Dibandingkan dengan daging merah daging putih ikan memiliki kandungan protein

Meski sama-sama merupakan sumber protein, daging putih seperti yang terdapat pada ayam dan ikan, diyakini jauh lebih sehat dibanding daging merah. Sebab daging putih memiliki tingkat kolesterol serta lemak jenuh yang jauh lebih rendah.

Itu sebabnya, walau kebanyakan orang lebih menyukai tekstur dan cita rasa daging merah, namun sebagian besar justru lebih memilih untuk menghindarinya. Alasannya tak lain karena daging merah diduga dapat menaikkan kolesterol dan pemicu timbulnya penyakit jantung dan kanker.

Daging Merah Vs Daging Putih

Menurut dr. Christopher Andrian, M.Gizi , SpGK dari Ciputra Medical Center, perbedaan warna pada daging terjadi bukan tanpa alasan. Dijelaskannya, warna merah pada daging sapi, kambing, dan domba, disebabkan adanya zat yang disebut dengan myoglobin, yaitu suatu senyawa protein yang berguna untuk mengangkut oksigen dan mengedarkannya di jaringan otot hewan.

Umumnya, myoglobin berkumpul pada jaringan otot yang sering digerakkan hewan, seperti pada bagian kakinya. Tak heran saat dipotong, area paha sapi akan tampak lebih merah dibanding bagian tubuh lainnya seperti punggung atau punuk.

Hal tersebut secara tidak langsung menunjukkan bahwa semakin kental warna merah pada suatu daging, maka akan semakin tinggi pula kadar myoglobin yang terkandung di dalamnya.

“Dalam myoglobin itu sendiri terkandung zat besi dalam jumlah yang besar. Itulah mengapa, orang yang terkena anemia disarankan untuk mengonsumsi banyak daging merah,” kata dokter Christopher.

Lebih jauh dokter Christopher mengatakan jika daging merah diprediksi memiliki kandungan 6-8 miligram mioglobin per gramnya. Angka tersebut tentu berbeda jauh bila dibandingkan dengan daging putih yang hanya memiliki 1-3 miligram mioglobin per gramnya.

“Dari segi zat besi, daging merah memang juaranya. Sementara untuk daging putih, meski tak memiliki zat besi sebanyak daging merah, tapi jenis daging yang satu ini kaya akan lemak tak jenuh dan omega 3, sehingga baik untuk kesehatan jantung,” tambahnya.

Kandungan Lemak

Tak bisa dipungkiri jika daging merah memang mengandung lemak jenuh yang tergolong tinggi dan bisa mengakibatkan naiknya kadar kolesterol dalam tubuh apabila dikonsumsi secara berlebihan.

Karena itu, WHO mewanti-wanti agar membatasi asupan daging merah maksimal 50 gram setiap harinya bagi orang dewasa.

“WHO juga mengkategorikan daging merah murni ke dalam group 2A. Artinya memang ada beberapa bukti yang menunjukan hubungan antara mengonsumsi daging merah berlebih dengan kehadiran kanker kolon,” tambahnya.

Sementara mengenai daging merah olahan (processed meat) seperti sosis, ham, dendeng dan kornet, WHO menggolongkannya dalam group 1.

Artinya berdasarkan berbagai penelitian, daging merah olahan tersebut dianggap sudah cukup bukti untuk di cap sebagai karsinogen atau zat pencetus kanker pada manusia.

“Dalam hal ini daging putih memang bisa dibilang lebih aman karena lebih sedikit mengandung lemak dan tidak bersifat karsinogen seperti halnya daging merah. Meski demikian, keduanya tetap perlu dikonsumsi. Sebab daging merah juga sangat berguna untuk mencukupi kebutuhan tubuh akan zat besi. Tapi sekali lagi saya tekankan, mengonsumsinya harus dibatasi, jangan berlebihan,” tegas dokter Christopher.

Memilih dan Mengolah Daging dengan Benar

Lebih lanjut dokter Christopher menjelaskan perlunya memilih daging yang segar.

Sebab daging yang kurang segar bisa memicu timbulnya sejumlah penyakit. Lalu, bagaimana cara membedakan daging yang segar dan kurang segar?

“Daging yang segar sudah pasti tidak berbau busuk. Bila dilihat dari warnanya, daging merah segar umumnya tetap berwarna merah.  Sementara daging putih segar akan berwarna keabuan atau putih cerah, dan saat disentuh akan terasa lembab serta tidak lengket,” ujarnya.

Dokter Christopher juga menyarankan, dalam mengolah aneka daging sebisa mungkin menghindari dengan cara dibakar. Sebab pengolahan makanan dengan suhu tinggi dan langsung terpapar api dapat memicu munculnya zat pencetus kanker.

Dibandingkan dengan daging merah daging putih ikan memiliki kandungan protein
Sumber gambar: freepik.com

Daging merupakan makanan yang kontroversial. Di satu sisi, daging kaya akan protein yang dibutuhkan manusia untuk membangun, memperbaiki, dan memelihara struktur tubuh. Namun di sisi lain, daging dikenal sebagai makanan yang berkolesterol tinggi sehingga sering dinilai sebagai makanan yang tidak sehat. Sebenarnya, kedua pernyataan tersebut tidak salah. Hal tersebut tergantung dari jenis daging yang kita makan, seberapa banyak dan seberapa sering kita memakannya, serta cara pengolahannya.

.

Apa perbedaan daging merah dan daging putih?

Berdasarkan warnanya, daging dibagi menjadi dua, yaitu daging merah dan daging putih. Keduanya sering dibandingkan terkait mana yang lebih sehat dan mana yang lebih bergizi. Banyak yang mengatakan daging putih lebih sehat dan baik untuk dikonsumsi dibandingkan daging merah. Namun, tidak jarang ada yang berkata sebaliknya. Jadi, manakah yang lebih baik? Untuk mengetahuinya, sebaiknya kita ketahui lebih dulu apa perbedaan keduanya.

Warna merah yang tampak pada daging merah sebenarnya bukanlah darah. Warna merah tersebut disebabkan karena daging merah memiliki suatu protein bernama mioglobin yang berfungsi menyimpan dan mengangkut oksigen ke otot melalui aliran darah. Daging merah mengandung mioglobin yang relatif lebih banyak dibandingkan daging putih. Jenis daging yang termasuk daging merah adalah daging sapi, kambing, dan kerbau. Sedangkan yang termasuk daging putih antara lain unggas seperti ayam, burung, kalkun, ikan, dan makanan laut lainnya seperti udang dan kerang.

Baca juga: Apakah Baik Mengonsumsi Daging Merah untuk Saluran Cerna Anda?

.

Benarkah daging putih lebih baik dikonsumsi dibandingkan daging merah?

Daging merupakan protein hewani yang mengandung berbagai macam asam amino esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh. Selain itu, daging merupakan sumber berbagai vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh seperti vitamin A, B6, B12, niasin, seng, selenium, dan zat besi. Sayangnya, daging rendah akan serat. Daging merah memiliki kadar vitamin B, seng, dan zat besi yang lebih banyak dibandingkan daging putih. Oleh karena itu, kita sering mendengar bahwa pasien anemia atau kurang darah dianjurkan untuk lebih sering mengonsumsi daging merah. Namun, beberapa penelitian menunjukkan efek negatif dari konsumsi daging merah yang terlalu banyak dan sering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi daging merah secara berlebihan dapat mencetuskan berbagai penyakit kronis, seperti penyakit jantung koroner, diabetes, strok, obesitas, dan kanker usus. Penelitian juga menunjukkan bahwa mengonsumsi daging merah secara berlebihan, terutama daging merah olahan seperti ham, sosis, bacon, dan salami, berkaitan dengan peningkatan risiko terjadinya penyakit kronis. Suatu studi membandingkan antara konsumsi daging merah (100 gram), daging merah olahan (50 gram), dan daging putih (50 gram) terhadap risiko terjadinya kanker dan penyakit jantung koroner. Hasil studi tersebut menunjukkan terdapat peningkatan risiko terjadinya kanker dan penyakit jantung koroner pada orang yang mengonsumsi daging merah olahan secara signifikan, sedangkan pada daging merah dan daging putih tidak signifikan.

Dari studi-studi sebelumnya, didapatkan suatu rekomendasi jumlah daging merah yang dianggap aman untuk dikonsumsi. Daging merah dapat dikonsumsi tidak lebih dari tiga porsi per minggu, dimana tiga porsi tersebut setara sekitar 350 – 500 gram daging merah. Selain itu direkomendasikan pula untuk membatasi konsumsi daging merah olahan. Sebab, daging merah olahan sering kali dibuat dengan pengawet natrium nitrat yang dapat meningkatkan risiko penyakit darah tinggi yang memberikan dampak negatif pada sistem jantung dan pembuluh darah. Selain itu, daging olahan juga cenderung memiliki kandungan lemak dan gula yang lebih tinggi.

Penelitian lain yang dipublikasikan oleh jurnal American Heart Association pada tahun 2017 meneliti hubungan antara konsumsi daging merah, daging merah olahan, dan daging putih terhadap risiko terjadinya strok. Hasil penelitian menunjukkan risiko terjadinya strok berbeda menurut jenis dagingnya dimana daging putih menurunkan risiko terjadinya strok sebanyak 13%, sedangkan daging merah dan daging merah olahan meningkatkan risiko terjadinya strok sebanyak 11% dan 17 % berturut-turut. Sehingga rekomendasi penelitian tersebut adalah pertimbangan untuk mengganti daging merah dan olahan dengan daging putih untuk pencegahan strok dalam praktik sehari-hari.

Daging merah terkenal akan kandungan kolesterol dan lemak jenuhnya yang tinggi. Sedangkan daging putih dikenal lebih sehat karena mengandung asam lemak tidak jenuh dan omega 3 yang sering ditemukan pada ikan salmon yang memiliki dampak positif bagi kesehatan, khususnya kesehatan jantung dan pembuluh darah. Oleh karena itu, kita sering mendengar anggapan bahwa daging putih lebih baik dikonsumsi dibandingkan daging merah karena kandungan kolesterolnya yang lebih rendah. Tetapi sebuah studi tahun 2019 menentang pernyataan tersebut. Studi menunjukkan konsumsi daging merah dalam jumlah besar dapat meningkatkan kadar LDL atau kolesterol jahat. Yang menarik, studi ini juga menunjukkan bahwa asupan daging putih yang berlebihan pun dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol jahat sama seperti daging merah.

.

Share on Facebook

Dibandingkan dengan daging merah daging putih ikan memiliki kandungan protein
Tweet

Dibandingkan dengan daging merah daging putih ikan memiliki kandungan protein
Follow us

Dibandingkan dengan daging merah daging putih ikan memiliki kandungan protein
Save