Jelaskan apa yang dimaksud kebudayaan artefak dan berikan 5 contohnya?

Mempelajari artefak dapat membantu manusia dalam mengungkap sejarah pada masa lampau. Artefak adalah benda-benda, seperti alat dan perhiasan, yang menunjukkan kecakapan kerja manusia pada zaman dahulu yang ditemukan melalui penggalian arkeologi.

Dalam buku Prasejarah Indonesia (2019) dijelaskan bahwa artefak merupakan bentuk dari kebudayaan fisik yang merupakan hasil dari aktivitas, perbuatan, dan juga karya seni manusia di dalam masyarakat.

Pada umumnya, artefak berupa benda-benda atau sesuatu yang bisa diraba, dilihat, dan juga didokumentasikan. Sedangkan dalam bidang arkeologi, artefak diartikan sebagai benda yang pasti dibuat oleh tangan manusia atau benda yang jelas menampakkan jejak-jejak buatan manusia.

Definisi artefak secara konstitusional tercantum dalam Peraturan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2016 tentang Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia.

Baca Juga

Dalam peraturan tersebut, artefak adalah bukti material hasil budaya, penelitian dan/atau pengembangan, dan/atau material alam dan lingkungannya yang mempunyai nilai penting bagi sejarah ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, budaya, dan/atau teknologi.

Contoh artefak adalah alat-alat batu, logam, tulang, gerabah, prasasti, dan senjata. Penemuan artefak membantu dalam penelitian tentang tingkat kehidupan masyarakat pada zaman dahulu. Artefak juga dapat memberikan gambaran terhadap suasana alam, status sosial, dan sistem kepercayaan pada suatu masyarakat.

Advertising

Advertising

Secara umum, kurun waktu sejarah dibagi dua, yaitu zaman prasejarah dan zaman sejarah . Zaman prasejarah adalah zaman sebelum manusia mengenal tulisan. Zaman sejarah adalah zaman ketika manusia telah mengenal tulisan.

Menurut C.J. Thomsen, zaman prasejarah dibagi menjadi tiga, yaitu zaman batu, zaman perunggu, dan zaman besi. Pembagian ini dikenal sebagai sistem tiga zaman (three age system).

Artefak Zaman Batu

Pembagian zaman batu terdiri dari zaman batu tua (paleolitikum), zaman batu tengah (mesolitikum), zaman batu muda (neolitikum) dan zaman batu besar (megalitikum). Bersumber dari Buku Ajar Sejarah Seni Rupa Nusantara, berikut penjelasannya.

  • Artefak zaman paleolitikum meliputi kapak perimbas dan flakes. Lokasi penemuan artefak ini berada di Situs Sangiran, Trinil, dan Ngandong.
  • Artefak zaman mesolitikum adalah kapak genggam, kapak pendek, batu penggiling, dan kapak dari bebatuan di sungai. Selain itu, terdapat mata panah yang terbuat dari batu sebagai alat untuk berburu dan menangkap ikan.
  • Artefak zaman neolitikum meliputi kapak persegi dalam bentuk beliung, pacul, dan torah yang banyak ditemukan di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan. Adapun artefak lain pada zaman batu muda adalah pahat segi panjang, kapak persegi, kapak lonjong, kapak bahu, perhiasan, pakaian dari kulit kayu, dan tembikar.
  • Artefak zaman megalitikum yang ditemukan antara lain menhir, dolmen, sarkofagus, kubur batu, punden berundak, waruga, dan arca.

Baca Juga

Artefak zaman perunggu meliputi:

1. Nekara

Nekara adalah genderang besar yang terbuat dari perunggu, berpinggang di bagian tengahnya dan tertutup di bagian atasnya. Nekara merupakan hasil budaya pada masa akhir prasejarah di Indonesia yang memiliki beberapa persamaan dengan nekara yang terdapat di Dong Son, Vietnam.

Nekara ditemukan di Sumatra, Jawa, Bali, Roti, Selayar, dan Kepulauan Kei. Pada nekara terdapat pola hias seperti pola binatang, manusia, dan geometrik. Beberapa fungsi utama dari nekara adalah sebagai alat musik yang digunakan dalam upacara pemanggil hujan, upacara pernikahan, upacara pemakaman, dan sebagainya. Motif yang digambarkan pada nekara juga memiliki arti simbolik atau representasi khusus sesuai dengan fungsi dari nekara tersebut.

2. Kapak corong

Kapak corong, bentuknya seperti corong. Bagian sembirnya belah. Ke dalam corong itu dimasukkan tangkai kayu yang menyiku pada bidang kapak. Menurut Sriyana dalam Antropologi Sosial Budaya (2020), kapak corong disebut juga kapak sepatu karena seolah-olah kapak disamakan dengan sepatu dan tangkai kayunya disamakan dengan kaki.

Bentuk bagian tajamnya kapak corong tidak jauh berbeda dengan kapak batu. Corong tersebut dipakai untuk tempat rangkai kayu. Kapak corong berfungsi sebagai alat pertukangan.

Baca Juga

Candrasa merupakan salah satu bentuk kapak corong. Mengutip Sejarah Nasional Indonesia (2008), candrasa bertangkai pendek dan melebar pada pangkalnya. Mata kapak tipis dengan kedua ujungnya melebar dan melengkung ke arah dalam. Pelebaran ini tidak sama sehingga membentuk bidang mata yang asimetris.

Kapak candrasa ditemukan di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Kapak ini berukuran sangat besar dan berbentuk pipih, kapak terlebar memiliki ketajaman 133, cm dan yang terkecil 37 cm.

Artefak Zaman Besi

Artefak zaman besi meliputi alat-alat yang terbuat dari besi, seperti kapak besi, zabit, pisau, cangkul, mata panah, dan tongkat. Berdasarkan buku Sejarah Nasional Indonesia (2008), penemuan artefak pada zaman besi terbatas jumlahnya. Seringkali, artefak yang ditemukan berfungsi sebagai alat keperluan sehari-hari. Penjelasan artefak pada zaman besi adalah sebagai berikut.

  • Mata kapak atau sejenis beliung yang dikaitkan secara melintang pada tangkai kayu. Alat ini ditemukan dalam kubur peti baru di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta.
  • Alat bermata panjang dan gepeng yang mungkin digunakan untuk merapatkan kain tenunan. Bentuk mata alatnya persegi panjang yang melebar pada sisi ujungnya. Artefak ini ditemukan dalam kubur peti baru di Gunung Kidul dan Tuban dalam sebuah kubur gundukan (tumulus) di Ngrambe dan di Pacitan.
  • Mata pisau dalam berbagai ukuran.
  • Mata sabit yang berbentuk melingkar.
  • Mata tembilang atau tajak.
  • Mata alat penyiang rumput.
  • Mata pedang yang antara lain ditemukan pada rangka dalam peti baru di Gunung Kidul.
  • Mata tombak.
  • Gelang besi yang ditemukan di Banyumas dan Purung.

Baca Juga

Demikian penjelasan tentang artefak yang ditemukan di Indonesia pada zaman batu, zaman perunggu, dan zaman besi.

tirto.id - Artefak dan fosil adalah sumber sejarah yang dapat dipakai untuk menentukan umur bumi, perkembangan flora dan fauna, hingga perkembangan kehidupan manusia.

Sejarah adalah kejadian masa lalu yang mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan manusia generasi berikutnya.

Sebuah peristiwa dikatakan bersejarah apabila memenuhi adanya unsur manusia dan waktu. Lalu, objek yang dijadikan kajian dalam sejarah adalah peradaban manusia dan tindakannya.

Pengungkapan sejarah menjadi hal penting karena berkaitan dengan pertanggungjawaban masa silam.

Manusia dan tindakannya yang dilakukan pada masa lalu tersebut menentukan ada tidaknya makna di dalamnya. Tindakan-tindakan yang didapatkan dalam kajian, kemudian dinamakan peristiwa sejarah.

Mengkaji peristiwa sejarah memerlukan sumber sejarah. Sebagian dari berbagai bentuk sumber sejarah berupa artefak dan fosil. Keduanya adalah bentuk sumber primer yang berasal dari satu zaman dengan peristiwa sejarah.

Artefak

Artefak (artifact) adalah benda arkeologi atau peninggalan benda-benda bersejarah yang dibuat atau dimodifikasi oleh manusia dan bisa dipindahkan.

Menurut modul Sejarah Kelas X (Kemdikbud 2020), dalam arkeologi, artefak didefinisikan semua benda dari bahan alam yang diciptakan manusia melalui penerapan teknologi tertentu yang sesuai pada zamannya.

Konsep artefak yang cukup penting dan menjadi ciri khasnya adalah benda tersebut bisa dipindah-pindahkan dengan cara yang cukup mudah, tanpa perlu merusak atau dihancurkan lebih dahulu.

Dalam masa prasejarah dan sejarah, banyak ditemukan artefak. Contohnya yaitu alat-alat batu, logam, tulang, gerabah, prasasti lempeng dan kertas, tanduk binatang, hingga senjata logam dari jenis anak panah, mata panah, dan lain sebagainya.

Fosil

Fosil memiliki arti yang berbeda dari artefak. Fosil adalah benda-benda masa lampau yang diperoleh melalui proses penggalian atau ekskavasi.

Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fosil dimaknai sebagai sisa tulang belulang binatang atau sisa tumbuhan zaman purba yang sudah membatu dan tertanam di bawah lapisan tanah.

Kedua makna tersebut berkaitan erat. Sisa-sisa hewan atau tumbuhan baru akan menjadi fosil setelah tertutup sedimen. Agar bisa memperoleh fosil yang tertanam di bawah lapisan tanah, diperlukan pencarian dengan cara penggalian.

Ilmu yang mempelajari fosil dinamakan paleontologi yang menjadi cabang dari ilmu arkeologi.

Fosil dapat dibagi menjadi fosil batu biasa, fosil dari batu ambar, dan fosil ter. Lalu, apabila ditemukan hewan atau tumbuhan yang diperkirakan sudah punah ternyata masih ada keberadaannya, maka disebut fosil hidup.

Contoh fosil adalah fosil tulang dinosaurus, fosil kerbau purba, fosil ikan purba, dan sebagainya.

Fosil terjadi secara alamiah dari hewan atau tumbuhan yang mengalami pengawetan dan terbebas dari bakteri pembusuk dengan usia lebih dari 10.000 tahun. Pada fosil, kandungan oksigennya rendah dan terjadi pada organisme yang memiliki tubuh keras.

Manfaat dari penemuan fosil yaitu dapat dipakai untuk mempelajari sejarah kehidupan bumi di masa lampau, atau menandai periode waktu.

Sementara itu, fosil dan artefak bisa menjadi sumber sejarah dalam menentukan umur bumi, perkembangan flora dan fauna, sampai perkembangan kehidupan manusia.

Baca juga:

  • Sejarah Fosil Homo Floresiensis: Penemu, Lokasi, Ciri-ciri, Usia
  • Sejarah Fosil Pithecanthropus Soloensis: Penemu, Lokasi, Ciri-ciri

Baca juga artikel terkait PELAJARAN SEJARAH atau tulisan menarik lainnya Ilham Choirul Anwar
(tirto.id - ica/adr)


Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Yandri Daniel Damaledo
Kontributor: Ilham Choirul Anwar

Subscribe for updates Unsubscribe from updates