Jelaskan cara masyarakat praaksara melakukan musyawarah dan mufakat pada saat itu

Nilai-Nilai Budaya Masa Praaksara di Indonesia, belajar dari kehidupan manusia pada masa praaksara, maka terdapat nilainilai budaya dan tradisi yang dapat kita ambil sebagai pelajaran dan suri teladan. Nilai-nilai budaya dan tradisi ini masih terlihat dalam kehidupan masyarakat Indonesia hingga saat ini. Nilai-nilai tersebut antara lain adalah sebagai berikut.

Nilai Religius (Kepercayaan)

Nilai-Nilai Budaya Masa Praaksara di Indonesia, masyarakat praaksara sudah memiliki kepercayaan terhadap adanya kekuatan ghaib. Mereka mempercayai bahwa pohon rimbun yang tinggi besar, hutan lebat, gua yang gelap, pantai, laut atau tempat lainnya dipandang keramat karena ditempati oleh roh halus atau makhluk ghaib. Mereka meyakini bahwa kejadian-kejadian alam seperti hujan, petir, banjir, gunung meletus, atau gempa bumi adalah akibat perbuatan roh halus atau makhluk ghaib. Untuk menghindari malapetaka maka roh halus atau makhluk ghaib harus selalu dipuja. Kepercayaan terhadap roh halus ini disebut dengan animisme.

Selain percaya kepada roh halus, mereka juga percaya bahwa benda-benda tertentu seperti kapak, mata tombak atau benda lainnya memiliki kekuatan ghaib, karena ada kekuatan ghaibnya maka benda tersebut harus dikeramatkan. Kepercayaan bahwa benda memiliki kekuatan ghaib disebut dinamisme.

Nilai Gotong Royong

Masyarakat praaksara hidup secara berkelompok, mereka bergotong royong untuk kepentingan bersama, contohnya membangun rumah yang dilakukan secara bersama-sama. Budaya gotong royong juga dapat terlihat dari peninggalan mereka berupa bangunan-bangunan batu besar yang dapat dipastikan dibangun secara gotong royong.

Nilai Musyawarah

Dalam kehidupan berkelompok, masyarakat praaksara telah mengembangkan nilai musyawarah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan dipilihnya pemimpin yang dianggap paling tua (sesepuh) yang mengatur masyarakat dan memberikan keputusan untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bersama.

Nilai keadilan sudah diterapkan dalam kehidupan masyarakat praaksara, yaitu adanya pembagian tugas sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. Tugas antara kaum laki-laki berbeda dengan kaum perempuan.Hal ini mencerminkan sikap yang adil karena setiap orang akan memperoleh hak dan kewajiban sesuai kemampuannya.

Tradisi Bercocok Tanam

Salah satu cara yang dilakukan oleh masyarakat praaksara untuk memenuhi memenuhi kebutuhan hidup adalah dengan bercocok tanam. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya alat khas pertanian yang berupa beliung persegi dan alat lainnya.

Tradisi Bahari (Pelayaran)

Masyarakat praaksara telah mengenal ilmu astronomi.Ilmu ini sangat membantu pada saat mereka berlayar dari pulau ke pulau dengan memakai perahu yang sangat sederhana. Perahu-perahu cadik merupakan bentuk yang paling umum dikenal pada waktu itu.Perahu bercadik adalah perahu yang kanan-kirinya dipasang alat dari bambu dan kayu agar perahunya tidak mudah oleng. Perahu bercadik memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan masa praaksara, selain sebagai sarana lalu lintas sungai dan laut, perahu ini juga berperansebagai alat penyebaran budaya.

Baca juga Nenek Moyang Bangsa Indonesia

Dari uraian ini dapat diketahui bahwa kehidupan masyarakat praaksara sudah memiliki kebudayaan yang cukup maju. Dengan memiliki kebudayaan dan nilai-nilai tersebut, masyarakat praaksara di Indonesia mampu mengadakan hubungan dan menerima pengaruh kebudayaan baru yang datang dari luar tanpa mengorbankan kebudayaan sendiri.

Masa praaksara di Indonesia telah berakhir ratusan ribu tahun yang lalu. Dari masa praaksara, terdapat berbagai nilai budaya dan tradisi yang masih relevan dalam kehidupan masyarakat Indonesia hari ini. Nilai budaya dan tradisi tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Nilai religius sudah tampak pada zaman praaksara, yaitu zaman Megalitikum. Pada zaman ini, manusia praaksara sudah mengenal sistem kepercayaan animisme dan dinamisme. Adanya sistem kepercayaan ini juga mengembangkan sebuah sikap saling menghargai antarpemeluk kepercayaan.
  2. Manusia praaksara memiliki pola hidup berkelompok untuk memenuhi kebutuhan dan berbagai tantangan alam. Budaya gotong royong ini terlihat dari cara mereka berburu dan meramu makanan. Sejak masa Paleolitikum, manusia praaksara sudah mengenal sistem pembagian kerja untuk lebih memudahkan pekerjaan. Budaya gotong royong ini yang masih digunakan hingga hari ini.
  3. Pada zaman praaksara juga berkembang nilai-nilai keadilan untuk kehidupan sehari-hari seperti laki-laki yang bertugas untuk berburu dan wanita yang mengatur kebutuhan rumah.
  4. Menyelesaikan masalah atau mengambil keputusan dengan jalan musyawarah. Sejak masa praaksara, telah berlangsung budaya musyawarah dengan tingkat yang sederhana dalam memilih pemimpin dan menyelesaikan berbagai masalah.
  5. Tradisi bercocok tanam dan tradisi bahari adalah dua tradisi yang sudah ada sejak zaman praaksara. Manusia praaksara banyak melakukan kegiatan bercocok tanam dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu, nenek moyang kita juga sudah mengenal sistem pelayaran untuk menangkap ikan ataupun hewan laut lainnya.

Jadi, nilai dan tradisi kehidupan manusia pada masa praaksara yang masih terlihat dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada zaman ini adalah nilai religius, nilai gotong royong, nilai keadilan, nilai musyawarah, tradisi bercocok tanam, dan tradisi bahari. 

tirto.id - Kebudayaan atau sejarah peradaban manusia purba pada zaman praaksara ternyata memiliki pengaruh terhadap kehidupan masyarakat di masa kini. Setidaknya ada 10 pengaruh yang masih dapat ditemukan hingga sekarang.

Zaman praaksara atau zaman nirleka atau prasejarah merupakan sebutan bagi kehidupan sebelum manusia mengenal tulisan. Awal mula zaman ini dimulai saat manusia purba jenis Hominini (Homo) memanfaatkan perkakas batu sekira 3,3 juta tahun lalu sampai bermulanya sistem tulis.

Pada masa tersebut, belum ada catatan mengenai sejarah. Manusia belum mengenal tulisan sehingga sejarah dan kebudayaan masa lalu lebih sulit ditemukan buktinya.

Petunjuk mengenai zaman praaksara didapatkan melalui berbagai bidang ilmu seperti paleontologi, astronomi, biologi, geologi, antropologi, arkeologi, dan lainnya.

Meski informasi zaman praaksara tidak tercatat detil, namun diyakini kebudayaan manusia zaman juga sudah cukup tinggi.

Baca juga:

  • Jenis Pola Hunian Sejarah Kehidupan Manusia Purba Masa Praaksara
  • Apa Saja Jenis Manusia Purba yang Ditemukan di Indonesia?
  • Sejarah Periodisasi Masa Praaksara Berdasarkan Geologis

Dikutip dari Modul Sejarah Indonesia Kelas X (2020), J.L. Brendes meyakini sebelum masuknya budaya Hindu-Buddha dari India, Nusantara sudah memiliki dasar-dasar kebudayaan cukup tinggi.

Bahkan, sampai sekarang unsur kebudayaan masa praksara diyakini tetap bertahan sampai sekarang.

Ditemukan ada 10 unsur pokok kebudayaan asli Indonesia sebelum masuknya budaya India dan berpengaruh terhadap masyarakat sampai sekarang, yaitu:

1. Mengenal astronomi untuk berbagai keperluan

Ilmu astronomi yang masih dipakai sampai saat ini dalam kehidupan yaitu untuk memberikan petunjuk berlayar di malam hari. Dalam bercocok tanam, masyarakat juga menggunakan informasi mengenai musim untuk menentukan masa tanam yang tepat.

2. Mengatur masyarakat

Sampai saat ini, masyarakat Indonesia masih mengenal musyawarah dan mufakat untuk mencari solusi atas masalah. Ini adalah budaya turun menurun yang bermula dari desa-desa kuno di Indonesia.

Pemimpin juga dipilih melalui musyawarah yang diharapkan bisa melindungi dari gangguan masyarakat luar atau pun roh jahat, dan memimpin dengan baik.

Baca juga:

  • Apa itu Abris Sous Roche di Masa Praaksara Sejarah dan Fungsinya
  • Kjokkenmoddinger: Sejarah & Fungsinya di Zaman Praaksara
  • Fosil Homo Soloensis: Sejarah, Penemu, Lokasi, dan Ciri-ciri

3. Sistem macapat

Sistem macapat adalah tatacara untuk menata kota yang didasarkan pada jumlah empat, dengan pusat pemerintahan diletakkan pada tengah-tengah wilayah yang dikuasai.

Misalnya pada pusat pemerintahan terdapat tanah lapang (alun-alun) yang dikelilingi bangunan empat penjuru seperti keraton, tempat ibadah, pasar, dan penjara. Konsep ini masih ditemukan pada kota-kota lama.

4. Kesenian wayang

Wayang merupakan kesenian yang ceritanya terpengaruh dari kitab Mahabarata dan Ramayana. Di Jawa, wayang disesuaikan dengan tema kehidupan zaman dulu dengan penambahan tokoh khas seperti Semar, Petruk, Gareng, dan Bagong.

Baca juga:

  • Sejarah Fosil Homo Floresiensis: Penemu, Lokasi, Ciri-ciri, Usia
  • Sejarah Fosil Pithecanthropus Soloensis: Penemu, Lokasi, Ciri-ciri
  • Sejarah Fosil Homo Wajakensis: Penemu, Lokasi, dan Ciri-ciri

5. Seni gamelan

Gamelan juga diyakini merupakan peninggalan zaman praaksara di Indonesia. Kesenian ini warisan dari zaman logam yang biasa dipakai mengiringi pertunjukan wayang maupun pelaksanaan suatu acara.

6. Seni batik

Seni batik yang kini menjadi bagian dari Warisan Budaya TakBenda menurut UNESCO, berasal dari zaman praaksara yang kini makin disukai sebagai bagian dari berbusana. Ragam coraknya tidak lagi monoton dan telah mendapatkan sentuhan kekinian.

7. Menanam padi di sawah

Budaya menanam padi sudah ada sejak Zaman Logam yang waktu itu ditandai dengan penggunaan kapak corong sebagai alat cangkul.

Kapak corong adalah prototipe cangkul yang ada di zaman sekarang. Aktivitas menanam padi dari zaman lampau membuat Indonesia sampai sekarang menjadi negara agraris.

Baca juga:

  • Arti Meganthropus Paleojavanicus: Sejarah, Penemu, Ciri, & Karakter
  • Fosil Pithecanthropus Mojokertensis: Sejarah, Arti, Penemu, & Ciri
  • Sejarah Pithecanthropus Erectus: Penemu, Ciri, & Lokasi Ditemukan

8. Alat tukar dalam berdagang

Manusia zaman praaksara sudah mengenal barter untuk mencukupi berbagai kebutuhan hidupnya. Tukar menukar barang (barter) telah ada semenjak zaman Neolithikum. Barter masih terjadi sampai sekarang.

9. Kemampuan berlayar

Nenek moyang bangsa Indonesia memiliki catatan hebat dalam pelayaran. Mereka mengarungi lautan berbekal ilmu astronomi sederhana. Hal itu tampak dari perpindahan masyarakat Yunan di Cina menuju Nusantara pada zaman Logam.

10. Seni logam

Kemampuan membuat barang dari logam diturunkan sejak zaman dulu menggunakan teknik a Cire Perdue. Teknik ini diterapkan dengan membuat lebih dulu cetakannya, lalu logam cair dimasukkan ke dalamnya. Cetakan dibuat dari batu, tanah liat, dan sebagainya.

Baca juga:

  • Teori Sejarah Masuknya Agama Hindu dan Buddha ke Indonesia
  • Sejarah Uang dalam Peradaban Manusia: Dari Barter Hingga Bitcoin
  • Pengertian Uang Menurut Para Ahli dan Sejarah Singkatnya di Dunia

Baca juga artikel terkait ZAMAN PRAAKSARA atau tulisan menarik lainnya Ilham Choirul Anwar
(tirto.id - ica/isw)


Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Iswara N Raditya
Kontributor: Ilham Choirul Anwar

Subscribe for updates Unsubscribe from updates