Apa saja ibrah yang bisa diambil dari materi kemajuan dan kemunduran umat islam

Penyebab kemunduran umat Islam bisa internal dan eksternal.

Rabu , 14 Oct 2020, 23:13 WIB

ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA

Penyebab kemunduran umat Islam bisa internal dan eksternal. Ilustrasi umat Islam

Rep: Hasanul Rizqa Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, Seperti disadari banyak kalangan, kaum Muslimin sedunia saat ini umumnya didera beragam persoalan, mulai dari dekadensi moral, ketimpangan pendapatan, konflik, hingga perang saudara. 

Baca Juga

Penyelidikan atas hal tersebut dapat dimulai dari sisi internal dan eksternal umat Islam. Jika ajaran-ajaran agama ini mendorong kebangkitan peradaban Islam pada zaman dahulu, mengapa tidak demikian halnya dengan masa sekarang? 

Apakah penyebab kemalangan umat Islam merupakan rongrongan pihak luar, tetapi siapa pihak yang patut disalahkan? 

Muslim Civilization: The Causes of Decline and the Need for Reform merupakan salah satu karya yang patut diperhi tungkan. Buku karangan intelektual Pakistan, Muhammad Umar Chapra, itu dengan tajam menganalisis sejumlah dugaan yang menyebabkan surutnya pengaruh Islam di kancah global.

Bagi Chapra, pertanyaan-pertanyaan krusial semacam itu patut disoroti terlebih da hulu, sehingga dapat ditemukan langkah-langkah apa yang seharusnya dikerjakan untuk memperbaiki kondisi para pemeluk agama ini.

Kebanyakan peneliti, menurut dia, menjadikan abad ke-12 sebagai patokan. Artinya, sebelum kurun waktu tersebut umat Islam pada umumnya belum begitu tertinggal.

Beberapa di antara mereka menyebutkan bahwa faktor terpenting dari kemunduran umat Islam adalah kemerosotan moral dan hilangnya sikap dinamis di tengah komunitas ini.

Hal tersebut diperparah dengan meluas nya sikap dogmatis dan kekakuan (rigidity). Beberapa juga menilai faktorfaktor yang lebih bersifat fisik, semisal munculnya peperangan dan invasi atas banyak wilayah umat Islam. Dugaan lainnya adalah menurunnya aktivitas intelektual dan sains, sedangkan golongangolongan non-Islam justru berpacu melakukannya.

Di tengah nuansa suram itu, Chapra menyuarakan optimisme yang mendasar. Sebab, jarang sekali ada komunitas di dunia yang hidup berkelanjutan selama lebih dari 1.400 tahun. 

Umat Islam terbukti merupakan suatu komunitas yang mampu bertahan, tidak kunjung punah, meski diterpa macam-macam tantangan zaman.

Maka dari itu,kata dia, perlu dipahami juga bahwa kemunduran kaum pengikut Nabi Muhammad SAW bukanlah sebuah fenomena yang terjadi serta-merta. 

Mereka masih memiliki potensi yang besar. Bila diibaratkan dengan seseorang yang mengikuti perlombaan maraton, umat Islam bukanlah pelari yang lumpuh sama sekali atau tersungkur di tepi gelanggang.

Dia hanya sedang terluka, sehingga untuk sementara waktu hanya mampu berjalan cepat, belum sampai berlari melesat. Semangat menyongsong masa depan, itulah pesan yang coba dihadirkan dalam buku setebal 210 halaman itu.

Untuk dapat melangkah dengan baik, menurut penulisnya, umat Islam juga perlu menyadari arti penting dua hal ini, yakni sumber ajaran dan pengalaman sejarah. Ihwal yang pertama tentu saja berkaitan dengan Alquran dan sunnah.

Secara eksplisit, Chapra meng ajak pembaca karyanya untuk memiliki kecenderungan kembali pada esensi agama ini. Dia mengutip sejumlah ayat Alquran yang menegaskan bahwa manusia sendiri merupakan arsitek takdir yang dijalaninya.

Di antaranya, Allah SWT tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. 

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS ar-Ra'd: 11). 

Rasulullah SAW sendiri telah melarang umatnya untuk menjadi fatalis. Dengan pemahaman demikian, mengkaji sebab-sebab kemunduran justru men jadi langkah awal menuju kebangkitan.

Poin kedua, yakni jalannya sejarah yang telah dilalui umat Islam. Tentu saja ada banyak peristiwa yang saling berkaitan sehingga membentuk keadaan yang kini dialami mereka. 

  • islam
  • umat islam
  • jumlah umat islam
  • kemunduran umat islam
  • sejarah islam

sumber : Harian Republika

Belajar sejarah untuk diambil hikmahnya adalah bagian penting kehidupan.

Sabtu , 23 Nov 2019, 08:37 WIB

Umat Islam

Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Fajar Kurnianto

Banyak hikmah, ibrah atau pelajaran yang dapat diambil dari kejadian di masa lalu (sejarah) untuk masa kini dan nanti. Hikmah yang baik untuk diteladani, hikmah yang buruk untuk dijauhi dan tidak diulang.

Rasulullah bersabda, Hikmah itu adalah barang yang hilang milik orang yang beriman. Di mana saja ia menemukannya, maka ambillah. (HR at-Tirmidzi).

Dalam kitab al-Misbah, Al-Biqa'i mengatakan, hikmah adalah mengetahui yang paling utama dari segala sesuatu, baik pengetahuan maupun perbuatan. Ia adalah ilmu amaliah dan amal ilmiah, artinya ia adalah ilmu yang didukung oleh amal dan amal yang tepat yang didukung oleh ilmu.

Imam al-Ghazali dalam kitabnya, Ihya' Ulumiddin, memahami kata hikmah dalam arti pengetahuan tentang sesuatu yang paling utama. Ilmu yang paling utama dan wujud yang paling agung adalah Allah. Jika demikian, tulis al-Ghazali, Allah adalah hakim yang sebenarnya. Sebagaimana dinyatakan dalam Alquran, Bukankah Allah hakim yang seadil-adilnya? (QS at-Tin [95]: 8).

Allah SWT mendorong kita untuk mengambil hikmah dari masa lalu dengan membaca sejarah, baik dan buruknya. Dalam Alquran, Allah SWT berfirman, Katakanlah (wahai Muhammad) kepada orang-orang kafir, berjalanlah kalian semua di muka bumi, kemudian lihatlah, bagaimana akibat buruk yang menimpa umat-umat pendosa di masa lalu. (QS an-Naml [27]: 69).

Ayat ini turun berkenaan dengan kelakuan orang kafir Makkah yang dihadapi Nabi Muhammad yang tidak mau melihat atau menengok kembali kejadian di masa lalu untuk diambil hikmahnya. Misalnya, melihat negeri-negeri para nabi, seperti Yaman, Syam, dan Hijaz. Di tempat-tempat tersebut, ada banyak kaum seperti Ad, Tsamud, dan lainnya yang dihancurkan Allah karena durhaka kepada-Nya dan berbuat kerusakan. Tujuannya, agar mereka tidak melakukan hal yang sama hingga berakibat sama pula dengan mereka.

Orang kafir Makkah sebetulnya sering kali melewati tempat-tempat bersejarah itu untuk berdagang. Namun, mereka tidak merenungkan apa yang mereka lihat di perjalanan itu. Mereka terlalu sibuk dengan urusan dunia, hingga lupa urusan akhirat, berkaitan dengan aspek ketuhanan (tauhid). Akibatnya, seruan Nabi untuk kembali mengingat Allah dan beragama secara benar, dianggap angin lalu. Bahkan mereka malah mengejeknya, dan mencurigainya akan merongrong kedudukan sosial-ekonominya di Makkah.

Belajar sejarah untuk diambil hikmahnya adalah bagian penting untuk meningkatkan kualitas hidup kita. Dengan belajar sejarah, kita tidak akan mengulangi kesalahan yang sama yang berakibat negatif bagi kita. Nabi pernah mengatakan bahwa seorang mukmin sejati itu tidak akan pernah jatuh pada lubang yang sama untuk kedua kalinya (HR Muslim).

Ini artinya, seorang mukmin akan selalu berhati-hati dalam berbicara dan bertindak. Serta selalu mengintrospeksi dan mengevaluasi diri. Hal ini sebagaimana ditegaskan Nabi, Hisablah (introspeksilah) diri kalian, sebelum kalian dihisab (di akhirat). (HR al-Bukhari).

Ibnu Hajar dalam kitabnya, Fath al-Bari, mengatakan, Rasulullah menyuruh setiap mukmin berhati-hati dalam kehidupan ini, jangan sampai lalai, dan hendaklah mengambil pelajaran dari kejadian yang telah berlalu. Keutamaan orang beriman terletak pada kemampuannya mengambil manfaat dan pelajaran dari setiap nasihat dan pengalaman. Muawiyah pernah mengatakan, Tidak ada orang yang bijaksana kecuali telah memiliki pengalaman. (HR al-Bukhari). Wallahu a'lam.

Mengambil pelajaran dari peradaban Islam Modern – Peradaban Islam Modern merupakan masa yang diawali pada tahun 1800 M hingga sekarang. Masa pembaharuan (modern) ditandai dengan adanya kesadaran umat Islam mengenai kelemahan dirinya dan adanya dorongan untuk memperoleh kemajuan agama Islam dalam berbagai bidang, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Mempelajari sejarah Islam dan peradabannya tentu mempunyai manfaat yang sangat besar bagi kita semua. Adapun pelajaran yang dapat kita ambil dari peradaban Islam pada era modern adalah sebagai berikut.

1. Harus Menjaga Nilai-Nilai Ketauhidan dan Akidah Islamiah

Baca Lainnya :

Pada perkembangan Islam abad modern, Islam mengalami penurunan salah satunya disebabkan oleh terkikisnya nilai-nilai ketauhidan dan akidah Islamiah. Para pemimpin Islam waktu itu bersikap nepotisme dan mementingkan kepentingan golongan daripada mementingkan kemajuan peradaban Islam secara global dan signifikan.

Hal inilah yang dapat kita ambil sebagai pelajaran bahwa nilai-nilai tauhid dan akidah Islamiah adalah penggerak suatu peradaban. Dengan akidah islamiah, perilaku kita akan sesuai dengan ajaran Islam dan terjaga dari sifat tamak dan egois.

2. Menjaga Persatuan dan Kesatuan

Persatuan dan kesatuan adalah komponen yang penting bagi suatu peradaban. Persatuan dan kesatuan umat Islam di Indonesia adalah persatuan yang mengesampingkan perbedaan pendapat dan mazhab. Jangan sampai terjadi konflik horizontal antarumat muslim sendiri yang hanya akan merugikan umat Islam sendiri.

3. Meningkatkan Kesadaran akan Pentingnya Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan adalah jembatan yang menghubungkan suatu peradaban dengan lingkungan luar. Implikasinya dalam kehidupan adalah dengan ilmu pengetahuan yang luas kita akan mampu eksis dalam menghadapi perubahan zaman dan kemajuan global.

4. Meningkatkan Penguasaan Ilmu Teknologi

Peradaban Islam abad modern mengalami kemunduran karena ketidakantusiasan umat Islam dalam teknologi dan informasi. Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus bangsa dan agama hendaknya selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dengan antusias dan positif dalam menggunakannya.

5. Menjaga Kemurnian Ajaran Islam

Kemurnian ajaran Islam adalah ajaran Islam yang tidak tercampur dengan budaya manusia dan pengaruh dari luar. Apabila  suatu ajaran tercampur dengan budaya manusia, maka ajaran tersebut akan menyimpang. Perkembangan Islam pada masa modern masih banyak penyimpangan-penyimpangan ajaran Islam. Umat Islam harus terlepas dari belenggu bidah, khurafat, dan takhayul. Akan tetapi, jika budaya manusia tersebut tidak melanggar syariat Islam, maka tidak masalah bila dijalankan.

Nah, itulah 5 pelajaran yang dapat kita ambil dari peradaban Islam modern, demikian artikel mengenai agama Islam yang dapat saya berbagi, dan semoga bermanfaat.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA