Jumlah kapal pandu yang dimiliki ttl surabaya

Peningkatan jumlah kapal yang sandar ini menunjukkan kinerja TTL yang tetap prima di tengah pandemi, ...

Surabaya (ANTARA) - PT Terminal Teluk Lamong (TTL) yang merupakan anak usaha PT Pelindo III mencatatkan kenaikan kapal sandar pada  2020, yakni dari 1.105 unit dengan total berat 16.786.524 gross ton (GT) pada 2019 menjadi 1.178 unit dengan total berat 17.222.455 GT.

Direktur Operasi dan Teknik TTL, Warsilan di Surabaya, Senin, mengatakan berdasarkan catatan itu, kenaikan dialami kapal petikemas maupun curah kering.

“Jumlah tersebut naik 7 persen dibanding periode yang sama tahun 2019," kata Warsilan, dalam keterangan persnya kepada wartawan.

Baca juga: Peneliti: Indonesia perlu tingkatkan ekspor ke negara nontradisional

Ia merinci, trafik kapal peti kemas mengalami kenaikan sebesar 7 persen, dari 1.029 unit (13.540.737 GT) menjadi 1.101 unit (13.941.759 GT) pada tahun 2020, dengan didominasi kapal domestik yang meningkat 19 persen dibanding tahun lalu, yakni tahun 2019 kedatangan kapal domestik mencapai 753 unit (6.020.436 GT) naik menjadi 840 unit (7.176.668 GT) pada 2020.

Kenaikan serupa juga tercatat di trafik kapal curah kering sebesar 1 persen dibanding tahun 2019. Pada tahun 2019 tercatat ada 76 unit (3.245.787 GT) menjadi 77 unit kapal (3.280.696) GT di tahun 2020.

"Peningkatan jumlah kapal yang sandar ini menunjukkan kinerja TTL yang tetap prima di tengah pandemi, dan kami sebagai pelabuhan otomasi dan ramah lingkungan sangat siap dalam menghadapi kondisi pandemi yang berat bagi dunia usaha karena kinerja kami menunjukkan angka positif," kata Warsilan.

Baca juga: Pelindo III dan Sarinah kolaborasi berdayakan UMKM di Pelabuhan Benoa

Selain itu, kenaikan jumlah kapal yang sandar juga menunjukkan stabilitas perekonomian nasional. Sebab, arus kapal di Terminal Teluk Lamong didominasi oleh kapal domestik.

"Infrastruktur dan teknologi merupakan yang kami miliki adalah salah satu komponen penting dalam memajukan industri maritim sehingga Terminal Teluk Lamong sangat mumpuni untuk melayani kapal domestik dan internasional," katanya.

Sementara itu, Direktur Utama Terminal Teluk Lamong, Faruq Hidayat menjelaskan kinerja PT TTL ini dapat dinilai sangat luar biasa dengan mampu bertahan dan membukukan laba di atas target perusahaan meski di tengah pandemi COVID-19.

Faruq mengaku telah mengambil beberapa kebijakan untuk mendongkrak bisnis kepelabuhanan ditengah kondisi pandemi COVID-19.

"Pada sisi harga dan pembayaran, kami juga memberikan perpanjangan waktu pembayaran tagihan pelayanan jasa kapal dan menunda proses penyesuaian harga bongkar curah kering," katanya.

Kebijakan terkait perpanjangan waktu penumpukan petikemas impor juga diberlakukan. Pada petikemas empty waktu penumpukan di dalam pelabuhan diperpanjang dari 3 hari menjadi 7 hari sedangkan untuk petikemas bermuatan waktu diperpanjang dari 3 hari menjadi 5 hari.

"Melalui kinerja positif pada tahun 2020, kami berharap TTL dapat terus meningkatkan kinerja di tahun-tahun selanjutnya. Strategi pemasaran, leadership, operasi prima dan peningkatan pelayanan kepada pelanggan, menjadi kunci utama pencapaian Terminal Teluk Lamong," katanya.

Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2021

Surabaya - Kapal peti kemas 'Tommi Ritscher' bersandar di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Kamis (29/7). Kapal dengan kapasitas mencapai lebih dari 4.000 TEUs itu diklaim sebagai kapal peti kemas terbesar yang pernah sandar di pelabuhan yang dikelola oleh PT Pelindo III (Persero) itu.

Armada 'raksasa' milik perusahaan pelayaran asal Denmark, Maersk Line tersebut, akhirnya dapat sandar di Tanjung Perak setelah Pelindo III membangun Terminal Teluk Lamong (TTL) untuk melayani bongkar muat dengan peralatan modern yang efisien.

"Hari bersejarah ini membuktikan bahwa Surabaya sudah menjadi salah satu pusat perdagangan dunia, dengan dukungan fasilitas infrastruktur yang memadai dan modern. Pelindo III merasa terhormat karena inovasinya di bidang logistik dengan membangun Terminal Teluk Lamong dan merevitalisasi Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) disambut baik oleh agen pelayaran internasional," kata Sekretaris Perusahaan Pelindo III, Yon Irawan dalam keterangan tertulisnya, Jumat (29/7/2016).

TTL yang diresmikan Presiden Joko Widodo tahun lalu, merupakan terminal peti kemas dan curah kering yang beroperasi dengan peralatan semi-otomatis dan memiliki kedalaman kolam labuh -14 meter LWS.

Pelindo III juga sekaligus merevitalisasi APBS (jalur lintasan kapal) di Selat Madura yang semula selebar 100 meter menjadi 150 meter dan berkedalaman semula -9,5 meter LWS menjadi -13 meter LWS.

"Pengembangan kedua fasilitas tersebut membuat Pelabuhan Tanjung Perak berperan penting dalam menurunkan biaya logistik di Indonesia, karena dengan kapal yang lebih besar transportasi barang menjadi lebih efisien dan dengan peralatan yang lebih modern proses bongkar muat menjadi lebih cepat," paparnya.

Jumlah kapal pandu yang dimiliki ttl surabaya

Di dermaga internasional TTL, peti kemas yang dibongkar muat di terminal ramah lingkungan tersebut mencapai 2.822 boks atau setara dengan 3.996 TEUs. Kapal berbendera Portugal buatan tahun 2014 itu membongkar 549 boks peti kemas impor dan memuat 2.273 boks peti kemas ekspor, dengan tujuan muatan ialah Indonesia - Cintao (China) - Busan (Korea Selatan).

"Jumlah peti kemas ekspor yang lebih banyak daripada peti kemas impor memberikan penanda positif pada perdagangan nasional di tengah perekonomian dunia yang mulai bangkit di semester kedua tahun 2016 ini," ungkapnya.

Peralatan modern di TTL menarik pengguna jasa internasional karena menjanjikan kecepatan dan ketepatan kinerja bongkar muat. Konsep ramah lingkungan yang diusung anak usaha Pelindo III tersebut juga memberikan nilai tambah bagi para pengguna jasa di tengah tren global untuk cara berbisnis yang ramah lingkungan.

Jumlah kapal pandu yang dimiliki ttl surabaya

"Kami memberikan apresiasi kepada Terminal Teluk Lamong karena pelayanan yang excellent, baik dari segi peralatan, lapangan, dan staf yang melayani, sehingga proses sandar dan bongkar muat dapat berjalan dengan mudah dan cepat," ujar Kapten Kapal Tommi Ritscher, Capt. Michael Mueller di dermaga Terminal Teluk Lamong.

Dermaga internasional TTL memiliki fasilitas Ship To Shore crane yang berkemampuan twin-lift atau sanggup mengangkat 2 peti kemas berukuran 20 kaki secara bersamaan. Automated Stacking Crane (ASC) yang mendukung di lapangan penumpukan peti kemas berkecepatan tiga kali lebih efisien daripada Rubber Tired Gantry (RTG) konvensional.

Selain itu karena beroperasi secara semi-otomatis, yakni dijalankan oleh operator dari balik menara kontrol, dapat memberikan keamanan pelayanan bagi pengguna jasa karena tidak ada pekerja (SDM) yang berada di lapangan penumpukan peti kemas TTL.

Tommi Ritscher merupakan salah satu armada Maersk Line yang memiliki panjang 256 meter dan lebar badan kapal 34 meter. Dengan bobot kapal yang mencapai 48.338 ton, kapal tersebut membutuhkan kedalaman -12,4 meter LWS. Dermaga internasional TTL memiliki kedalaman -14 meter LWS sehingga dapat disandari kapal yang lebih besar lagi.

Maersk Line merupakan perusahaan pelayaran terbesar di dunia, asal Denmark. Berdasarkan ranking TOP 100 yang dirilis oleh Alphainer pada Januari 2016, Maersk Line memiliki armada terbanyak dan kapasitas angkut kapal terbesar. Perusahaan pelayaran tersebut mengoperasikan 589 unit kapal peti kemas dengan total kapasitas mencapai 3.010.757 TEUs atau 13,5% dari total kapasitas pengiriman peti kemas dunia. (feb/hns)