You are here: Home/ Ekonomi/ Tarif Impor: Definisi, Tujuan, Jenis, Keuntungan dan Kelemahan Apa itu: Tarif impor (import tariff) adalah pajak yang dikenakan atas barang-barang impor. Tarif biasanya dibebankan sebagai persentase dari harga barang impor. Alternatifnya, tarif dipungut sebagai biaya tetap untuk setiap unit barang yang diimpor, misalnya $500 per ton baja impor. Alasan utama untuk mengenakan tarif termasuk:
Tarif impor memiliki sisi pro dan kontra. Itu menguntungkan negara-negara pengimpor karena tarif menghasilkan pendapatan bagi pemerintah. Tarif juga bisa menjadi titik pembuka negosiasi antara dua negara dan menjadi instrumen untuk menciptakan lingkungan kompetitif yang bersahabat bagi perusahaan domestik. Tapi, bagi konsumen domestik, tarif mengurangi manfaat bagi mereka. Harga barang impor menjadi lebih mahal. Tujuan tarif imporTujuan tarif adalah untuk menaikkan biaya impor untuk barang tertentu. Bagi konsumen domestik, itu mengurangi permintaan barang impor karena harganya lebih mahal. Bagi pengekspor, tarif membuat produk mereka menjadi tidak kompetitif di pasar negara tujuan. Pemerintah juga mengenakan tarif yang lebih tinggi sebagai reaksi pembalasan. Mitra dagang mungkin mencoba menggunakan praktik persaingan tidak sehat seperti dumping, sehingga merugikan produsen domestik. Tarif meningkatkan harga barang impor. Itu membuatnya kurang menarik bagi konsumen domestik. Bagi produsen domestik, tarif mengurangi tekanan kompetitif di pasar. Harapannya, konsumen beralih ke produk domestik. Substitusi dari produk impor ke produk domestik seharusnya memacu industri dalam negeri untuk berekspansi. Itu bermanfaat bagi perekonomian secara keseluruhan karena menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pendapatan. Baiklah, saya akan merinci beberapa alasan atau tujuan pemerintah mengenakan tarif impor yang lebih tinggi.
Perbedaan tarif impor dan kuota imporTarif membatasi impor dengan menaikkan harga barang impor. Katakanlah, jika pemerintah menetapkan tarif 10%, maka harga barang impor akan naik 10% daripada harga asli ketika masuk ke pasar domestik. Sementara itu, kuota membatasi kuantitas barang yang diimpor. Misalnya, pemerintah mengurangi kuantitas impor dari 400 ton menjadi 300 ton. Itu mengurangi pasokan di pasar domestik sehingga dapat mendorong harga domestik naik, kecuali jika produsen domestik mampu memasok selisih yang hilang akibat kuota (100 ton = 400 ton 300 ton). Tidak seperti tarif, kuota tidak menghasilkan pemasukan bagi pemerintah. Tapi, itu bisa efektif karena tidak terpengaruh oleh pergerakan nilai tukar. Misalnya, nilai tukar terapresiasi sekitar 10%. Itu membuat barang impor menjadi lebih murah. Dan, jika pemerintah menaikkan tarif impor 10%, maka itu tidak berpengaruh pada harga jual produk impor di pasar domestik. Selanjutnya, pemerintah mungkin mengkombinasikan tarif dan kuota untuk membatasi impor (tariff-rate quota). Dalam kasus ini, pemerintah menetapkan batas kuantitas barang yang diimpor. Pemerintah masih mengizinkan kuantitas impor yang lebih tinggi, tapi mengenakan tarif yang lebih tinggi untuk setiap tambahan impor. Jenis tarif imporDua jenis tarif impor:
Misalnya, Perusahaan ABC mengimpor minyak kedelai dari China dan membeli pada pada USD100 per ton. Katakanlah, pemerintah Indonesia menetapkan tarif ad valorem sekitar 20%. Dalam hal ini, perusahaan harus membayar ke pemerintah sebesar USD20 per ton. Jika harga turun menjadi USD80 per ton, maka perusahaan akan membayar nominal yang lebih rendah, USD16 per ton. Sementara itu, tarif spesifik melibatkan nilai nominal tetap. Katakanlah, pemerintah memasang tarif impor sebesar USD25 per ton. Terlepas minyak kedelai berharga USD100 atau USD80 per ton, perusahaan akan tetap membayar USD25 per ton kepada pemerintah. Keuntungan tarif imporBeberapa keuntungan tarif impor adalah:
Kelemahan tarif imporPara pendukung perdagangan bebas mengkritik tarif impor karena mengandung sejumlah kelemahan, diantaranya:
Memicu perang dagangUpaya untuk menekan negara mitra melalui tarif dapat berubah menjadi siklus pembalasan yang tidak produktif, yang umumnya dikenal sebagai perang dagang. Contohnya adalah perang dagang antara China dan Amerika Serikat. Presiden Donald Trump pada tahun 2018 mulai menetapkan tarif dan hambatan perdagangan lainnya pada Cina dengan tujuan memaksanya untuk melakukan perubahan pada apa yang AS katakan sebagai praktik perdagangan tidak adil. Pada tanggal Januari 2018, Trump mengumumkan tarif panel surya dan mesin cuci. Selanjutnya, pada Maret 2018, Trump kembali mengumumkan tarif baja dan aluminium untuk impor dari semua negara. Trump menyatakan bahwa Amerika Serikat akan mengenakan tarif 25% pada USD50 miliar ekspor Cina. Sebesar USD34 miliar akan dimulai 6 Juli 2018, dengan USD16 miliar sisanya akan dimulai di kemudian hari.China kemudian meradang. Pada bulan Agustus 2018, Cina mengumumkan tarif 25% atas barang-barang AS senilai USD16 miliar termasuk kendaraan dan minyak mentah sebagai balasan atas kebijakan AS. Print Related
|