Jika menemui kesulitan dalam belajar maka sikap kita harus

Oleh: Dzikri Nirwana*

Dalam menjalani kehidupan ini, manusia pasti dihadapkan pada salah satu dari dua hal; kesenangan (yusrun), atau kesusahan (‘usrun). Dua hal ini adalah sunnatullah yang juga merupakan manifestasi dari penciptaan pasangan oleh Allah bagi segala makhluk, ada siang dan malam, ada hidup dan mati, ada kaya dan miskin, ada pula bahagia dan sengsara. Mungkin sebagian dari manusia pada waktu tertentu menempuh masa-masa sulit, sementara sebagian yang lain pada saat yang sama tengah berada dalam masa-masa senang.

Namun terlepas dari apa yang dialami oleh manusia, entah itu masa sulit atau masa senang, yang jelas perlu dipahami bahwa keduanya adalah ujian (ibtila) dari Allah swt. untuk melihat sejauh mana kualitas keimanan, apakah dia mampu menjadi orang yang bersyukur ataukah sebaliknya, akan menjadi orang yang kufur. Dalam hal ini, Allah swt. memperingatkan kepada kita dalam Q.S. al-Fajr: 15-16, yang artinya: “Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka manusia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka manusia berkata: “Tuhanku telah menghinakanku”.

Inilah karakter dasar manusia, bahwa ketika diberikan kenikmatan, berada pada masa-masa senang, kaya, naik pangkat atau posisi, dapat jabatan baru, uang yang berlimpah, fasilitas yang mewah, maka orang beranggapan bahwa Allah swt telah memuliakannya. Mungkin pada masa-masa ini, seseorang dengan sangat mudahnya, dengan perasaan gembira mengucapkan ‘alhamdulillah’, memuji kepada Allah. Bahkan mungkin akan mengundang keluarga, teman dan rekannya kita untuk turut merasakan nikmat yang telah diberikan Allah kepadanya. Pada masa kegembiraan ini, barangkali banyak di antara manusia yang ‘lulus’ ujian Tuhan ini.

Tetapi ketika manusia berada pada posisi sulit, dihimpit kesusahan, ditimpa musibah, penghidupan terasa sempit, rezeki pun dibatasi-Nya, sehingga semakin sulit untuk dicari, bahkan mungkin harus berhutang ke sana dan kemari untuk menutupi keperluan sehari-hari. Pada masa ini, manusia beranggapan bahwa Allah telah menelantarkan, mengabaikan, atau bahkan menghinanya. Di saat-saat sulit seperti ini, akankah manusia tetap sanggup untuk memuji Allah, sesuai dengan doa qunut yang selalu dipanjatkan setiap subuh, falakal hamdu ‘ala ma qadhayt (maka segala puji bagi Engkau, terhadap segala yang Engkau takdirkan kepada kami). Mungkin sebagian di antara ada yang mengeluh, bahkan mungkin mengatakan Tuhan tidak adil dan lain sebagainya, sehingga dalam masa-masa sulit seperti ini, kebanyakan manusia tidak lulus dalam ujian tersebut.

Di sinilah kita dituntut untuk bersikap bijak terhadap dua keadaan ini, terutama ketika dihadapkan pada masa-masa sulit. Dalam hal ini, Islam mengajarkan bahwa ketika kita berada dalam kesulitan, maka sikap sabar yang mesti dilakukan. Sebab dengan kesabaran, seseorang akan menjadi lapang dan rela menerima segala yang ditakdirkan oleh Allah swt.. terutama takdir yang buruk Diharapkan dengan kesabaran ini, Allah swt. akan mengganti keadaan yang sulit dengan kemudahan dan keberuntungan. Mungkin inilah makna dari sebuah ungkapan bijak “man shabara zhafira” (siapa yang bersabar, maka dia akan beruntung). Dalam hal ini, Allah swt. telah menegaskan bahwa kesulitan selalu diikuti dengan kemudahan, sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. al-Insyirah:5-6, yang artinya: “Karena sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan”.

Ungkapan ma’a sering diartikan ‘bersama’ secara harfiyah, padahal tafsirnya adalah sesudah. Walaupun demikian, menurut seorang mufasir bernama al-Zamakhsyari dalam kitab Tafsir al-Kasysyaf-nya, bahwa penggunaan ma’a meskipun maksudnya adalah sesudah, adalah untuk menggambarkan betapa dekat dan singkatnya waktu antara kehadiran masa mudah dan masa sulit yang dialami, sehingga seakan-akan keduanya bergandengan antara satu dengan lainnya, dan tidak terpisahkan. Oleh karena itu, tidak sepantasnya seorang hamba Allah selalu mengeluh ketika mendapat kesulitan-kesulitan hidup, karena di samping ada kesulitan yang dihadapi di satu sisi, kemudahan juga akan diberikan oleh Allah swt. di sisi yang lain, bagi mereka yang yakin dan percaya kepada kemurahan, keadilan, dan kebijaksanaan Allah swt.

Kesulitan tidak selamanya selalu dianggap sebagai ujian dan hukuman dari Allah swt., tetapi bisa saja ia sebagai pertanda kasih sayang-Nya kepada diri sang hamba. Layaknya seperti anak yang sakit flu yang merengek meminta agar dibelikan es krim kepada ibunya, namun sang ibu tidak mau membelikannya, karena dia begitu sayang kepada sang anak, sebab kalau dia belikan es krim tersebut, justru sakit flu anaknya akan bertambah parah. Begitulah seharusnya keyakinan dan persangkaan sang hamba terhadap Tuhannya agar dia selalu mendapatkan rahmat dan bimbingan-Nya dalam meniti kehidupan yang fana ini.

*Profil Penulis

Nama lengkap beliau adalah Dr. Dzikri Nirwana, S.Th.I., M.Ag., lahir di Banjarmasin, pada tanggal 27 Desember 1978. Profesi beliau adalah sebagai dosen tetap pada Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT) Fakultas Ushuluddin dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin dengan NIDN 2027127801.

Pendidikan tinggi yang ditempuh oleh Dr. Dzikri Nirwana, S.Th.I., M.Ag. dimulai dengan meraih gelar kesarjanaaan (S1) pada Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Antasari Banjarmasin tahun 2002, kemudian melanjutkan jenjang magister (S2) pada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Antasari Banjarmasin pada Prodi Filsafat Islam dan selesai tahun 2006. Setahun berikutnya, beliau melanjutkan lagi pada jenjang doktoral (S3) dan mendapatkan beasiswa studi dari Kementrian Agama pada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya dengan mengambil Prodi Tafsir Hadis dan akhirnya merampungkan studinya tahun 2011.

Selama bertugas di kampus IAIN (sekarang UIN) Antasari Banjarmasin, Dr. Dzikri Nirwana, S.Th.I., M.Ag. mengampu sejumlah mata kuliah yang relevan dengan keahliannya, yaitu hadis dan ilmu hadis, dari jenjang sarjana (S1) hingga magister (S2) dan doktor (S3). Untuk kajian hadis, mata kuliah yang diampu beliau seperti hadis-hadis akidah, hadis-hadis tafsir, dan hadis-hadis tematis. Untuk kajian ilmu hadis, mata kuliah yang diajarkan seperti Pengantar Studi Hadis, Qawa’id al-Tahdits, Metodologi Penelitian Hadis, dan lainnya.    Selain mengajar, Dr. Dzikri Nirwana, S.Th.I., M.Ag. juga aktif melakukan beberapa penelitian yang umumnya bersifat kolektif. Kemudian dia juga telah mempublikasikan banyak karya ilmiah, baik dalam bentuk buku maupun artikel jurnal, baik yang sifatnya individual maupun kolektif.

Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada proses belajar yang dialami siswa. Guru memiliki peran yang besar supaya siswa mengalami proses pembelajaran yang bermakna dan bermanfaat dalam kehidupan siswa. Dalam prosesnya, tidak semua siswa mengalami proses belajar yang lancar. beberapa siswa mengalami kesulitan dalam belajar sehingga tidak dapat mencapai target pembelajaran secara optimal.

Suhito mengatakan bahwa kesulitan merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai suatu tujuan, sehingga memerlukan usaha yang lebih keras untuk dapat mengatasinya. Kesulitan dalam belajar yang siswa hadapi dapat menyebabkan ketidakmampuan siswa dalam memecahkan masalah yang ditandai adanya kesalahan. Secara otomatis, kesulitan belajar akan berpengaruh terhadap prestasi belajar yang diraih siswa. Oleh karena itu, untuk memperoleh prestasi yang baik siswa perlu memperoleh perlakuan belajar yang tepat baik di sekolah maupun diluar sekolah dan tentu saja atas ketentuan serta usaha siswa dalam belajar.

Menurut Munirah (2018:113), kesulitan belajar merupakan bentuk gangguan faktor fisik dan psikis yang mendasar yang meliputi pemahaman atau gangguan bahasa, lisan maupun tulisan yang dengan sendirinya muncul berbagai kemampuan tidak sempurna untuk mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis atau membuat perhitungan matematika. Termasuk juga kelemahan motorik ringan, gangguan emosional akibat gangguan ekonomi, budaya atau lingkungan yang tidak menguntungkan.

Adanya kesulitan dalam belajar yang dialami oleh siswa dapat Guru Pintar deteksi dengan tingkat seringnya siswa membuat kesalahan-kesalahan dalam mengerjakan tugas maupun soal-soal tes. Hal ini dapat diartikan kesulitan siswa akan dapat dideteksi oleh guru melalui jawaban-jawaban siswa yang salah dalam mengerjakan suatu soal. Mulyono Abdurrahman,1999:7-8 mengutip dari Hammill et al.,1981:336 menjelaskan bahwa kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi matematika. Gangguan seperti ini disebabkan oleh faktor intrinsik dan juga diduga disebabkan oleh adanya disfungsi sistem saraf pusat.

Meskipun demikian, suatu kesulitan belajar mungkin saja terjadi bersamaan dengan adanya kondisi lain yang mengganggu misalnya gangguan sensori, tunagrahita, hambatan sosial dan emosional atau berbagai pengaruh lingkungan seperti perbedaan budaya, pembelajaran yang tidak tepat. Berikut ini adalah gejala yang dapat dijadikan sebagai pertanda adanya kesulitan dalam belajar yang dialami oleh siswa menurut Rochman Natawidjaja (1984:20):


Foto olehRODNAE ProductionsdariPexels

1. Siswa menunjukkan hasil belajar yang rendah (di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok kelas).

2. Hasil belajar yang dicapai siswa tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Misalnya ada seorang siswa yang selalu berusaha untuk belajar dengan giat tetapi nilai yang dicapai selalu rendah.

3. Siswa lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar.

4. Siswa menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, berbohong dan sebagainya.

5. Siswa menunjukkan tingkah laku yang tidak wajar, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, mengasingkan diri, tersisihkan tidak mau bekerja sama, dan sebagainya.

6. Siswa menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu, misalnya dalam menghadapi nilai rendah tidak menunjukkan adanya perasaan sedih atau menyesal.

Faktor-faktor Penyebab Siswa Mengalami Kesulitan Dalam Belajar

Cara mengatasi kesulitan belajar pada masing-masing siswa tidak dapat disamaratakan. Guru Pintar harus mengetahui faktor-faktor kesulitan belajar siswa. Dengan demikian, Guru Pintar dapat mengidentifikasi masalah dalam belajar dan cara mengatasinya. Kemudian dapat mengambil langkah langkah mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.

Banyak hal yang menjadi sebab siswa menghadapi hambatan dalam belajar sehingga menggangu kemajuan belajarnya atau bahkan dapat menyebabkan siswa terjadi suatu kegagalan. Zainal Aqib (2002:62-67) menuliskan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar dapat dikelompokkan menjadi dua faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor Intern yang membuat siswa terkendala dalam belajar antara lain: faktor biologis, kesehatan, faktor Psikologis, Intelegensi, perhatian, minat, bakat, emosi. Sedangkan faktor ekstern yang mengganggu siswa dalam belajar meliputi lingkungan, faktor suasana rumah, faktor ekonomi keluarga, faktor Lingkungan Sekolah, faktor lingkungan Masyarakat.

Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa


Seorang guru memiliki peranan yang besar dalam membantu siswanya mengatasi kesulitan belajar. Cara mengatasi kesulitan belajar antara siswa satu dengan siswa lainnya bisa jadi berbeda-beda. Oleh karena itu Guru Pintar harus memiliki trik-trik dalam mengidentifikasi masalah pembelajaran dan solusinya seperti berikut ini:

1. Melakukan tes diagnostik

Untuk mengetahui contoh kesulitan belajar dan cara mengatasinya, Guru Pintar dapat melakukan tes diagnostik. Hasil tes diagnostik yang didapatkan dapat dijadikan acuan dalam mengatasi permasalahan belajar yang dihadapi siswa.

2. Mengenali karakteristik siswa

Ketika kesulitan belajar yang dialami siswa tidak berkaitan dengan masalah syaraf, kesehatan, atau genetik, Guru Pintar dapat melakukan sesuatu untuk membantu siswa dalam mencapai keberhasilan dalam belajar. Dengan mengetahui karakteristik masing-masing siswa, Guru Pintar dapat merancang solusi yang tepat dalam mengatasi kesulitan belajar siswa.

3. Menggunakan Prior Knowledge

Prior knowledge atau pengetahuan awal yang sudah dimiliki oleh siswa dari pengalaman atau pengetahuan yang didapat sebelumnya dapat menjadi sebuah metode pendekatan oleh Guru Pintar agar dapat membantu mengatasi kesulitan belajar siswa di sekolah. Cara seperti ini bermanfaat juga untuk membantu siswa dapat dengan mudah menerima materi baru selanjutnya. Contoh penggunaakan prior knowledge misalnya meminta siswa membaca terlebih dulu materi yang akan disampaikan pada pertemuan selanjutnya.

4. Melibatkan siswa dalam pembelajaran

Salah satu cara mengatasi kesulitan belajar siswa adalah dengan mengajak siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Cara ini membutuhkan kesabaran dan keuletan dari Guru Pintar sehingga semua siswa dapat aktif selama mengikuti kelas. Supaya siswa dapat aktif dalam pembelajaran, Guru Pintar tidak boleh bertindak atau mengucapkan kata-kata yang menurunkan mental siswa. Sebaliknya, arahkan siswa untuk menyadari potensinya.

5. Biasakan siswa untuk membuat catatan

Cara mengatasi kesulitan siswa dalam belajar selanjutnya adalah dengan membiasakan siswa untuk membuat catatan atau mind mapping. Banyak siswa tidak memiliki strategi belajar yang cukup baik sehingga mereka bingung dalam merangkum atau mencerna isi pelajaran. Dengan membuat catatan atau membuat mind mapping, dapat memudahkan siswa untuk mempelajari dan mengulang materi yang telah diajarkan.

6. Pendekatan secara individual

Tidak semua penanganan kesulitan belajar siswa dapat diatasi secara klasikal atau kelompok. Terkadang menangani kesulitan belajar siswa perlu dilakukan dengan pendekatan personal atau individual antara guru dan siswa. Pendekatan personal dapat Guru Pintar lakukan dengan cara berdialog atau berkomunikasi secara langsung dan terbuka dengan siswa. Guru Pintar dapat bertanya untuk menggali informasi terkait proses pembelajaran dan apa saja yang menghambat siswa dalam memahami pelajaran.

Guru sangat berperan dalam membantu siswa mengatasi kesulitannya dalam belajar. Meskipun demikian, tidak ada salahnya juga jika Guru Pintar bekerjasama dengan orang tua sehingga siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dapat mendapatkan solusi yang tepat.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA