Maret 14, 2021
Aktivitas penciptaan seni rupa (murni, desain, dan kriya) yang mementingkan kreativitas, sangat memerlukan keberanian bereksperimen. Ada perupa yang bereksperimen dalam penyajian bentuk seni (menciptakan bentuk baru), sementara perupa lain bereksperimen dalam memilih dan mengkombinasikan aspek konseptual penciptaan seni. Ada pula perupa yang melakukan eksperimen dengan memodifikasi konvensi seni, desain, dan kriya dan yang terakhir ada perupa yang benar-benar bereksperimen menciptakan karya seni yang benar-benar baru. Dalam konteks proses kreatif, Guilford dalam Semiawan, Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu menyebutkan; sifat fluensi, fleksibilitas, orisinalitas, elaborasi, dan redefinisi adalah kemampuan yang perlu dikembangkan melalui aktivitas eksperimen. Fluensi terkait langsung dengan kesigapan, kelancaran, dan kemampuan melahirkan banyak gagasan. Fleksibilitas adalah kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam memecahkan masalah. Sedangkan orisinalitas adalah kemampuan mencetuskan gagasan-gagasan asli. Redefinisi adalah kemampuan merumuskan batasan-batasan dari sudut pandang lain dari pada cara-cara yang sudah lazim. Misalnya lukisan secara konvensional didefinisikan sebaga karya seni dua dimensional. Batasan ini dianggap oleh sebagian pelukis kreatif mengekang kreativitas dengan sengaja mereka membuat lukisan dalam wujud tiga dimensional (bentuk piramid tiga dimensi). Ini adalah redefinisi bentuk seni. A. Seni Rupa MurniPenciptaan seni rupa murni merupakan kegiatan berkarya seperti: seni lukis, seni patung, seni grafis, seni serat, dan lain-lain. Itu dilakukan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan pengalaman kehidupan menjadi perwujudan visual dilandasi kepekaan artistik. Kepekaan artistik mengandung arti, memerlukan kemampuan mengelola atau mengorganisir elemenelemen visual untuk mewujudkan gagasan menjadi karya nyata. a. Penemuan SumberInspirasi Titik tolak penciptaan karya seni rupa murni adalah penemuan gagasan. Kita harus memiliki gagasan yang jelas dalam mengekspresikan pengalaman artistik. Sumbernya;
b. Penetapan Interes SeniDalam aktivitas penciptaan kita harus dapat menentukan interes seni kita sendiri, sehingga dapat berkreasi secara optimal. Pada dasarnya terdapat tiga interes seni:
c. Penetapan Interes BentukUntuk mengekspresikan penghayatan nilai-nilai internal atau eksternal dengan tuntas, kita perlu mempertimbangkan kecenderungan umum minat dan selera seni kita sendiri. Misalnya, kita dapat mencermati karya-karya yang telah kita buat selama studi. Kecenderungan yang dapat kita pilih yaitu:
d. Penetapan Prinsip estetikPada umumnya karya seni rupa murni menganut prinsip estetika tertentu. Kita harus dapat mengidentifikasi cita rasa keindahan yang melekat pada karya-karya yang pernah kita ciptakan.Pada tahap ini, kita perlu menetapkan prinsip
estetika yang paling sesuai untuk mengungkapkan pengalaman kita. Alternatif
prinsip estetika yang dapat dipilih yaitu:
Sumber: Affandi, Suatu Jalan Baru dalam Ekspresionisme Gambar 7.1 Affandi, Potret Diri dengan Matahari, 1977, cat minyak pada kanvas, 99 x 125 cm.Mewujudkan aspek konseptual menjadi karya visual, perlu ditegaskan lebih spesifik dalam subject matter, masalah pokok atau tema seni yang akan diciptakan. Misalnya tema sosial: kemiskinan, dengan pilihan objek pengemis. Tema perjuangan: dengan pilihan objek Pangeran Diponegoro, tema religius: lukisan kaligrafi dengan objek ayat tertentu, dan lain sebagainya. Objek-objek tersebut dapat divisualisasikan dengan berbagai cara, pilihlah unsur-unsur rupa (garis, warna, tekstur, bidang, volume, ruang), sesuai dengan kebutuhan interes seni, interes bentuk, dan prinsip estetika yang telah ditetapkan dalam aspek konseptual. Hasil seleksi unsur-unsur rupa dikelola, ditata, dengan prinsip-prinsip tertentu, baik terhadap setiap unsur secara tersendiri maupun dalam hubungannya dengan bentuk atau warna. Dengan memperhatikan empat prinsip pokok komposisi, yaitu: proporsi, keseimbangan, irama, dan kesatuan untuk memperlihatkan karakteristik keunikan pribadi kita. sering disebut gaya perseorangan, ciri khas, kepribadian, sebagai faktor bawaan yang menandai sifat unik karya yang diciptakan seorang perupa. Langkah-langkah kerja dalam keseluruhan proses perwujudan karya dimulai dari penetapan bahan, peralatan utama dan pendukung, serta teknik-teknik dalam memperlakukan bahan dengan peralatannya. Seluruh proses dikelompokkan ke dalam tiga tahap: Berkenaan dengan pengadaan dan pengolahan bahan utama, bahan pendukung, dan pengadaan peralatan. Berkenaan dengan pengalaman artistik, aktivitas proses kreasi dari awal hingga selesai. Karya seni rupa yang sudah diciptakan, masih membutuhkan tindakantindakan khusus supaya siap dipamerkan. Jenis karya seni rupa tertentu memerlukan pembersihan menyeluruh, lapisan pengawet (coating), atau lembaran kaca dan bingkai. Jenis lain membutuhkan kemasan. Semuanya harus digarap dengan baik, sampai sebuah karya seni rupa dikatakan siap pamer. Penciptaan sebuah karya seni lukis, menuntut pengetahuan dan spesialisasi bidang keahlian, karena itu diperlukan pengetahuan dasar seni lukis sebagai fondasi proses kreatif yang dilakukan. Sebenarnya banyak pengertian seni lukis yang didefinisikan oleh para pakar seni, namun pada umumnya tidak ada satupun definisi yang dapat memuaskan semua orang. Sesungguhnya seni lukis itu beragam dan memiliki banyak aliran. Satu sama lain di samping mempunyai persamaan, juga tidak jarang saling bertentangan secara diametral. Dari sekian banyak definisi itu, dipilih satu definisi sebagai bekal dasar yang cukup relevan memahami pengertian seni lukis. Secara teknis lukisan adalah pembubuhan pigmen atau warna dengan bahan pelarut di atas permukaan bidang dasar, seperti pada kanvas, panel untuk menghasilkan sensasi atau ilusi ruang, gerakan, tekstur, untuk mengekspresikan berbagai makna atau nilai subjektif, baik yang sifatnya intelektual, emosi, simbolik, relegius, dan lain-lain. Herbert Read mengatakan, seni lukis adalah penggunaan garis, warna, tekstur, ruang dan bentuk pada suatu permukaan yang bertujuan untuk menciptakan berbagai image. Image-image tersebut bisa merupakan pengekspresian ide-ide, emosi, dan pengalaman-pengalaman, yang dibentuk sedemikian rupa sehingga mencapai harmoni. Adapun pengalaman yang diekspresikan itu adalah pengalaman yang berisi keindahan atau pengalaman estetik. Menurut Edmund Burke Feldman pengekspresian itu menggunakan:
Sumber: Dok. Museum Basoeki Abdullah Gambar 7.2 Contoh easel painting yang melukiskan dua ekor harimau (kiri) dan Potret diri Pelukis Basoeki Abdullah (kanan).
Sumber: media. smashing magazine Gambar 7.3 Lukisan yang menggunakan komputer, dikenal sebagai vector art.
Sumber: Buku Kritik Seni Rupa Gambar 7.4 S. Soedjojono, Di depan Kelambu Terbuka, cat minyak pada kanvas. Materi Terkait: Seni dan Budaya K13 SMA/MA/MAK/SMK Kelas 11Titik tunggal dalam ukuran kecil memiliki tenaga yang cukup untuk merangsang mata kita dan dapat berperan sebagai awalan. Apabila titik digerakkan maka dimensi panjangnya akan tampak menonjol dan sosok yang ditimbulkannya disebut `garis’. Garis dapat berupa goresan yang kita buat di atas sebuah bidang, tetapi garis dapat pula mewakili bekas roda, tiang bambu, kawat, pancaran cahaya, ruang antara dua bangunan atau dinding, jalan yang melintasi kota, sungai, kontur tanah yang berkelok-kelok, kontur pegunungan, bangunan, batas dinding dengan lantai, dan seterusnya. Garis dapat memberikan kesan gerak, ide, atau simbol. Pada karya seni lukis garis dapat mengekspresikan suasana emosi tertentu, seperti perasaan bahagia, sedih, marah, teratur, kacau, bingung, dan lain sebagainya. Secara fisik garis dapat dibuat tebal, tipis, kasar, halus, lurus, lengkung, berombak, memanjang, pendek, putus-putus, patah-patah dan banyak lagi. Unsur garis juga dapat membangun asosiasi kita kepada kesan tertentu, misalnya garis horisontal kesannya tenang, tidak bergerak, diam, dan lebar. Sementara garis vertikal kesannya agung, stabil, tinggi, sedangkan garis diagonal kesannya, jatuh, bergerak. Garis adalah salah satu elemen yang penting dalam seni lukis. Pedoman seni yang penting dan ampuh sebagaimana juga yang terdapat dalam hidup, adalah makin nyata, tajam dan kuat garisnya, makin sempurna hasil seninya. Garis dapat diciptakan melalui
Secara fisika warna ditimbulkan oleh sinar matahari. Apabila kita sorotkan sinar matahari ke sebuah kaca prisma, maka sinar tersebut akan terurai menjadi beberapa sinar warna yang disebut spektrum warna. Setiap spektrum mempunyai kekuatan gelombang yang kemudian sampai pada mata kita, sehingga kita dapat melihat warna tertentu. Pada alam terdapat dua jenis penerima cahaya, yakni sebagai pemantul dan sebagai penyerap cahaya. Secara fisiologi stimulasi cahaya memantulkan warna suatu objek sehingga merangsang mekanisme mata kita. Kemudian, rangsangan tersebut disalurkan melalui syaraf optik ke otak, sehingga kita dapat mengenali warna itu. Secara psikologis telah terbukti bahwa warna dapat memengaruhi kegiatan fisik maupun mental kita. Reaksi kita terhadap warna bersifat instingtif dan perseorangan, karenanya sensitivitas setiap orang juga berbeda. Pada berbagai aliran seni lukis dalam sejarah seni rupa telah dikenal manifestasi tatawarna tertentu, seperti skema warna klasik, skema warna Rembrandt, dan lain sebagainya. Peran warna dalam kegiatan seni lukis sangat esensial, baik pada masa pramodern, masa modern, maupun masa posmodern. Pada umumnya para pelukis memanfaatkan warna untuk menyatakan gerak, jarak, tegangan, deskripsi rupa alam, naturalis, ruang, bentuk, ekspresi atau makna simbolik. Guna memahami lebih komprehensif peran warna dalam seni lukis, berikut ini akan disajikan sifat optis warna, notasi warna, warna objek, dan pigmen, yang semuanya sangat menentukan kualitas penciptaan sebuah lukisan. Dalam teori warna dikenal ada tiga sifat optis, optical property, yaitu: hue, value, dan saturation. Hue adalah tingkat kepekatan warna, misalnya merah, oranye, atau hijau, biru, biru keunguan dan seterusnya. Value adalah fenomena kecemerlangan dan kesuraman warna. Nilai rendah adalah warna yang cenderung suram atau kegelapan, sementara nilai tinggi adalah kecenderungan warna yang terang dan cemerlang. Misalnya, gejala demikian dapat kita lihat pada skala gradasi warna abu-abu dari hitam ke putih. Saturation adalah intensitas nada warna untuk menunjukkan warna-warna menyala, dan warna-warna yang suram. Semakin murni penggunaan warna semakin tinggi intensitasnya, sebaliknya semakin tidak murni penggunaan warna semakin rendah intensitasnya. Pada tahun 1940-an seni lukis Affandi dominan menggunakan warna-warna suram atau kusam, kemudian lukisannya berkembang ke penggunaan warna-warna yang cerah. Lihat Gambar 2.2 (halaman 9), Karya Affandi Potret Diri dan Matahari, 1977, yang menggunakan warnawarna merah, oranye, kuning dengan warna latar belakang yang terang abu-abu keputihan.
Sumber: Apresiasi Seni Gambar 7.5 LingkaranWarna, memperlihatkan warna primer merah, kuning, biru. Warna sekunder hijau, oranye dan ungu. Warna tertier hijau tua, hijau muda, orange kekuningan, ungu tua dan ungu muda.Notasi warna (color notation) adalah sistem klasifikasi atau identifikasi warna menurut sifat optisnya. Dalam konteks ini dikenal Sistem Munsell, Sistem Ostwald, Sistem Plochere, dan Sistem Maxwell. Tatanan warna dalam the hues of the spectrum terdapat pada warna pelangi di alam. Sedangkan, dalam lingkaran warna (color circle) dapat dilihat warna primer, merah, biru, dan kuning. Warna sekunder yaitu hijau, ungu, dan oranye. Ketiganya merupakan hasil pencampuran warna primer. Warna komplementer letaknya bertolak belakang pada lingkaran warna, misalnya, merah dengan hijau, biru dengan oranye, dan kuning dengan ungu. Terang dan gelap diungkapkan dengan warna putih dan hitam. Sedangkan warna netral adalah warna abuabu. Bila hue adalah nama suatu warna, value kecerahan dan kecemerlangan warna, maka chroma adalah sifat kualitas, intensitas, dan kejernihan warna. Setelah warna primer, warna sekunder, dan warna komplementer, dikenal pula warnawarna antara, (intermediate color), seperti merah oranye, merah ungu, biru ungu, hijau biru, kuning hijau, dan oranye kuning. Sebenarnya dalam teori warna, jumlah warna ada delapan puluh warna. Dari lingkaran warna dapat pula ditentukan warna hangat-panas (the warm color) dan warna sejuk-dingin (the cool color). Warna yang memberi efek kehangatan adalah merah, oranye dan kuning, sementara warna hijau dan biru memberikan efek yang menyejukkan. Pengertian ini, kita terjemahkan dari pengalaman keseharian, pada saat kita mendekati warna api yang merah, kita tentu merasa kehangatan, atau jika terlalu dekat bisa kepanasan. Sementara bila kita berada di daerah pegunungan yang hijau atau gunung yang kebiruan kita merasakan iklim yang sejuk. Asosiasi kita mengenai pengalaman real seperti itu menyebabkan kita mengartikan sifat warna menjadi hangat-panas bagi warna merah, oranye dan kuning, sementara warna hijau dan biru memberikan efek menyejukkan atau dingin. Warna kromatik (chromatic color), terdiri dari warna hitam, putih, dan abu-abu, selebihnya termasuk warna akromatik (achromatic color), seperti merah, biru, kuning, hijau, oranye dan seterusnya. Dalam seni lukis penggunaan warna tunggal sering diartikan sebagai warna kromatik, sementara penggunaan warna yang meriah, menggunakan banyak warna, disebut polychromatic. Warna objek adalah warna yang terkena sinar warna spektrum, yang mengenai mekanisme mata pengamat. Warna spektrum tersebut memiliki panjang gelombang tertentu yang dipantulkan oleh objek pengamatan. Jika objeknya biru, maka warna spektrum biru panjang gelombang birulah yang diserap mata pengamat. Ini berarti pantulan warna tersebut adalah pantulan warna biru, sedangkan sisanya diserap oleh permukaan objek tersebut.
Sumber: Tobatik Singa Gorga (TBK) Gambar 7.6 Penggunaan warna pada batik kreasi baru menjadi lebih bebas. Artinya pengkriya batik tidak terikat lagi kepada warna tradisi Etnik Batak Toba (hitam, merah dan putih). Melainkan menggunakan warna kuning yang biasa dipakai di Tanah Karo. Fenomena pengaruh-mempengaruhi ini merupakan gejala umum seni rupa etnik di Indonesia.
Sumber: Apresiasi Seni Gambar 7.7 Gradasi warna merah sampai kuning disebut warna panas, sedangkan dari wana biru sampai hijau muda disebut warna dingin.Warna pigment atau coloring material berupa bubuk halus yang disatukan dengan zat pengikat atau paint vehicle merupakan warna cat yang dikenal luas, seperti cat air, cat poster, cat gouache, cat tempera, cat minyak, cat akrilik, dan lain sebagainya. Ruang, space, extens or area of ground, surface etc. Artinya, ruang adalah keluasan dari suatu bidang atau permukaan. Dalam Design Elementer disebutkan ruang bisa dikatakan bentuk dua atau tiga dimensional, bidang atau keluasan. Keluasan positif atau negatif yang dibatasi oleh limit. Berbeda dengan pengertian garis, ruang mempunyai dua dimensi tambahan yaitu lebar dan dalam. Ruang mempunyai gerakan arah dan ciri umum seperti halnya: diagonal, horisontal, bergelombang, lurus, melengkung dan lain-lainnya. Guna memperjelas ini, maka batasan utama adalah yang paling sesuai, yaitu ruang adalah keleluasaan dari satu bidang atau permukaan yang mempunyai bentuk dua dimensional. Pada umumnya para pelukis memanfaatkan tekstur, texture is quality of surface: smooth, rough, slick, grainy, soft, or hard. Kualitas taktil dari suatu permukaan, nilai kesan raba atau berkaitan dengan indra peraba. Suatu struktur penggambaran permukaan objek, seperti. buah-buahan, kulit, rambut, batu, kain, barang elektronik, dan lain sebagainya. Tekstur bisa kasar, halus, keras, lunak, berbutir, bisa juga kasar atau licin, teratur, atau tidak beraturan, sesuai dengan kualitas yang ingin diekspresikan. Tekstur dibuat di atas kanvas, bisa dengan cat yang dicampur dengan bahan-bahan lain, seperti modeling paste, pasir, bubuk marmar, dan lain-lain. Pada umumnya tekstur digunakan tidak semata-mata dari segi teknis, tetapi mengacu kepada substansi lukisan, atau ekspresi lukisan. Jika nilai ekspresi merupakan unsur pokok lukisan, maka pemanfaatan tekstur merupakan pendukung pengejawantahan nilai ekspresi itu sendiri. Para pelukis memanfaatkan unsur tekstur untuk variasi, fokus atau kesatuan. Kesemuanya itu dapat terjadi dengan kesengajaan pelukisnya, maupun karena sifat dari media yang dipakai ketika melukis. Dalam kaitannya dengan para pelukis formalis, maka fungsi teksur dapat berubah sebagai unsur yang berdiri sendiri, artinya tidak ada kaitannya dengan tujuan eksternal tertentu. Bagi mereka, penggarapan tekstur semata-mata untuk mencapai efek estetis dalam kesatuan lukisan. Lihat pada lukisan Ahmad Sadali (Gambar 7.8), yang menggunakan tekstur nyata dengan latar pewarnaan yang kelam, kemudian diberi aksentuasi warna-warna emas. Sedangkan pada Gambar 7.9, Fajar Sidik menyajikan latar warna cerah merah dengan menyajikan bentukbentuk lingkaran, segitiga, trapesium dan lain-lain. Bentuk-bentuk itu diisi dengan warna merah, hijau tua, biru laut, hijau muda, merah jambu, oranye dan kuning gading. Fajar Sidik berusaha menggabungkan peralihan bentuk dengan warna komplementer merah-hijau dalam intensitas warna yang berlainan. Efek pengisian warna pada motif berwarna gelap menghasilkan garis yang tegas di sekeliling motif tadi. Hal ini menimbulkan efek ritmis yang dinamis nyaris di seluruh bidang kanvas. Bentuk dan warna bulan sabit tampil sebagai keunikan lukisan (singular sign). Jika seseorang mengamati permukaan lukisan dan mendapat kesan kasar, kemudian meraba lukisan tersebut benar-benar juga kasar. Sebaliknya, kesan pengamatan memberi kesan halus, ketika diraba juga halus, maka jenis tekstur seperti itu disebut tekstur nyata, actual texture, karena antara hasil pengamatan dengan kenyataan memiliki kualitas yang sama. Jika seseorang mendapat kesan kasar pada pengamatan permukaan objek lukisan, sementara hasil perabaannya sesungguhnya halus, atau kesan pengamatan halus dan kesan raba kasar, maka jenis tekstur seperti ini disebut tekstur semu, simulated texture or synthetic texture, karena antara hasil pengamatan dengan kenyataan sesungguhnya tidak sama melainkan berbeda alias tidak nyata. Biasanya tekstur seperti ini dihasilkan dari efek permainan warna, pola, nada, dan garis.
Sumber: Tokoh-Tokoh Pelukis Indonesia Gambar 7.8 Ahmad Sadali, contoh lukisan yang memanfaatkan tekstur nyata.
Sumber: Kritik Seni Rupa Gambar 7.9 Fajar Sidik, contoh lukisan non figuratif, menampilkan kesan ritmis yang dinamis.Bagaimana pemanfaatan unsur tekstur ini dalam lukisan, dapat disimak pada uraian berikut, The expressionist type of picture (see van Gogh: Night Café); gives a violent’ and spasmodic sensation of movement through its texture, in accord with the more powerful emotion the artist wishes to express (Meyers, 2004: 161). Dengan demikian maka pemanfaatan tekstur seiring dengan keinginan mengekspresikan sesuatu, pada kasus van Gogh terlihat kaitan antara tekstur dengan emosi pelukisnya. Karya seni rupa mempunyai bentuk, realistik atau abstrak, representasional atau nonrepresentasional, dirancang dengan cermat dan hati-hati yang dihasilkan dengan spontan. Seni lukis, apapun jenis dan alirannya merupakan pengorganisasian elemen rupa menjadi bentuk seni. Dalam teori seni pemakaian istilah bentuk merupakan terjemahan dari shape, sedangkan istilah wujud merupakan terjemahan dari form. Bentuk biasanya diartikan sebagai aspek visual, bagian-bagian yang tergabung menjadi satu yang disebut rupa atau wujud. Dalam konteks seni rupa, wujud mengandung pengertian yang khas, yaitu yang memberikan tatanan khusus sehingga mampu memengaruhi persepsi pengamat. Artinya wujud atau perupaan yang mampu merangsang pengalaman psikologis tertentu bagi pengamat. Dalam praktiknya istilah ini sering dipertukarkan pemakaiannya. Di Indonesia pada umumnya hanya dipergunakan istilah bentuk untuk mengartikan rupa atau wujud karya seni. Bentuk dalam pengertian seni lukis, memiliki banyak segi, ada bentuk figuratif, bentuk semi figuratif dan bentuk nonfiguratif. Bentuk figuratif bisa menghasilkan bentuk imitatif yakni berupaya meniru segala bentuk perwujudan benda-benda alam (keindahan pegunungan, pantai, daerah pertanian, fauna, flora, potret, dalam setting alamiahnya) atau bentuk ciptaan manusia seperti pabrik, kota, pelabuhan, cafe, dan lain-lain.
Sumber: melbournneblogger.blogspot.com Gambar 7.10 Pablo Picasso, Guernica, satu lukisan yang menggambarkan perang saudara di Spanyol, salah satu karya masterpiece kubisme. Perhatikan distorsi penggambaran figur manusia atau hewan yang atraktif, contoh karya seni dengan interes bentuk semi figuratif.Bentuk semi figuratif antara lain bentuk distorsif, bentuk yang telah dirubah dari bentuk asal menjadi bentuk yang lebih estetis sesuai dengan cita rasa penciptanya. Dengan gaya perseorangan yang khas bisa dihasilkan dengan teknik pemanjangan, pemendekan, peninggian, pemiringan, dan perubahan-perubahan lain dari objek yang dilukis, semuanya ditujukan untuk maksud-maksud tertentu sebagai pengungkapan pengalaman seni perseorangan. Juga dikenal bentuk geometris, teknik pelukisan yang menghadirkan bentuk-bentuk yang tertib, teratur, dengan pengulangan objek atau motif tertentu sesuai dengan kebutuhan. Bentuk dalam konteks ini bisa dihasilkan dari analisis bentuk alam menjadi bentuk dasar dengan kebebasan yang bervariasi, seperti lukisan kubisme, optical art dan sejenisnya. Karya yang dihasilkan bisa semi figuratif, dan bisa pula menjadi abstrak geometris, apabila bentuk lukisan tidak lagi menggambarkan bentuk-bentuk yang bisa diamati dalam kehidupan keseharian. Jika pelukisan menjadi bidang warna yang datar dalam karya maka bentuk-bentuk yang dihasilkan menjadi neoplastisisme, seperti karya Piet Mondrian, atau color field painting, atau karya Ellswort Kelly. Sebaliknya jika pelukisannya disertai unsur emosi maka akan menjadi abstrak ekspresionisme seperti karya Jackson Pollock. Atau jika bentuk itu tidak berupaya mencapai efek tiga dimensional disebut bentuk dekoratif, seperti lukisan-lukisan tradisional Bali, atau karya-karya Kartono Yudhokusumo, Mulyadi W. Batara Lubis dan lain-lain. Desain sebagai kata kerja berarti proses penciptaan objek baru, sedangkan sebagai kata benda desain berarti hasil akhir sebuah proses kreatif baik dalam wujud rencana, proposal, atau karya desain sebagai objek nyata. Sebagai aktivitas reka letak atau perancangan, desain dikerjakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan benda-benda fungsional yang estetis. Proses kreasi desain mencakup:
Sumber: Art of Indonesia Gambar 7.11 Keris dengan Figur Semar
Sumber: Collection J. and L. Langewis Gambar 7.12 Desain tekstil, motif manusia, pohon hayat, burung, dalam aneka pewarnaan.
Sumber: www.griya-asri.com Gambar 7.13 Desain Interior Modern, menerapkan konsep bentuk mengikuti fungsi. Kamu telah mendapatkan ilmu terbaru mengenai (Aspek, Konseptual, Dalam Seni Rupa Murni |Unsur, Sifat, Eksperimen, Desain Seni Lukis). Semoga dapat berguna dan bermanfaat. Terimakasih |