Dibawah ini manakah yang termasuk karakteristik dari bambu yang baik

"Bambu apus" beralih ke halaman ini. Untuk pengertian lain dari "Bambu apus", lihat Apus (disambiguasi).
Bambu Tali
Buluh dan dedaunan

Bambu yang merumpun, rapat dan tegak; rebungnya hijau, tertutup oleh bulu-bulu miang cokelat dan hitam. Buluhnya lurus, mencapai tinggi 22m dengan ujung yang melengkung; mulai bercabang lk. 1,5m di atas tanah. Panjang ruas 20-60cm dan garis tengahnya 415cm, tebal dinding buluh lk. 1,5cm; hijau kelabu hingga hijau terang atau kekuningan; buku-bukunya sedikit menonjol.[9][10]

Pelepah buluh tidak lekas rontok; bentuk trapezoid, lk. 7-35 × 826cm, hijau akhirnya cokelat kekuningan; sisi luarnya tertutup oleh miang berwarna cokelat gelap, yang kemudian rontok ketika pelepah mengering. Daun pelepah buluh menyegitiga dengan dasar menyempit, 3-10(-18) × 25cm, terkeluk balik. Kuping pelepah seperti bingkai, lebar 48mm dan tinggi 13mm, dengan bulu kejur hingga 7mm; ligula (lidah-lidah) menggerigi, tinggi 24mm, lokos.[9][10]

Daun pada ranting bentuk lanset, 13-49 × 29cm, sisi bawahnya agak berbulu; kuping pelepah kecil dan membulat, tinggi 12mm, lokos; ligula rata, tinggi lk. 24mm, lokos.[9]

Perbungaan berupa malai pada ranting yang berdaun, dengan kelompok-kelompok hingga 30 spikelet pada masing masing bukunya, terpisah sejarak 1-8,5cm. Spikelet bentuk bulat telur sempit, 13-22 × 23mm, dengan 2-3 gluma hampa dan 3 floret yang sempurna.[10]

Agihan dan ekologiSunting

Menyebar luas di wilayah Asia tropis: India, Indocina, dan kawasan Malesia,[11] asal usul bambu tali diperkirakan dari wilayah Burma (Tenasserim) dan Thailand selatan.[10] Bambu ini kemungkinan dibawa semasa migrasi manusia prasejarah ke Jawa, di mana kemudian ia banyak ditanam orang; akan tetapi populasi liarnya, atau yang meliar, dapat dijumpai di kawasan Gunung Salak dan Blambangan. Dari Jawa, bambu tali menyebar ke Sumatra bagian selatan, Kalimantan tengah, dan Sulawesi tengah.[10] Kini bambu tali telah tersebar jauh hingga ke Afrika selatan dan timur, serta ke wilayah Amerika Tengah dan Selatan.[3]

Bambu tali menyukai wilayah dataran rendah yang panas dan lembap, namun juga dijumpai pada lereng-lereng perbukitan hingga 1.500 m dpl. Tumbuhan ini juga biasa didapati di tempat-tempat terbuka, hutan yang terganggu, dan di tepi sungai pada tanah-tanah berpasir atau berliat. Pada tempat-tempat yang kering, buluhnya menjadi kurus.[10]

ManfaatSunting

Bambu tali merupakan jenis bambu yang terpenting dari segi ekonomi bagi masyarakat perdesaan di Jawa,[3][7] dan juga di Indonesia.[10] Bambu ini disukai untuk membuat berbagai keranjang dan barang anyaman rumah tangga, alat masak-memasak, alat penangkap ikan, furnitur, alat musik, tali temali, dan lain-lain.[9][10] Karena kegunaannya ini, bambu tali telah dicoba diperkebunkan di Besuki semenjak tahun 1920-an.[12]

Bambu ini juga dimanfaatkan sebagai bahan ramuan rumah: tiang, dinding, lantai, langit-langit, atap;[9] serta untuk konstruksi pelbagai bangunan lain termasuk jembatan.[10] Berat jenis bambu tali berkisar antara 0,50-0,67.[13] Bilah bambu yang diambil dari buluh berusia 3 tahun yang dikeringkan di udara (kadar air 15,1%) memiliki sifat-sifat mekanis, berturut-turut untuk bilah dengan buku dan tanpa buku, sbb.: keteguhan patah 87,5N/mm² dan 74,9N/mm²; keteguhan tekan sejajar arah serat 37,5N/mm² dan 33,9N/mm²; keteguhan geser 7,47N/mm² dan 7,65N/mm²; serta keteguhan tarik sebesar 299N/mm².[10] Bambu tali telah dimanfaatkan sebagai bahan papan serat.[9]

Kandungan pati pada buluh berfluktuasi antara 0,24-0,71%, bergantung pada musim.[10] Untuk mengurangi kadar pati dan meningkatkan keawetan bambu sebagai bahan bangunan, buluh-buluh ini direndam selama sekurang-kurangnya 30 hari dalam air yang menggenang atau yang mengalir lambat (misalnya di sawah). Sebelumnya, buluh harus dikeringkan lebih dulu dengan cara ditegakkan dan diangin-anginkan di bawah naungan, sampai menjadi kuning dan benar-benar kering.[7]

Rebungnya pahit rasanya dan umumnya tidak dimakan. Sebagian orang merendamnya lebih dulu selama 3-4 hari dalam air atau dalam lumpur, sebelum dimasak.[7][10]

Bambu tali tercantum dalam lontar usada, yakni kitab pengobatan kuno dari Bali. Disebutkan dalam lembar-lembar lontar tersebut, akar dan buluh bambu apus dapat digunakan untuk mengobati kencing manis dan meremajakan kulit.[14] Uji laboratorium mendapatkan bahwa ekstrak akar dan buluh bambu tali mengandung asam-asam lemak, baik asam lemak jenuh seperti asam palmitat, asam stearat dan lain-lain, maupun asam lemak tidak jenuh seperti asam oleat, serta pelbagai senyawa lainnya (kurkumena, limonena, toluena, dll.)[15] Sementara itu ekstrak daun bambu tali diketahui memiliki sifat menghambat aktivitas bakteria Escherichia coli penyebab diare.[16]

ReferensiSunting

  1. ^ Kurz, S. 1864. "Korte schets der vegetatie van het eiland Bangka." Natuurkundig tijdschrift voor Nederlandsch Indië Deel 27: 226. Batavia :Lange [1851-...]
  2. ^ Munro. 1868. "A monograph of the Bambusaceae, including descriptions of all of the species." Transactions of the Linnean Society of London vol. 26: 126. London:[The Society], 1791-1875.
  3. ^ a b c Ohrnberger, D. 1999. The Bamboos of the World: Annotated Nomenclature and Literature of the Species and the Higher and Lower Taxa: 296-7 Amsterdam :Elsevier.
  4. ^ Roemer, Johann Jacob & Josef (Joseph) August Schultes. 1830. Caroli a Linné ... Systema vegetabilium: secundum classes, ordines, genera, species. Cum characteribus differentiis et synonymis. Editio nova, speciebus inde ab editione XV. Detectis aucta et locupletata. vol. VII(2): 1353. Stuttgardtiae :Sumtibus J.G. Cottae [1817-1830]
  5. ^ The Plant List: Gigantochloa apus (Schult.) Kurz
  6. ^ KBBI daring: bambu
  7. ^ a b c d Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia I: 338-41. Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan. Jakarta. (versi berbahasa Belanda -1922- I: 281-4.)
  8. ^ Guadua Bamboo: Gigantochloa apus Diarsipkan 2016-04-27 di Wayback Machine.
  9. ^ a b c d e f Widjaja, E.A. 2001. Identikit jenis-jenis bambu di Jawa: 39-40. L.f. 12. Bogor: Puslitbang Biologi LIPI.
  10. ^ a b c d e f g h i j k l Widjaja, E.A. 1995. "Gigantochloa apus (J.A. & J.H. Schultes) Kurz". in Soejatmi Dransfield & E.A. Widjaja (Eds). Plant Resources of South-East Asia No. 7 Bamboos: 100-2. Bogor:PROSEA (Plant Resources of South-East Asia) Foundation. [Internet] Record from Proseabase. Accessed 19-Apr-2016
  11. ^ GrassBase: Gigantochloa apus
  12. ^ Reilingh, A. 1921. "De bamboebosschen en de exploitatie daarvan in het boschdistrict Besoeki." Tectona, uitgave der Vereeniging van Ambtenaren bij het Boschwezen in Ned. O. Indie, deel XIV: 597. Buitenzorg:Archipel Drukkerij.
  13. ^ Ulfah, D. 2006. "Analisis sifat fisika bambu apus (Gigantochloa apus Kurz) berdasarkan posisi di sepanjang batang." Jurnal Hutan Tropis Borneo vol. 07(19): 144-9[pranala nonaktif permanen] [September 2006]
  14. ^ Sujarwo, W. 2015. "Dig up knowledge of bamboo for healing."[pranala nonaktif permanen] The Jakarta Post, March 3 2015, 06:35 am. Accessed 20/4/2016.
  15. ^ Sujarwo, W., IBK. Arinasa, & IN. Peneng. 2010. "Potensi bambu tali (Gigantochloa apus (J.A.& J.H. Schult.) Kurz) sebagai obat di Bali." Bul. Littro., vol. 21(2): 129-37.[pranala nonaktif permanen] [2010]
  16. ^ Mulyono, N., B.W. Lay, L. Ocktreya, & S. Rahayu. 2013. "Antidiarrheal activity of apus bamboo (Gigantochloa apus) leaf extract and its bioactive compounds." Am. J. Microbiol., vol. 4 (1): 1-8.[pranala nonaktif permanen] [2013]

Pranala luarSunting

Wikimedia Commons memiliki media mengenai Gigantochloa apus.
  • Plantamor: Gigantochloa apus
  • Useful Trop. Plants: Gigantochloa apus
Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bambu_tali&oldid=19825370"

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA