Di manakah tempat yang aman seperti disebutkan dalam surat Attin?

GALAMEDIA - Quran surat At Tin terdiri 8 ayat. Berikut bacaan arab, latin, terjemah, dan tafsir surat At Tin.

وَٱلتِّينِ وَٱلزَّيْتُونِ
wat-tīni waz-zaitụn
1. Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun

وَطُورِ سِينِينَ
wa ṭụri sīnīn
2. dan demi bukit Sinai

وَهَٰذَا ٱلْبَلَدِ ٱلْأَمِينِ
wa hāżal-baladil-amīn
3. dan demi kota (Mekah) ini yang aman,

لَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ فِىٓ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
laqad khalaqnal-insāna fī aḥsani taqwīm
4. sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.

ثُمَّ رَدَدْنَٰهُ أَسْفَلَ سَٰفِلِينَ
ṡumma radadnāhu asfala sāfilīn
5. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),

إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ
illallażīna āmanụ wa 'amiluṣ-ṣāliḥāti fa lahum ajrun gairu mamnụn
6. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. فَمَا

يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِٱلدِّينِ
fa mā yukażżibuka ba'du bid-dīn
7. Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu?

أَلَيْسَ ٱللَّهُ بِأَحْكَمِ ٱلْحَٰكِمِينَ
a laisallāhu bi`aḥkamil-ḥākimīn
8. Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?

Baca Juga: Quran Surat Al Maun, Asbabun Nuzul, Arab, Latin, dan Terjemahnya


Keutamaan Nabi Ulul Azmi

Dalam surat ini, seperti yang dijelaskan dalam laman rumaysho, Allah telah bersumpah dengan tiga tempat diutusnya para Nabi Ulul Azmi (gelar khusus bagi rasul pilihan yang mempunyai ketabahan luar biasa), yaitu

1. Tempat adanya buah tiin dan zaitun, yaitu Baitul Maqdis, tempat diutusnya Nabi Isa alaihis salam.
2. Bukit Sinai yaitu tempat Allah berbicara langsung dengan Nabi Musa bin Imran alaihis salam.
3. Negeri Mekah yang penuh rasa aman, tempat diutus Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

Dari Sempurna Lalu Masuk Neraka
Setelah bersumpah dengan tiga tempat tersebut, lalu disebutkan al-muqsam alaih yaitu isi sumpah,

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (4) ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ (5) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.

Baca Juga: Surat Ad Dhuha, Asbabun Nuzul, Arab, Latin, dan Terjemahnya

Tafsiran pertama dari ayat di atas, manusia diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya yang sempurna. Kemudian ia akan masuk dalam neraka. Demikian yang dikatakan oleh Mujahid, Abul Aliyah, Al-Hasan Al-Bashri, Ibnu Zaid dan selainnya.

Ia masuk neraka dikarenakan ia tidak mau taat pada Allah Taala dan enggan mengikuti ajaran Rasul SAW. Yang selamat dari neraka adalah orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.

Tafsiran kedua dari ayat di atas, manusia diciptakan dalam keadaan kuat ketika muda lalu dikembalikan di usia tua dalam keadaan lemah. Tafsiran kedua ini disebutkan dari Ibnu Abbas dan Ikrimah.

Masa tua adalah masa tidak semangat untuk beramal. Seseorang akan melewati masa kecil, masa muda, dan masa tua. Masa kecil dan masa tua adalah masa sulit untuk beramal, berbeda dengan masa muda, yaitu masa emas untuk beramal saleh.

Baca Juga: Surat Al Lahab: Asbabun Nuzul, Arab, Latin, dan Terjemahnya

Ibrahim An-Nakhai mengatakan, Jika seorang mukmin berada di usia senja dan pada saat itu sangat sulit untuk beramal, maka dia akan dicatat sebagaimana dahulu (di waktu muda) dia pernah beramal. Inilah yang dimaksudkan dengan firman Allah (yang artinya): bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.

Berlindung dari Keadaan Jelek di Waktu Tua
Jadi, usia muda adalah masa fit (semangat) untuk beramal. Oleh karena itu, manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya. Janganlah disia-siakan. Mintalah juga perlindungan kepada Allah dari usia tua yang jelek sebagaimana doa yang Nabi kita shallallahu alaihi wa sallam contohkan. Anas bin Malik radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam biasa meminta perlindungan dengan doa,

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَرَمِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبُخْلِ

Allahumma inni audzu bika minal kasl wa audzu bika minal jubn, wa audzu bika minal harom, wa audzu bika minal bukhl

"Ya Allah, aku meminta perlindungan pada-Mu dari rasa malas, aku meminta perlindungan pada-Mu dari lemahnya hati, aku meminta perlindungan pada-Mu dari usia tua (yang sulit untuk beramal) dan aku meminta perlindungan pada-Mu dari sifat kikir (pelit). (HR. Bukhari)

Baca Juga: Sejarah dan Arti Surat Al Fiil Ayat 1-5


Allah adalah Hakim Seadil-Adilnya

Di akhir ayat, Allah sebut,

فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّينِ (7) أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ (8)

Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu? Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?

Syaikh As-Sadi rahimahullah berkata, Apa yang menyebabkan manusia sampai mengingkari hari pembalasan terhadap amalan. Padahal telah banyak bukti dari berbagai ayat Allah dengan bukti yang yakin. Juga sudah ada bukti dengan berbagai nikmat yang telah Allah beri yang kita jangan sampai mengingkarinya.

Bukankah Allah adalah Hakim yang seadil-adilnya? Maksudnya, Allah tidak akan membiarkan manusia begitu saja tanpa diperintah dan tanpa dilarang. Tak mungkin pula Allah membiarkan mereka tanpa diberi pahala dan tanpa diberi hukuman. Wallohualam.***