Dalam permainan sepak bola modern pemain harus dapat melakukan

A. Prinsip Sepak bola Modern

1. Prinsip Bertahan*

1. Turun (membentuk formasi bertahan di belakang bola) —> menutup.

2. Bergerak secara bersama-sama sebagai satu kesatuan yg utuh.

3. Mendobel/mentripel lawan (2 v 1 atau 3 v 1 atau 4 v 1 ) —> agresif!

4. Menjaga jarak antara lini (± 15 m ) antar pemain satu lini (± 10 m).

5. Membentuk “segitiga” dan “pisang” (meninggalkan lawan disisi-sisi tanpa bola!).

6. Mendobel ke belakang.

7. Isi ke belakang (mengisi posisi di barisan belakang terlebih dahulu).

8. Semua terlibat.

9. Pakem. Tidak mengacu pada kreatifitas/improvisasi!

10. Komunikasi! (saling melatih!).

11. Kiper —berfungsi ganda sebagai libero (keluar dari sarang untuk mengantisipasi umpan terobosan!).

1. Cepat membuka.

2. 1 - 2 sentuhan sehingga permainan menjadi cepat.

3. Semua terlibat.

4. Bola datar & tegas.

5. Kreatif sesuai situasi. Menggunakan senjata : · 1 - 2/one - two. · Overlap.

· Terobosan. · Pantulan. · Trik individu. · Shooting jarak jauh. · Jangkar. · Pindah sisi serangan. · Crossing.

6. Kualitas passing menentukan!

7. Tidak bertele-tele - cari penyelesaian!

8. Semua posisi terisi — striker, second striker, jangkar, 3 pemain di belakang.

* Apapun formasi yang dipakai (entah 4-3-3, 4-4-2, atau formasi lainnya), prinsip - prinsip baik saat bertahan maupun menyerang tetap sama. Formasi boleh beda tapi prinsip-prinsip sepakbola modern pada dasarnya sama.

Prinsip ini begitu dasar sehingga perlu dikemukakan paling awal. Mudah saja: saat lawan menguasai bola posisi tim secara keseluruhan harus mengecil/mengkerut, sedang saat menguasai bola tim secara keseluruhan harus membuka lebar dan panjang lapangan selebar dan sepanjang mungkin. Saat menerangkan prinsip ini kepada pemain saya sering menggunakan alat musik akordeon sebagai ilustrasi; tarik selebar mungkin keluar saat menguasai bola dan kempeskan ke dalam saat lawan menguasai bola. Saat berguru di Jerman selama setahun penuh saya mendengar ilustrasi lain yang lebih baik lagi; telapak tangan yang menggenggam menggambarkan posisi pemain saat bertahan sementara telapak tangan yang terbuka lebar menggambarkan posisi pemain saat menyerang. Saya pernah melihat cuplikan di televisi saat Joachim Löw, asisten pelatih timnas Jerman di Piala Dunia 2006, berbicara kepada pemain soal prinsip ini. Yang menarik, ilustrasi telapak tangan yang mengepal lalu membuka lebar juga dipakai Löw guna menjelaskan prinsip ini kepada pemain. Ternyata di level tertinggi pun pemain masih harus terus diingatkan tentang prinsip dasar yang begitu penting ini. Untuk jelasnya perhatikan diagram-diagram di bawah ini:

4-4-2 saat lawan menguasai bola 4-4-2 saat menyerang

2. Prinsip Ordnung (Indonesia: keteraturan) atau penempatan posisi yang benar dan rapi

 Mundur hingga di antara bola dan gawang sendiri

Perhatikan sekali lagi diagram di atas tentang posisi pemain di saat lawan menguasai bola. Keteraturan yang sedemikian rupa hanya bisa terealisasi apabila semua pemain memiliki kedisiplinan yang tinggi untuk secepat mungkin mundur saat bola direbut oleh lawan. Saat bola berpindah “tangan” semua pemain harus mundur hingga semua pemain berada di antara letak bola dan gawang sendiri. Hanya dengan cara demikian

 Compact

Dalam bermain bola, khususnya saat menerapkan pola 4-4-2, pemain harus bertindak dengan kompak dan compact. Kompak artinya bertindak secara bersama-sama dan saling bahu membahu. Kebalikan kompak adalah bertindak secara sendiri-sendiri dan "semau gue”. Sikap seperti ini tentu saja sangat merugikan tim secara keseluruhan karena sepak bola itu sendiri adalah olahraga tim dan bukan olahraga perorangan. Sedang s berarti rapat atau padat. Di saat bertahan, pemain harus menempati posisi yang tidak lebih jauh dari sepuluh meter (!) di antara pemain dalam satu lini serta tidak lebih jauh dari limabelas meter (!) antar lini. Prinsip ini begitu penting!

Untuk jelasnya, perhatikan sekali lagi diagram di atas saat lawan menguasai bola.Menggalang kekompakan sehingga tim secara keseluruhan tetap bisa menjaga posisi yang compact saat bergeser maju-mundur atau ke kiri-kanan adalah tantangan yang harus dihadapi bersama oleh pemain dan pelatih. Caranya tidak lain adalah berlatih dan berlatih. Gunakan cones, papan tulis, atau kalau perlu video dalam melatih kekompakan (kesatuan) dan penempatan posisi yang compact (padat/ rapat).

 Forechecking (pressing di daerah pertahanan lawan)

Bertolak dari penempatan posisi pemain yang teratur (jarak antarlini padat serta jarak antarpemain dalam satu lini ketat) tim secara keseluruhan bahu-membahu melakukan pressing (menekan lawan) dengan tujuan mencuri bola dari kaki lawan. Pressing itu sendiri dilakukan di tiga daerah lapangan. Tekanan yang dilakukan di daerah pertahanan lawan disebut forechecking atau pressing 1. Umumnya pelatih memberikan instruksi sebelum pertandingan tentang di mana pressing akan dilakukan. Posisi pemain saat melakukan pressing 1 adalah sebagai berikut:

Forechecking umumnya dilakukan saat ingin memforsir kemenangan, saat bertanding melawan lawan yang relatif lemah atau saat ketinggalan score. Adapun kelemahan utama forechecking adalah

penggantungan nasib pada peraturan off side. Risikonya adalah apabila

yang memi mpin pertandingan lemah kinerjanya lawan yang lolos dari tekanan akan berhadapan langsung dengan dan jaga gawang. Dengan kata lain, umpan terobosan adalah momok bagi sistem pressing ini.

wasit

 Midfield pressing (pressing yang dilakukan di lapangan tengah)

Miedfield pressing atau pressing 2 adalah tekanan terhadap lawan yang dimulai di lapangan tengah. Artinya, lawan dibiarkan leluasa membangun serangan di daerah pertahanannya sendiri tanpa diganggu terlebih dahulu. Baru setelah bola berada di daerah lapangan tengah tekanan secara bersama, teratur, dan agresif dilancarkan.

serangan kandas jauh di daerah pertahanan

lawan pressing

dilakukan.

Paling tidak untuk

sementara

waktu. Begitu ada kesempatan (seperti terjadi lemparan ke dalam dan lain-lain) pemain berbondong-bondong kembali pada posisinya semula sesuai taktik midfield pressing / pressing 2.

 Fall back (pressing yang dilakukan di daerah pertahanan sendiri)

Yang dimaksud dengan fall back* adalah penempatan posisi pemain di daerah pertahanan sendiri. Lawan dibiarkan bergerak bebas hingga melebihi garis tengah lapangan. Bisa dikatakan baru di saat-saat terakhir tekanan terhadap lawan dilakukan. Posisi pemain saat melakukan fall back atau pressing 3 adalah sebagai berikut:

Taktik pressing 3 ini biasanya dilakukan oleh tim-tim lemah yang hanya berusaha menyerang lewat serangan balik. Bisa juga pressing 3 dilakukan oleh tim yang sebenarnya kuat dan hanya sementara mundur dikarenakan gempuran lawan yang tiba-tiba bertambah hebat sehingga membuat kewalahan. Situasi seperti ini paling sering terjadi saat lawan keti ng g a l a n

b er na fs u memena ngka n

da n

perta ndi nga n. Menurut pengamatan saya hal ini umumnya terjadi di awal babak kedua (lawan baru saja dimotivasi pelatihnya untuk mempersering

gempuran) dan menjelang akhir pertandingan (waktu yang tersedia semakin menipis).

Keterangan : Dalam bahasa Indonesia “jatuh ke belakang” atau lebih tepatnya mengundurkan/menarik diri”.

arah bola. Sebagai contoh, lawan mengumpan bola kepada pemain 8 (sayap kirinya). Pergerakan lawan dengan demikian adalah ke kanan. Semua pemain bergerak serentak ke sebelah kanan lapangan. Perhatikan diagram di berikut ini.

Contoh di atas memakai taktik full back. Perhatikan bagaimana baik barisan pertahanan maupun barisan lapangan tengah

membentuk dua pisang! Perhatikan juga bagaimana ketat dan padatnya posisi pemain satu dengan yang lainnya. Perhatikan penempatan posisi pemain 3 (bek kiri) dan 8 (sayap kiri) yang ikut masuk ke tengah. Hanya dengan

demikian ti m s ecara

berdiri dengan compact (padat dan ketat) sehingga lawan sulit melakukan kombinasi permainan. Permainan lawan menjadi tidak berkembang dan bola bisa dengan lebih mudah direbut kembali.

keseluruhan

bisa

Bergerak ke arah bola mempunyai tujuan menciptakan situasi 2 v 1 bahkan 3 v 1. Pemain yang menggiring bola ditekan secara agresif oleh dua pemain bertahan sekaligus. Salah satu pemain bertahan bisa melakukan tekanan dengan total atau agresif karena ada pemain bertahan lain yang siap membantu apabila lawan mampu lolos. Sering pemain bertahan tidak total dalam menekan lawan karena khawatir dilewati lawan. Saat menerapkan sistem bermain 4-4-2 masalah ini bisa teratasi karena adanya pemain bertahan lain yang melapis. Prinsip melapis sesama pemain begitu sentral dalam falsafah sistem 4-4-2!

Pemain harus dibiasakan untuk selalu bersedia melakukan prinsip melapis baik di tengah lapangan, di sayap lapangan ataupun melapis ke belakang. Kuncinya pemain rajin bergerak dan rajin bergeser secara serentak. Saat bola "melewati” pemain, pemain tersebut harus memiliki kedisiplinan yang tinggi untuk ikut turun ke belakang (bergeser sesuai posisinya) dan bila mungkin melakukan "melapis ke belakang”. Perhatikan diagram melapis ke belakang di samping ini:

Perhatikan bagaimana pemain 7 (sayap kanan) dan pemain 9 (penyerang kanan) tidak berhenti bermain saat bola "melewati” keduanya. Baik pemain

7 maupun 9 sama-sama memiliki kedisiplinan yang tinggi untuk membantu pemain 6 (gelandang bertahan) sehingga praktis terjadi situasi empat(!) v 1; pemain 6 menekan secara agresif (tentu saja tanpa melakukan pelanggaran)*, pemain 10 (gelandang serang) melapis 7 maupun 9 sama-sama memiliki kedisiplinan yang tinggi untuk membantu pemain 6 (gelandang bertahan) sehingga praktis terjadi situasi empat(!) v 1; pemain 6 menekan secara agresif (tentu saja tanpa melakukan pelanggaran)*, pemain 10 (gelandang serang) melapis

* Keterangan: Melakukan pelanggaran menjadi tidak perlu dilakukan karena situasi toh menguntungkan tim sendiri. Melakukan pelanggaran di saat situasi begitu menguntungkan seperti ini (4 v 1) adalah bodoh karena dengan demikian situasi akan kembali netral. Lawan mendapatkan tendangan bebas sehingga bola yang tadinya sudah hampir terebut kembali bisa leluasa dikuasai lawan.

Pada prinsipnya saat melakukan pergeseran pemain harus selalu berorientasi secara berturut-turut pada:

Bandingkan dengan sistem 3-5-2 yang lazim dilakukan di Indonesia. Sistem yang memakai sistem man to man marking ini selalu mengarahkan pemain untuk berorientasi pada lawan. Dalam sistem 4-4-2, 4-3-3 atau sistem modern lainnya lawan hanya menempati nomor 3! Benar-benar sebuah perbedaan yang drastis.

Secara praktis penerapan falsafah berorientasi kepada (1) bola, (2) kawan dan (3) lawan saat melakukan pergeseran bisa kita pelajari sesuai diagram di atas. Kita ambil pemain

8 (sayap kiri) sebagai contoh. Pemain 8 bergeser ke arah kanan karena letak BOLA adalah di sebelah kanannya. Selanjutnya 8 melihat TEMANNYA pemain 10 (gelandang serang) meninggalkan posisinya demi melapis pemain 6 dari belakang. Dengan demikian, pemain 8 harus bergeser lebih jauh ke dalam dari biasanya sehingga jarak kira-kira 10 meter antara pemain 10 dan 8 tetap terjaga. Baru kemudian pemain 8 berorientasi pada LAWAN dan menempatkan dirinya di antara lawan terdekat dan letak bola sehingga passing line atau garis umpan kepada lawan jagaannya bisa tertutup.

4. Prinsip penggunaan aturan off side

Prinsip menekan lawan secara serentak di mana semua pemain terlibat (termasuk barisan bek yang ikut naik sehingga jarak antara baris tengah dan belakang menjadi dekat dan padat) hanya bisa dilakukan karena adanya peraturan off side. Apabila peraturan off side itu sendiri tidak ada maka tidak mungkin barisan pertahanan ikut naik baik untuk membantu serangan maupun guna membantu lapangan tengah mencuri bola dari lawan. Perlu ditekankan di sini bahwa dalam sepak bola modern pemain bertahan tidak ikut maju dengan tujuan lawan terperangkap off side! Ini yang sering salah dipahami. Dalam sepak bola modern barisan pertahanan ikut naik guna menciptakan barisan pertahanan secara Prinsip menekan lawan secara serentak di mana semua pemain terlibat (termasuk barisan bek yang ikut naik sehingga jarak antara baris tengah dan belakang menjadi dekat dan padat) hanya bisa dilakukan karena adanya peraturan off side. Apabila peraturan off side itu sendiri tidak ada maka tidak mungkin barisan pertahanan ikut naik baik untuk membantu serangan maupun guna membantu lapangan tengah mencuri bola dari lawan. Perlu ditekankan di sini bahwa dalam sepak bola modern pemain bertahan tidak ikut maju dengan tujuan lawan terperangkap off side! Ini yang sering salah dipahami. Dalam sepak bola modern barisan pertahanan ikut naik guna menciptakan barisan pertahanan secara

Menurut saya di sinilah letak kelemahan utama sistem 4-4-2 saat dipraktikkan di Indonesia. Sistem pressing yang terkandung secara kental dalam falsafah bermain 4-4-2 sangat bergantung pada penilaian wasit yang jeli saat terjadi off side. Padahal kepercayaan publik Indonesia terhadap wasit baik dalam hal moral wasit maupun kemampuan wasit saat memimpin pertandingan tergolong minim. Sebuah dilema yang menurut saya bisa dipecahkan dengan cara hanya memakai taktik miedfiel dpressing dan taktik fall back. Sedang taktik forechecking hendaknya hanya dipraktikkan apabila wasit yang memimpin pertandingan diketahui dengan pasti memiliki moral dan kemampuan yang baik.

5. Prinsip penjaga gawang yang ikut bermain

Dalam sepak bola modern penjaga gawang tidak hanya semata-mata bertindak sebagai penjaga gawang. Seorang penjaga gawang yang modern adalah penjaga gawang dan libero sekaligus. Seorang kiper dewasa ini harus mahir memainkan bola dengan kaki, harus mahir memberikan umpan pendek dan panjang, harus mahir membaca perkembangan serangan lawan serta harus bisa memberikan instruksi yang jelas dan benar kepada barisan pertahanan.

Saat lawan membangun serangan seorang penjaga gawang yang modern harus menempatkan diri relatif jauh di depan gawangnya sendiri. Kira-kira di mana seorang libero semestinya berada di situlah dia “berdiri”. Berdiri tertulis dalam tanda kutip karena kenyataannya kiper modern harus selalu bergerak sesuai letak bola: umumnya antara letak bola dan titik tengah gawang!

Pada piala dunia 2006 Jürgen Klinsmann, pelatih timnas Jerman saat itu, mengejutkan dunia dengan keputusannya memilih Jens Lehmann (Arsenal) di atas Oliver Kahn (Bayern München). Dalam sebuah konfrensi pers Klinsmann menjelaskan bahwa ada

10 kriteria yang dibahas secara mendetail sebelum keputusan dilakukan. Dari 10 kriteria tersebut ada 9 kriteria di mana kekuatan Lehmann dan Kahn hampir sama. Hanya dalam satu kriteria Lehmann jauh unggul di atas Kahn; dalam hal ikut bermain! Lehmann adalah seorang pemain bola yang lebih baik dari Kahn. Teknik mengolah bola dan kualitas umpan Lehmann sangat baik sehingga dialah yang akhirnya terpilih menjadi kiper No. 1 Jerman.

Dalam sistem sepak bola modern tidak ada tempat untuk seorang libero. Tapi karena barisan pertahanan harus ikut naik guna menghasilkan pertahanan yang compact penjaga gawang otomatis harus keluar dari sarangnya guna mengantisipasi umpan terobosan lawan. Untuk jelasnya, perhatikan diagram di bawah ini: Dalam sistem sepak bola modern tidak ada tempat untuk seorang libero. Tapi karena barisan pertahanan harus ikut naik guna menghasilkan pertahanan yang compact penjaga gawang otomatis harus keluar dari sarangnya guna mengantisipasi umpan terobosan lawan. Untuk jelasnya, perhatikan diagram di bawah ini:

(3) ki per siap mengantisipasi

da n

umpan terobosan lawan. Ketiga tujuan di atas hanya bisa terealisasi apabila

penjaga gawang senantiasa bergerak sesuai

Jarak antara kiper dan barisan pertahanan yang menjadi relatif pendek juga menguntungkan disaat bola harus terlebih dahulu diumpankan kepada kiper di saat tekanan teralu hebat untuk memaksakan diri memainkan bola ke depan. Menguntungkan karena jarak umpan menjadi jauh lebih pendek dibandingkan apabila kiper tetap di sarangnya. Hal ini penting dari segi keamanan. Perlu diingat bahwa di bagian sepertiga pertama lapangan berlaku hukum safety first atau penekanan terhadap keamanan. Karena semakin pendek umpan semakin bagus kualitas umpan itu sendiri maka otomatis semakin amanlah umpan yang berjarak pendek.

Penjaga gawang modern dituntut untuk begitu aktif dalam hal ikut bermain baik di saat lawan menguasai bola maupun di saat membangun serangan sehingga istilah "pemain gawang” menjadi semakin populer, khususnya di bagian selatan Jerman akhir-akhir ini. Banyak pelatih di selatan Jerman bahkan membiasakan diri menyebut sistem 4 -4-2 dengan 1-4-4-2. Kiper ikut dihitung dan disebut karena peran penjaga gawang memang menjadi semakin penting di era sepak bola modern ini. Memang sistem 4-4-2 atau 4-4-3 serta formasi modern lainnya tidak bisa berfungsi dengan baik apabila tidak ada "pemain gawang” yang bertindak sebagai libero*. Oleh karena itu, saya pribadi setuju sistem 4-4-2 disebut dengan 1-4-4-2. Paling tidak sebagai wujud hormat saya terhadap kiper sebagai salah satu bagian yang penting dalam tim. Apa pun nama sistem yang dipakai, apa pun istilah yang diberikan kepada kiper, yang paling penting adalah pemain mengerti bahwa kiper harus ikut bermain dengan aktif!

Keterangan : * Tanpa seorang kiper yang sekaligus bertindak sebagai libero, risiko bertahan secara modern akan terlalu tinggi. Barisan pertahanan yang naik guna menciptakan pertahanan yang compact harus dilapis oleh kiper yang juga ikut naik (keluar dari sarangnya) sehingga risiko umpan terobosan dapat diminimalisasi.