Hubungan yang nyaman itu seperti apa

Jakarta: Pada awal hubungan, tentu Anda merasa begitu bersemangat melakukan hal-hal yang berkaitan dengannya. Seakan semua tentangnya begitu menarik dan tidak ada habisnya untuk dibahas.

Seiring waktu berjalan, masa-masa manis itu seolah terkikis. Anda pun merasa tidak yakin, apakah Anda bosan dengannya atau malah merasa nyaman.

Melansir dari Elite Daily, ada tiga hal yang bisa Anda ingat untuk membedakan, apakah Anda merasa bosan atau nyaman berpacaran dengan pasangan. Berikut perbedaannya:

-Bosan = membutuhkan hal yang baru

Bosan berarti waktunya Anda menginginkan hal yang baru. Sementara kenyamanan tidak membutuhkan itu.

Bosan juga berarti Anda merasa buntu dan sungguh menginginkan sesuatu yang berbeda dalam hubungan. Anda seakan kehabisan semua opsi dengan pasangan. Perasaan ini biasanya muncul ketika pasangan dalam transisi fase bulan madu ke periode stabilitas yang stabil.

Kenyamanan adalah hal lain. Menurut psikolog klinis Daniel Sher, ada muncul perasaan aman dan sesuatu yang dapat diprediksi.

"Keamanan dan kepastian merupakan hal yang penting. Namun mungkin juga mengalami hal ini bersamaan dengan perasaan bersemangat dan tertarik, terang Daniel.

Sementara, kenyamanan tidak menginginkan sesuatu yang baru. Perasaan nyaman lebih seperti Anda akhirnya di rumah dan dapat bersantai setelah hari yang panjang. Sepertinya pasangan Anda adalah 'rumah' Anda.



Kenyamanan jelas merupakan emosi yang lebih baik untuk cinta jangka panjang. Namun, jika Anda merasa sedang mencari sesuatu yang baru, itu tandanya Anda bosan.

-Bosan butuh solusi, nyaman bukan masalah

Ketika Anda bosan, Anda mungkin akan putus asa dan terus mencari solusi karena Anda kekurangan pilihan dan kegembiraan.

Dalam suatu hubungan, 'solusi' itu bisa berupa mencoba untuk membuat hubungan Anda berlanjut atau itu bisa berarti mengakhiri. Tentunya menemukan seseorang yang baru. Anda tidak akan tahu kecuali jika Anda mengeksplorasi emosi.

"Jika hubungannya stagnan, seringkali individu juga merasa terjebak dalam kehidupan mereka," kata Pelatih Hubungan, Megan Lambert.

Hubungan yang nyaman itu seperti apa

Bosan berarti waktunya Anda menginginkan hal yang baru. Sementara kenyamanan tidak membutuhkan itu. (Foto: Pexels)


Tanyakan pada dirimu sendiri, Apa yang sebenarnya aku inginkan? Apa mimpi rahasia saya yang bisa saya jelajahi? ' Lalu keluar dan cobalah. Seringkali, pasangan takut bahwa jika mereka mengikuti mimpi mereka, itu akan memisahkan hubungan mereka. Tetapi Anda harus mengambil risiko kehilangan hubungan dan mengikuti minat Anda untuk menjaga percikan tetap hidup, ungkapnya.

Ketika Anda merasa nyaman dengan orang lain, Anda hanya akan merasa senang. Anda akan merasa seperti Anda berdua ditakdirkan untuk bersama dan Anda tidak akan mencari apa pun. Jika kenyamanan adalah apa yang Anda rasakan, kemungkinan hubungan Anda akan bertahan lama.

-Bosan bikin gelisah, kenyamanan memberi damai

Kebosanan secara alami datang dengan perasaan gelisah. Menurut lambert, ini terjadi karena satu sama lain sudah merasa saling kenal. Namun sesungguhnya mereka tidak benar-benar saling kenal.

Dalam setiap momen, pasangan Anda adalah manusia baru dan unik. Bayangkan Anda adalah orang asing yang bertemu pasangan Anda untuk pertama kalinya. Apa yang membuat orang asing penasaran? Apa yang ingin Anda ketahui? Jelajahi satu sama lain seolah-olah Anda adalah dua alien, benar-benar baru, benar-benar segar," jelasnya.

Percakapan dan ide-ide baru dapat menjaga semangat itu tetap hidup. Hal ini dapat menciptakan perasaan kedamaian yang luar biasa. Ketika Anda merasa nyaman dalam hubungan yang benar, Anda akan bertanya-tanya apa yang Anda lakukan dalam semua hubungan sebelumnya.

Dan Anda akan bertanya-tanya mengapa tidak pernah mengalami perasaan damai yang luar biasa ini sebelumnya. Jawaban singkatnya adalah karena Anda tidak bersama orang yang tepat sebelumnya.

Intinya, perbedaan antara perasaan bosan dan perasaan nyaman dalam suatu hubungan sebenarnya mencolok. Rasa nyaman datang dengan banyak emosi positif. Sementara kbosan muncul dengan nuansa yang negatif.

Editor : A. Firdaus