roller, lalu lembaran kertas, yang mungkin sedikit lembap, ditempatkan di bawah papan. Yang belakang sekali papan digosok dengan baren (alat yang dipergunakan di Jepang) atau sendok, atau melewati alat press. Jika memakai beberapa warna, papan yang terpisah dipakai sebagai tiap warna.

Seniman yang menggunakan teknik ini:

Albrecht Dürer, Werner Drewes, Hiroshige, Hokusai.


Karya seni rupa yang dikerjakan dengan teknik cetak komputer adalah
"Melancholia I", engraving karya Albrecht Dürer, salah seorang seniman grafis.

Engraving

Proses ini dikembangkan di Jerman sekitar tahun 1430 dari engraving (ukiran halus) yang dipergunakan oleh para tukang emas sebagai mendekorasi karya mereka. penggunaan alat yang dinamakan dengan burin merupakan ketrampilan yang kusut.

Pembuat engraving memakai alat dari logam yang diperkeras yang dinamakan dengan burin sebagai mengukir desain ke permukaan logam, tradisionalnya memakai plat tembaga. Alat ukir tersebut ada bermacam-macam bangun-bangun dan ukuran menghasilkan jenis garis yang berbeda-beda.

Seluruh permukaan plat diberi tinta, yang belakang sekali tinta dibersihkan dari permukaan, yang ketinggalan hanya tinta yang terletak di garis yang diukir. Yang belakang sekali plat ditempatkan pada alat press bertekanan tinggi bersama dengan lembaran kertas (seringkali dibasahi sebagai melunakkan). Kertas yang belakang sekali mengambil tinta dari garis engraving (bagian yang diukir), menghasilkan karya cetak.

Etsa

Karya seni rupa yang dikerjakan dengan teknik cetak komputer adalah
"Tidurnya Daya pikir membikin monster-monster" etsa dan aquatint karya Francisco Goya

Etsa yaitu anggota dari kumpulan teknik intaglio bersama dengan engraving, drypoint, mezzotint dan aquatint. Proses ini diyakini bahwa penemunya yaitu Daniel Hopfer (sekitar 1470-1536) dari Augsburg, Jerman, yang mendekorasi baju besinya dengan teknik ini. Etsa yang belakang sekali menjadi tandingan engraving sebagai medium seni grafis yang populer. Keunggulannya yaitu, tidak seperti engraving yang memerlukan ketrampilan khusus dalam pertukangan logam, etsa relatif mudah dipelajari oleh seniman yang terbiasa menggambar.

Hasil cetakan etsa umumnya bersifat linear dan seringkali ada detail dan kontur halus. Garis bervariasi dari halus sampai kasar. Teknik etsa berlawanan dengan teknik cukil kayu, pada etsa anggota permukaan tinggi bebas sama sekali tinta, anggota permukaan rendah menahan tinta. Mula-mula selembar plat logam (biasanya tembaga, seng atau baja) ditutup dengan lapisan semacam lilin. Yang belakang sekali seniman menggores lapisan tersebut dengan jarum etsa yang runcing, sehingga anggota logamnya terbuka. Plat tersebut lalu dicelupkan dalam larutan asam atau larutan asam disapukan di atasnya. Asam akan mengikis anggota plat yang digores (bagian logam yang terbuka/tak terlapisi). Sesudah itu, lapisan yang tersisa dibersihkan dari plat, dan proses pencetakan berikutnya sama dengan proses pada engraving.

Karya seni rupa yang dikerjakan dengan teknik cetak komputer adalah
Tiga Salib, etsa karya Rembrandt
Seniman yang menggunakan teknik ini:

Albrecht Dürer, Rembrandt, Francisco Goya, Whistler, Jim Dine, Otto Dix, James Ensor, Lucian Freud, Paul Klee, Einar Hakonarson, Edward Hopper, Horst Janssen, Käthe Kollwitz, Mauricio Lasansky, Brice Marden, Henri Matisse, Giorgio Morandi, Pablo Picasso, Peter Milton, Paula Rego and Cy Twombly.


Mezzotint

Salah satu cara lain dalam teknik intaglio di mana plat logam terlebih dahulu dibuat kasar permukaannya secara merata; gambar dihasilkan dengan mengerok halus permukaan, membikin gambar yang dibuat dari gelap ke terang. Mungkin juga membikin gambar hanya dengan mengkasarkan anggota tertentu saja, memainkan pekerjaan dari warna terang ke gelap.

Mezzotint dikenal karena kualitas tone-nya yang kaya: pertama, karena permukaan yang dikasarkan secara merata menahan banyak tinta, menghasilkan warna cetak yang solid; kedua, karena proses penghalusan tekstur dengan menggunakan burin, atau alat lain menghasilkan gradasi halus sebagai mengembangkan tone.

Cara mezzotint ditemukan oleh Ludwig von Siegen (1609-1680). Proses ini dipakai secara lapang di Inggris mulai menengah ratus tahun delapanbelas, sebagai mereproduksi foto dan lukisan.

Aquatint

Yaitu variasi dari etsa. Seperti etsa, aquatint menggunakan asam sebagai membikin gambar cetakan pada plat logam. Pada teknik etsa dipergunakan jarum sebagai membikin garis calon warna tinta pekat, aquatint menggunakan serbuk resin yang tahan asam sebagai membikin efek tonal.

Kebanyakan karya-karya grafis Goya menggunakan teknik aquatint.

Drypoint

Merupakan variasi dari engraving, dikerjakan dengan alat runcing, bukan dengan alat burin ada bangun-bangun "v". Sementara garis pada engraving sangat halus dan bertepi tajam, goresan drypoint membekas kasar pada tepi garis. Bekas ini memberi ciri kualitas garis yang lunak, dan kadang-kadang berkesan kabur, pada drypoint. Karena tekanan alat press dengan cepat merusak bekas tersebut, drypoint hanya berfaedah sebagai banyak edisi yang sangat kecil; sekitar sepuluh sampai duapuluh karya. Sebagai mengatasi ini, penggunaan electro-plating (pelapisan secara elektrik dengan bahan logam lain) telah dilakukan semenjak ratus tahun sembilanbelas sebagai mengeraskan permukaan plat.

Teknik ini kelihatannya ditemukan oleh seorang seniman Jerman selatan ratus tahun limabelas yang ada julukan Housebook Master, di mana seluruh karya-karyanya menggunakan drypoint. Di selang seniman old master print yang menggunakan teknik ini: Albrecht Dürer menghasilkan 3 karya drypoint sebelum kesudahannya selesai menggunakannya; Rembrandt sering menggunakannya, tapi kebanyakan digabungkan etsa dan engraving.

Litografi

Karya seni rupa yang dikerjakan dengan teknik cetak komputer adalah
La Goulue, Poster litografi karya Toulouse-Lautrec.

Litografi yaitu teknik yang ditemukan pada tahun 1798 oleh Alois Senefelder dan didasari pada sifat kimiawi minyak dan air yang tak bisa bercampur. Dipergunakan permukaan berpori, kebanyakan sejenis batu yang dinamakan limestone/batu kapur; gambar dibuat pada permukaan batu dengan medium berminyak. Yang belakang sekali dilakukan pengasaman , sebagai mentransfer minyak ke batu, sehingga gambar 'terbakar' pada permukaan. Lalu dilapisi gum arab, bahan yang larut air, menutupi permukaan batu yang tidak tertutupi medium gambar (yang berbasis minyak). Batu lantas dibasahi, air akan terletak pada anggota permukaan yang tidak tertutup medium gambar berbasis minyak tadi; berikutnya batu di-roll dengan tinta berbasis minyak ke seluruh permukaan; karena air menolak sifat minyak pada tinta maka tinta hanya menempel pada anggota gambar yang berminyak. Yang belakang sekali selembar kertas lembap ditempatkan pada permukaan, image/gambar ditransfer ke kertas dengan menggunakan alat press. Teknik litografi dikenal dengan kemampuannya menangkap gradasi halus dan detail yang sangat kecil.

Variasi dari teknik ini yaitu foto-litografi, di mana gambar ditangkap lewat proses fotografis pada plat logam; yang belakang sekali pencetakan dilakukan dengan cara yang sama.

Seniman yang menggunakan teknik ini:

George Bellows, Pierre Bonnard, Honoré Daumier, M.C. Escher, Ellsworth Kelly, Willem de Kooning, Joan Miró, Edvard Munch, Emil Nolde, Pablo Picasso, Odilon Redon, Henri de Toulouse-Lautrec and Stow Wengenroth


Cetak Saring

Cetak saring dikenal juga dengan sablon atau serigrafi membikin warna padat dengan menggunakan teknik stensil. Mula-mula seniman menggambar berkas pada selembar kertas atau plastik (kadang-kadang dipakai juga film.) Gambar yang belakang sekali dilubangi sebagai membikin stensil. (Anggota yang bocor yaitu anggota yang akan diwarnai.) Suatu screen dibuat dari selembar kain (asalnya dahulu menggunakan sutra) yang direntangkan pada rangka kayu. Berikutnya stensil ditempelkan pada screen. Yang belakang sekali screen ditempatkan di atas kertas kering atau kain. Tinta dituangkan di sisi dalam screen. Suatu rakel dari karet dipergunakan sebagai meratakan tinta melintasi screen, di atas stensil, dan menuju ke kertas atau kain. Screen dinaikkan ketika gambar sudah ditransfer ke kertas/kain. Tiap warna memerlukan stensil yang terpisah. Screen bisa dipakai lagi sesudah dibersihkan.

Seniman yang menggunakan teknik ini:

Josef Albers, Chuck Close, Ralston Crawford, Robert Indiana, Roy Lichtenstein, Julian Opie, Robert Rauschenberg, Bridget Riley, Edward Ruscha, dan Andy Warhol.


Cetak Digital

Cetak digital merujuk pada image/citra yang dibuat dengan komputer menggunakan gambar, teknik cetak lain, foto, light pen serta tablet, dsb-nya. Citra tersebut bisa dicetak pada bahan yang bervariasi termasuk pada kertas, kain atau kanvas plastik. Reproduksi warna yang akurat merupakan kunci yang membedakan selang digital print berkualitas tinggi dengan yang berkualitas rendah. Warna metalik (emas, perak) sulit sebagai direproduksi secara akurat karena akan memantul-balikkan sinar pada scanner digital. Cetak digital berkualitas tinggi kebanyakan direproduksi dengan menggunakan file data ber-resolusi sangat tinggi dengan printer ber-presisi tinggi.

Cetak digital bisa dicetak pada kertas printer desktop standar dan yang belakang sekali ditransfer ke art paper tradisional (misalnya, Velin Arch atau Stonehenge 200gsm). Salah satu cara mentransfer berkas yaitu dengan menaruh hasil cetakan menghadap permukaan, art paper yang belakang sekali diolesi dengan Wintergreen oil di belakangan cetakan, yang belakang sekali dipress.

Sosiolog Jean Baudrillard ada pengaruh akbar dalam seni grafis digital lewat teori yang diuraikannya dalam Simulacra and Simulation.

Seniman yang menggunakan teknik ini:

Istvan Horkay,Zazie (seniman surrealis)


Lihat pula


  • Ukiyo-e
  • Old master print
  • Artist's proof
  • Line engraving
  • Edition

Seniman Grafis

  • Valenti Angelo
  • Werner Drewes
  • Albrecht Dürer
  • Andy English
  • M. C. Escher
  • Edith Frohock
  • Jane Hammond
  • Stanley William Hayter
  • Mauricio Lasansky
  • Edvard Munch
  • Frank Stella
  • Peter Stent
  • Rembrandt van Rijn
  • Stow Wengenroth

Seniman grafis Indonesia

  • A.D Pirous
  • Firman Lie
  • Kaboel Suadi
  • Suromo
  • Roumy H Pesona

Tautan luar

  • Thompson, Wendy. "The Printed Image in the West: History and Techniques". In Timeline of Art History. New York: The Metropolitan Museum of Art, 2000. (October 2003)
  • André Béguin's dictionary;enormous dictionary of terms, relating more to the printing than the creation of the image
  • Another glossary - for modern prints
  • Judging the Authenticity of Prints by The Masters by art historian David Rudd Cycleback
  • Site dedicated to the activity of printmaking and thinking creatively. Includes footage of well-known artists working at Crown Point Press in San Francisco.


Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, p2k.program-reguler.co.id, dan sebagainya.