Dalam permainan lompat kangguru kamu harus melompat sebanyak .kali tampa berhenti

metode

Desember 21, 2009

METODE METODE PEMBELAJARAN

MetodolOgi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.

Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.

Beberapa metode mengajar

  1. Metode Ceramah (Preaching Method)

Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa.

Beberapa kelemahan metode ceramah adalah :

a. Membuat siswa pasif

b. Mengandung unsur paksaan kepada siswa

c. Mengandung daya kritis siswa ( Daradjat, 1985)

d. Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.

e. Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
f. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
g. Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

Beberapa kelebihan metode ceramah adalah :

a. Guru mudah menguasai kelas.

b. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar

c. Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.

d. Mudah dilaksanakan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

2. Metode diskusi ( Discussion method )

Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama ( socialized recitation ).

Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :

a. Mendorong siswa berpikir kritis.

b. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.

c. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama.
d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.

Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :

a. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan
b. Menyadarkan ank didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.

c. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :

a. tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.

b. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.

c. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.

d. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

3. Metode demontrasi ( Demonstration method )

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Muhibbin Syah ( 2000).
Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Syaiful Bahri Djamarah, ( 2000).

Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah :

a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan .

b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa (Daradjat, 1985)

Kelebihan metode demonstrasi sebagai berikut :

a. Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atu kerja suatu benda.

b. Memudahkan berbagai jenis penjelasan .

c. Kesalahan-kesalahan yeng terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melaui pengamatan dan contoh konkret, drngan menghadirkan obyek sebenarnya (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).

Kelemahan metode demonstrasi sebagai berikut :

a. Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan.
b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan

c. Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).

4. Metode ceramah plus

Metode ceramah plus adalah metode mengajar yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah gabung dengan metode lainnya.Dalam hal ini penulis akan menguraikan tiga macam metode ceramah plus yaitu :

  1. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT).
  2. Metode ini adalah metode mengajar gabungan antara ceramah dengan tanya jawab dan pemberian tugas.
  3. Metode campuran ini idealnya dilakukan secar tertib, yaitu :

1). Penyampaian materi oleh guru.

2). Pemberian peluang bertanya jawab antara guru dan siswa.

3). Pemberian tugas kepada siswa.

b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas (CPDT)

Metode ini dilakukan secara tertib sesuai dengan urutan pengkombinasiannya, yaitu pertama guru menguraikan materi pelajaran, kemudian mengadakan diskusi, dan akhirnya memberi tugas.

  1. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
  2. Metode ini dalah merupakan kombinasi antara kegiatan menguraikan materi pelajaran dengan kegiatan memperagakan dan latihan (drill)
    5. Metode resitasi ( Recitation method )
  3. metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri (http://re-searchengines.com/art05-65.html).

    Kelebihan metode resitasi sebagai berikut :

a. Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.

b. Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

Kelemahan metode resitasi sebagai berikut :

a. Terkadang anak didik melakukan penipuan dimana anak didik hanya meniru hasil pekerjaan temennya tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
b. Terkadang tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

6. Metode percobaan ( Experimental method )

Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Syaiful Bahri Djamarah, (2000)

Metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang menggunakan tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di Laboratorium.

Kelebihan metode percobaan sebagai berikut :

a. Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.

b. Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.

c. Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.

Kekurangan metode percobaan sebagai berikut :

a. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan ekperimen.

b. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.

c. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.

Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimn siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.

Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : (a) Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa. (b) Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih. (c) dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan , maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu. (d) Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih , maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen itu. (e) Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan social dan keyakinan manusia. Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak bias diadakan percobaan karena alatnya belum ada.

Prosedur eksperimen menurut Roestiyah (2001:81) adalah : (a) Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksprimen,mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksprimen. (b) memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat. (c) Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen. (d) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.

Metode eksperimen menurut Djamarah (2002:95) adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri , mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu.

Metode eksperimen mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :

Kelebihan metode eksperimen : (a) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya. (b) dalam membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. (c) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia.

Kekurangan metode eksperimen :

(a) Metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sains dan teknologi. (b) metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan kadangkala mahal. (c) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan. (d) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada factor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian.

Menurut Schoenherr (1996) yang dikutip oleh Palendeng (2003:81) metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksprimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.

Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih ketrampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif.

Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih dan mengajar siswa untuk belajar konsep fisika sama halnya dengan seorang ilmuwan fisika. Siswa belajar secara aktif dengan mengikuti tahap-tahap pembelajarannya. Dengan demikian, siswa akan menemukan sendiri konsep sesuai dengan hasil yang diperoleh selama pembelajaran.

Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003:82) meliputi tahap-tahap sebagai berikut : (1) percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi fisika yang akan dipelajari. (2) pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut. (3) hipoteis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya. (4) verifikasi , kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya. (5) aplikasi konsep , setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari. (6) evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.
Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, , maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain , siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan .

Metode Eksperimen menurut Al-farisi (2005:2) adalah metode yang bertitik tolak dari suatu masalah yang hendak dipecahkan dan dalam prosedur kerjanya berpegang pada prinsip metode ilmiah.

7. Metode Karya Wisata

Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.

Kelebihan metode karyawisata sebagai berikut : a. Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
b. Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.
c. Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.

Kekurangan metode karyawisata sebagai berikut :
a. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
b. Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.
c. Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan.
d. Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di lapangan.
e. Biayanya cukup mahal.
f. Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.

Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjautempat tertentu atau obyek yang lain. Menurut Roestiyah (2001:85) , karya wisata bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu dikatakan teknik karya wisata, ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada, dan sebagainya.

Menurut Roestiyah (2001:85) ,teknik karya wisata ini digunakan karena memiliki tujuan sebagai berikut: Dengan melaksanakan karya wisata diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya, dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik seseorang serta dapat bertanya jawab mungkin dengan jalan demikian mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam pelajaran, ataupun pengetahuan umum. Juga mereka bisa melihat, mendengar, meneliti dan mencoba apa yang dihadapinya, agar nantinya dapat mengambil kesimpulan, dan sekaligus dalam waktu yang sama ia bisa mempelajari beberapa mata pelajaran.

Agar penggunaan teknik karya wisata dapat efektif, maka pelaksanaannya perlu memeperhatikan langkah-langkah sebagai berikut: (a) Persiapan, dimana guru perlu menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas, mempertimbangkan pemilihan teknik, menghubungi pemimpin obyek yang akan dikunjungi untuk merundingkan segala sesuatunya, penyusunan rencana yang masak, membagi tugas-tugas, mempersiapkan sarana, pembagian siswa dalam kelompok, serta mengirim utusan, (b) Pelaksanaan karya wisata, dimana pemimpin rombongan mengatur segalanya dibantu petugas-petugas lainnya, memenuhi tata tertib yang telah ditentukan bersama, mengawasi petugas-petugas pada setiap seksi, demikian pula tugas-tugas kelompok sesuai dengan tanggungjawabnya, serta memberi petunjuk bila perlu, (c) Akhir karya wisata, pada waktu itu siswa mengadakan diskusi mengenai segala hal hasil karya wisata, menyusun laporan atau paper yang memuat kesimpulan yang diperoleh, menindaklanjuti hasil kegiatan karya wisata seperti membuat grafik, gambar, model-model, diagram, serta alat-alat lain dan sebagainya.

Karena itulah teknik karya wisata dapat disimpulkan memiliki keunggulan sebagai berikut: (a) Siswa dapat berpartisispasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para petugas pada obyek karya wisata itu, serta mengalami dan menghayati langsung apa pekerjaan mereka. Hal mana tidak mungkin diperoleh disekolah, sehingga kesempatan tersebut dapat mengembangkan bakat khusus atau ketrampilan mereka, (b) Siswa dapat melihat berbagai kegiatan para petugas secara individu maupun secara kelompok dan dihayati secara langsung yang akan memperdalam dan memperluas pengalaman mereka, (c) dalam kesempatan ini siswa dapat bertanya jawab, menemukan sumber informasi yang pertama untuk memecahkan segala persoalan yang dihadapi, sehingga mungkin mereka menemukan bukti kebenaran teorinya, atau mencobakan teorinya ke dalam praktek, (d) Dengan obyek yang ditinjau itu siswa dapat memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi, yang tidak terpisah-pisah dan terpadu.

Penggunaan teknik karya wisata ini masih juga ada keterbatasan yang perlu diperhatikan atau diatasi agar pelaksanaan teknik ini dapat berhasil guna dan berdaya guna, ialah sebagai berikut: Karya wisata biasanya dilakukan di luar sekolah, sehingga mungkin jarak tempat itu sangat jauh di luar sekolah, maka perlu mempergunakan transportasi, dan hal itu pasti memerlukan biaya yang besar. Juga pasti menggunakan waktu yang lebih panjang daripada jam sekolah, maka jangan sampai mengganggu kelancaran rencana pelajaran yang lain. Biaya yang tinggi kadang-kadang tidak terjangkau oleh siswa maka perlu bantuan dari sekolah. Bila tempatnya jauh, maka guru perlu memikirkan segi keamanan, kemampuan pihak siswa untuk menempuh jarak tersebut, perlu dijelaskan adanya aturan yang berlaku khusus di proyek ataupun hal-hal yang berbahaya.

Suhardjono (2004:85) mengungkapkan bahwa metode karya wisata (field-trip) memiliki keuntungan: (a) Memberikan informasi teknis, kepada peserta secara langsung, (b) Memberikan kesempatan untuk melihat kegiatan dan praktik dalam kenyataan atau pelaksanaan yang sebenarnya, (c) Memberikan kesempatan untuk lebih menghayati apa yang dipelajari sehingga lebih berhasil, (d) membei kesempatan kepada peserta untuk melihat dimana peserta ditunjukkan kepada perkembangan teknologi mutakhir.

Sedangkan kekurangan metode Field Trip menurut Suhardjono (2004:85) adalah: (a) Memakan waktu bila lokasi yang dikunjungi jauh dari pusat latihan, (b) Kadang-kadang sulit untuk mendapat ijin dari pimpinan kerja atau kantor yang akan dikunjungi, (c) Biaya transportasi dan akomodasi mahal.

Menurut Djamarah (2002:105), pada saat belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau obyek yang lain. Hal itu bukan sekedar rekreasi tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu, dikatakan teknik karya wisata, yang merupakan cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pegadaian. Banyak istilah yang dipergunakan pada metode karya wisata ini, seperti widya wisata, study tour, dan sebagainya. Karya wisata ada yang dalam waktu singkat, dan ada pula yang dalam waktu beberapa hari atau waktu panjang.

Metode karya wisata mempunyai beberapa kelebihan yaitu: (a) Karya wisata memiliki prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran, (b) Membuat apa yang dipelajari di sekolah lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan di masyarakat, (c) Pengajaran serupa ini dapat lebih merangsang kreativitas siswa, (d) Informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas dan aktual.

Kekurangan metode karya wisata adalah: (a) Fasilitas yang diperlukan dan biaya yang diperlukan sulit untuk disediakan oleh siswa atau sekolah, (b) Sangat memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang, (c) memerlukan koordinasi dengan guru-guru bidang studi lain agar tidak terjadi tumpang tindih waktu dan kegiatan selama karya wisata, (d) dalam karya wisata sering unsure rekreasi menjadi lebih prioritas daripada tujuan utama, sedang unsure studinya menjadi terabaikan, (e) Sulit mengatur siswa yang banyak dalam perjalanan dan mengarahkan mereka kepada kegiatan studi yang menjadi permasalahan.

Metode field trip atau karya wisata menurut Mulyasa (2005:112) merupakan suatu perjalanan atau pesiar yang dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar, terutama pengalaman langsung dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah. Meskipun karya wisata memiliki banyak hal yang bersifat non akademis, tujuan umum pendidikan dapat segera dicapai, terutama berkaitan dengan pengembangan wawasan pengalaman tentang dunia luar.

Sebelum karya wisata digunakan dan dikembangkan sebagai metode pembelajaran, hal-hal yang perlu diperhatikan menurut Mulyasa (2005:112) adalah: (a) Menentukan sumber-sumber masyarakat sebagai sumber belajar mengajar, (b) Mengamati kesesuaian sumber belajar dengan tujuan dan program sekolah, (c) Menganalisis sumber belajar berdasarkan nilai-nilai paedagogis, (d) Menghubungkan sumber belajar dengan kurikulum, apakah sumber-sumber belajar dalam karyawisata menunjang dan sesuai dengan tuntutan kurikulum, jika ya, karya wisata dapat dilaksanakan, (e) membuat dan mengembangkan program karya wisata secara logis, dan sistematis, (f) Melaksanakan karya wisata sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran, materi pelajaran, efek pembelajaran, serta iklim yang kondusif. (g) Menganalisis apakah tujuan karya wisata telah tercapai atau tidak, apakah terdapat kesulitan-kesulitan perjalanan atau kunjungan, memberikan surat ucapan terima kasih kepada mereka yang telah membantu, membuat laporan karyawisata dan catatan untuk bahan karya wisata yang akan datang.

8. Metode latihan keterampilan ( Drill method )

Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar , dimana siswa diajak ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya. Contoh latihan keterampilan membuat tas dari mute/pernik-pernik.

Kelebihan metode latihan keterampilan sebagai berikut :

a. Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.
b. Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
c. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.

Kekurangan metode latihan keterampilan sebagai berikut :

a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian.
b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
c. Kadang-kadang latihan tyang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.
d. Dapat menimbulkan verbalisme.

9. Metode mengajar beregu ( Team teaching method )

Metode mengajar beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas. Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai kordinator. Cara pengujiannya, setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung. Jika ujian lisan maka setiap siswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan team pendidik tersebut.

10. Metode mengajar sesama teman ( Peer teaching method )

Metode mengajar sesama teman adalah suatu metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri

11. Metode pemecahan masalah ( Problem solving method )

Metode ini adalah suatu metode mengajar yang mana siswanya diberi soal-soal, lalu diminta pemecahannya.

12. Metode perancangan ( projeck method )

yaitu suatu metode mengajar dimana pendidik harus merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.

Kelebihan metode perancangan sebagai berikut :

a. Dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih luas dan menyuluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
b. Melalui metode ini, anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Kekurangan metode perancangan sebagai berikut :

a. Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini.
b. Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum disiapkan untuk ini.
c. Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan.
d. Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.

13. Metode Bagian ( Teileren method )

yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagian-sebagian, misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentu saja berkaitan dengan masalahnya.

14. Metode Global (Ganze method )

yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca keseluruhan materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil intisari dari materi tersebut.

15. Metode Discovery

Salah satu metode mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode discovery, hal itu disebabkan karena metode discovery ini: (a) Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif, (b) Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa, (c) Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain, (d) Dengan menggunakan strategi penemuan, anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkannya sendiri, (e) dengan metode penemuan ini juga, anak belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan probela yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.

Dengan demikian diharapkan metode discovery ini lebih dikenal dan digunakan di dalam berbagai kesempatan proses belajar mengajar yang memungkinkan.

Metode Discovery menurut Suryosubroto (2002:192) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi.

Metode Discovery merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, beroreientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Menurut Encyclopedia of Educational Research, penemuan merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan ketrampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode discovery adalah suatu metode dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja.

Suryosubroto (2002:193) mengutip pendapat Sund (1975) bahwa discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.

Langkah-langkah pelaksanaan metode penemuan menurut Suryosubroto (2002:197) yang mengutip pendapat Gilstrap (1975) adalah: (a) Menilai kebutuhan dan minat siswa, dan menggunakannya sebagai dasar untuk menentukan tujuan yang berguna dan realities untuk mengajar dengan penemuan, (b) Seleksi pendahuluan atas dasar kebutuhan dan minat siswa, prinsip-prinsip, generalisasi, pengertian dalam hubungannya dengan apa yang akan dipelajarai, (c) Mengatur susunan kelas sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran siswa dalam belajar dengan penemuan, (d) Berkomunikasi dengan siswa akan membantu menjelaskan peranan penemuan, (e) menyiapkan suatu situasi yang mengandung masalah yang minta dipecahkan, (f) Mengecek pengertian siswa tentang maslah yang digunakan untuk merangsang belajar dengan penemuan, (g) Menambah berbagai alat peraga untuk kepentingan pelaksanaan penemuan, (h) memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan bekerja dengan data, misalnya tiap siswa mempunyai data harga bahan-bahan pokok dan jumlah orang yang membutuhkan bahan-bahan pokok tersebut, (i) Mempersilahkan siswa mengumpulkan dan mengatur data sesuai dengan kecepatannya sendiri, sehingga memperoleh tilikan umum, (j) Memberi kesempatan kepada siswa melanjutkan pengalaman belajarnya, walaupun sebagian atas tanggung jawabnya sendiri, (k) memberi jawaban dengan cepat dan tepat sesuai dengan data dan informasi bila ditanya dan diperlukan siswa dalam kelangsungan kegiatannya, (l) Memimpin analisisnya sendiri melalui percakapan dan eksplorasinya sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses, (m) Mengajarkan ketrampilan untuk belajar dengan penemuan yang diidentifikasi oleh kebutuhan siswa, misalnya latihan penyelidikan, (n) Merangsang interaksi siswa dengan siswa, misalnya merundingkan strategi penemuan, mendiskusikan hipotesis dan data yang terkumpul, (o) Mengajukan pertanyaan tingkat tinggi maupun pertanyaan tingkat yang sederhana, (p) Bersikap membantu jawaban siswa, ide siswa, pandanganan dan tafsiran yang berbeda. Bukan menilai secara kritis tetapi membantu menarik kesimpulan yang benar, (q) Membesarkan siswa untuk memperkuat pernyataannya dengan alas an dan fakta, (r) Memuji siswa yang sedang bergiat dalam proses penemuan, misalnya seorang siswa yang bertanya kepada temannya atau guru tentang berbagai tingkat kesukaran dan siswa siswa yang mengidentifikasi hasil dari penyelidikannya sendiri, (s) membantu siswa menulis atau merumuskan prinsip, aturan ide, generalisasi atau pengertian yang menjadi pusat dari masalah semula dan yang telah ditemukan melalui strategi penemuan, (t) Mengecek apakah siswa menggunakan apa yang telah ditemukannya, misalnya teori atau teknik, dalam situasi berikutnya, yaitu situasi dimana siswa bebas menentukan pendekatannya.

Sedangkan langkah-langkah menurut Richard Scuhman yang dikutip oleh Suryosubroto (2002:199) adalah : (a) identifikasi kebutuhan siswa, (b) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan generalisasi yang akan dipelajari, (c) Seleksi bahan, dan problema serta tugas-tugas, (d) Membantu memperjelas problema yang akan dipelajari dan peranan masing-masing siswa, (e) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan, (f) Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa, (g) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan, (h) Membantu siswa dengan informasi, data, jika diperlukan oleh siswa, (i) memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses, (j) Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa, (k) memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan, (l) Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya.

Metode discovery memiliki kebaikan-kebaikan seperti diungkapkan oleh Suryosubroto (2002:200) yaitu: (a) Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan ketrampilan dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itu dilibatkan terus dalam penemuan terpimpin. Kekuatan dari proses penemuan datang dari usaha untuk menemukan, jadi seseorang belajar bagaimana belajar itu, (b) Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari pengertian retensi dan transfer, (c) Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan, (d) metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri, (e) metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus, (f) Metode discovery dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan. Dapat memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan, (g) Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan pada siswa dan guru berpartisispasi sebagai sesame dalam situasi penemuan yang jawaban nya belum diketahui sebelumnya, (h) Membantu perkembangan siswa menuju skeptisssisme yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak.

Kelemahan metode discovery Suryosubroto (2002:2001) adalah: (a) Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam usanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam suatu subyek, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang lain, (b) Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu. (c) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudahy biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional, (d) Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan ketrampilan. Sedangkan sikap dan ketrampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan emosional sosial secara keseluruhan, (e) dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide, mungkin tidak ada, (f) Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses di bawah pembinaannya. Tidak semua pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh arti.

Metode Discovery menurut Rohani (2004:39) adalah metode yang berangkat dari suatu pandangan bahwa peserta didik sebagai subyek di samping sebagai obyek pembelajaran. Mereka memiliki kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.

Proses pembelajaran harus dipandang sebagai suatu stimulus atau rangsangan yang dapat menantang peserta didik untuk merasa terlibat atau berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran. Peranan guru hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing atau pemimpin pengajaran yang demokratis, sehingga diharapkan peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan masalah atas bimbingan guru.

Ada lima tahap yang harus ditempuh dalam metode discovery menurut Rohani(2004:39) yaitu: (a) Perumusan masalah untuk dipecahkan peserta didik, (b) Penetapan jawaban sementara atau pengajuan hipotesis, (c) Peserta didik mencari informasi , data, fakta, yang diperlukan untuk menjawab atau memecahkan masalah dan menguji hipotesis, (d) Menarik kesimpulan dari jawaban atau generalisasi, (e) Aplikasi kesimpulan atau generalisasidalam situasi baru.

Metode Discovery menurut Roestiyah (2001:20) adalah metode mengajar mempergunakan teknik penemuan. Metode discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.

Pada metode discovery, situasi belajar mengajar berpindah dari situasi teacher dominated learning menjadi situasi student dominated learning. Dengan pembelajaran menggunakan metode discovery, maka cara mengajar melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.

Penggunaan metode discovery ini guru berusaha untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Sehingga metode discovery menurut Roestiyah (2001:20) memiliki keunggulan sebagai berikut: (a) Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta panguasaan ketrampilan dalam proses kognitif/ pengenalan siswa, (b) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi / individual sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut, (c) Dapat meningkatkan kegairahan belajar para siswa.

Metode discovery menurut Mulyasa (2005:110) merupakan metode yang lebih menekankan pada pengalaman langsung. Pembelajaran dengan metode penemuan lebih mengutamakan proses daripada hasil belajar.

Cara mengajar dengan metode discovery menurut Mulyasa (2005:110) menempuh langkah-langkah sebagai berikut: (a) Adanya masalah yang akan dipecahkan, (b) Sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik, (c) Konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh peserta didik melalui kegiatan tersebut perlu dikemukakan dan ditulis secara jelas, (d) harus tersedia alat dan bahan yang diperlukan, (e) Sususnan kelas diatur sedemian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar, (f) Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan data, (g) Guru harus memberikan jawaban dengan tepat dengan data serta informasi yang diperlukan peserta didik.

14. Metode Inquiry

Metode inquiry adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif (Mulyasa , 2003:234).

Kendatipun metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadang kala guru perlu memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik. Guru berkewajiban memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi.

Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu inquiry menuntut peserta didik berfikir. Metode ini melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut peserta didik memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian , melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif, analitis , dan kritis.

Langkah-langkah dalam proses inquiry adalah menyadarkan keingintahuan terhadap sesuatu, mempradugakan suatu jawaban, serta menarik kesimpulan dan membuat keputusan yang valid untuk menjawab permasalahan yang didukung oleh bukti-bukti. Berikutnya adalah menggunakan kesimpulan untuk menganalisis data yang baru (Mulyasa, 2005:235).

Strategi pelaksanaan inquiry adalah: (1) Guru memberikan penjelasan, instruksi atau pertanyaan terhadap materi yang akan diajarkan. (2) Memberikan tugas kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan, yang jawabannya bisa didapatkan pada proses pembelajaran yang dialami siswa. (3) Guru memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang mungkin membingungkan peserta didik. (4) Resitasi untuk menanamkan fakta-fakta yang telah dipelajari sebelumnya. (5) Siswa merangkum dalam bentuk rumusan sebagai kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan (Mulyasa, 2005:236).

Metode inquiry menurut Roestiyah (2001:75) merupakan suatu teknik atau cara yang dipergunakan guru untuk mengajar di depan kelas, dimana guru membagi tugas meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan, kemudian mereka mempelajari, meneliti, atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka di dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik. Akhirnya hasil laporan dilaporkan ke sidang pleno, dan terjadilah diskusi secara luas. Dari sidang pleno kesimpulan akan dirumuskan sebagai kelanjutan hasil kerja kelompok. Dan kesimpulan yang terakhir bila masih ada tindak lanjut yang harus dilaksanakan, hal itu perlu diperhatikan.

Guru menggunakan teknik bila mempunyai tujuan agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam kelompoknya. Diharapkan siswa juga mampu mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya. Juga mereka diharapkan dapat berdebat, menyanggah dan mempertahankan pendapatnya. Inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, seperti merumuskan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, menarik kesimpulan. Pada metode inquiry dapat ditumbuhkan sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya. Akhirnya dapat mencapai kesimpulan yang disetujui bersama. Bila siswa melakukan semua kegiatan di atas berarti siswa sedang melakukan inquiry.

Teknik inquiry ini memiliki keunggulan yaitu : (a) Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar ide-ide dengan lebih baik. (b) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru. (c) mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, obyektif, dan terbuka. (d) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri. (e) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik. (f) Situasi pembelajaran lebih menggairahkan. (g) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. (h) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri. (i) Menghindarkan diri dari cara belajar tradisional. (j) Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

Metode inquiry menurut Suryosubroto (2002:192) adalah perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Artinya proses inqury mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan problema, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, menarik kesimpulan, dan sebagainya.
Kesimpulannya, tidak ada satupun metode pengajaran dan penyampain materi ke anak didik yang sempurna. Buktinya, tiap-tiap metode memiliki celah dan kelemahan di sana-sini. Jadi, semuanya tergantung tenaga pendidik dalam mengoptimalisasikan kelebihan yang tersedia serta meminimalisir berbagai kelemahan yang ada pada tiap-tiap metode. Saya yakin, dengan adanya keserasian antara metode yang diterapkan dengan kemampuan yang dimiliki oleh tenaga pendidik jauh lebih ampuh dalam mencapai hasil optimal dalam proses belajar mengajar ketimbang sibuk menerapakan tradisi pengajaran lama yang kurang berbobot dan terkadang begitu monoton!!

Model Pembelajaran yang Menyenangkan
Banyak model yang dapat diterapkan dalam mempelajari fisika, diantaranya dengan praktek, media TI, fenomena alam, gambar/charta dan lain-lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi siswa
Apa yang menyebabkan sulitnya belajar fisika? Siapa yang kesulitan? Kapan menghadapai kesulitan itu? Dimana letak kesulitan? Bagaimana mengatasi kesulitan tersebut?
Pada tahun ini pelajaran fisika akan masuk kedalam mata ujian yang di UN-kan oleh depdiknas. Mata pelajaran yang paling tidak disukai oleh sebagian besar siswa ini harus menghadapi tantangan besar untuk diketahui tingkat pencapaian yang dimiliki oleh siswa. Dari hasil wawancara dengan berbagai siswa di setiap tingkat sekolah, akan didapatkan bahwa kesulitan siswa terletak pada banyaknya rumus yang harus dihafal. Tetapi ada juga yang sulit dalam pemahaman materi dan soal, sehingga jika soal diubah dalam bentuk lain maka siswa tidak akan mampu mengerjakannya. Untuk itu guru harus menggunakan berbagai media yang ada sehingga siswa dapat memahami fisika dengan baik.
Oleh karena itu jauh-jauh hari sebelum siswa kita menghadapi perang, kita harus mempersiapkan pembelajaran yang baik untuk siswa di sekolah masing-masing. Ada pepatah dari seorang ahli jika saya ingin menggunakan pedang dalam perang maka 80 �aya mengasah pedang dan 20 �enggunakannya. Dari sini jelas bahwa kesiapan siswa dalam ujian dipengaruhi oleh persiapan yang matang sebelum kita melaksanakan ujian nasional, khususnya persiapan dalam pembelajarannya.
Cara yang dikembangkan oleh pendidik yang dalam hal ini adalah guru mungkin dapat digunakan dalam pembelajaran fisika yang baik dan menarik minat siswa adalah sebagai berikut.
1. Dengan menghubungkan fenomena alam
Cara ini dikembangkan dengan cara menghubungkan materi pelajaran dengan peristiwa yang terjadi sehari-hari. Sebagai contoh dalam menerangkan energi gelombang kepada siswa kita dapat menjelaskan bahwa bangunan yang terkena tsunami dapat roboh. Dalam menerangkan perpindahan kalor dapat dijelaskan dengan air yang tetap panas jika dimasukkan dalam termos. Dalam menerangkan angin darat dan angin laut dengan melihat kapan nelayan mulai melaut dan kapan kembali ke pantai.
Contoh-contoh diatas adalah sebagian kecil dari fenomena alam yang ada di sekitar lingkungan siswa yang berhubungan dengan materi fisika, dan masih banyak lagi fenomena alam lain. Karena fisika adalah ilmu yang berasal dari fenomena alam di sekitar kita, sehingga siswa dapat memikirkannya secara nyata dan tidak abstrak serta hanya tertuju pada rumusan saja. Jadi dapat memadukan antara fenomena dengan konsep fisika secara tepat.
2. Dengan menggunakan gambar
Cara dapat dikembangkan dengan cara mencari gambar yang ada di berbagai media dan lingkungan sekitar. Sebagai contoh dalam menerangkan gaya gesekan kita dapat mencari gambar macam-macam ban dari pirelli, michellin, bridgestone sampai swallow, GT radial, IRC dan lain-lain di internet, gambar yang didapatkan di internet atau berbagai media ditampilkan ke siswa, sehingga kita dapat menjelaskan kepada siswa tentang lukisan/guratan yang ada pada ban, teruma guratan yang ban racing dengan yang biasa. Atau menanyakan kepada siswa tentang perbedaan penggunaan ban di balapan F1 pada cuaca panas dengan hujan .
Selain itu dalam menjelaskan prinsip Bernoulli pada fluida bergerak, kita dapat mencari gambar macam-macam mobil di internet seperti ferrari. BMW, Mercedes sampai toyota, daihatsu, suzuki, honda dan lain-lain. Gambar ditampilkan kesiswa dan menjelaskan mobil mana yang larinya lebih cepat dan mobil mana yang harganya lebih mahal.
Cara ini dikembangkan oleh Bpk. Masno Ginting ketua HFI (Himpunan Fisika Indonesia) yang sengaja mengambil gambar yang ada di sekitar beliau dan ditampilkan kepada siswa, serta disertai pertanyaan-pertanyaan yang membuat siswa berfikir tentang gambar yang ditampilkan dan menggabungkannya dengan materi yang ada. Jadi dengan gambar tersebut diharapakan siswa mengetahui secara detail pemanfaatan teori fisika yang banyak diterapkan untuk kemajuan teknologi.
3. Dengan memakai software
Pada jaman sekarang ini fasilitas teknologi informasi semakin pesat sehingga penggunaan berbagai instrumen TI tersebut dapat diterapkan dalam pembelajaran fisika, software atau model pembelajaran yang dikembangkan dengan program animasi interaktif yang divisualkan kepada siswa maka siswa dapat memahami konsep yang dipelajari secara nyata.
Model pembelajaran yang dikembangkan dengan program flash dapat dicari dan di download dari berbagai situs di internet. Seperti e-dukasi.net, duniaguru.com, dan berbagai ikon untuk pdf. Di situs tersebut akan mempermudah guru dalam penyampaian materi pelajaran kepada siswa sehingga siswa dapat mengamati proses fisika secara faktual, karena selama ini siswa menganggap konsep fisika adalah khayal, dan ini yang membuat siswa sangat sulit menerima materi.
Penggunaan software yang juga menggunakan program flash adalah software pesona fisika. Software ini telah digunakan oleh banyak sekolah baik di luar maupun dalam negeri sendiri. Program ini juga menampilkan materi fisika yang ada untuk dihubungkan dengan animasi yang visual, audiovisual dan psikomotor. Terlibatnya AVP dalam pembelajaran akan membuat siswa tidak jenuh, malas, dan hal negatif lain. Sifat negatif ini akan berubah menjadi hal ang positif sehingga minat siswa untuk belajar semakin meningkat.
Tetapi walaupun penggunaan sofware ini bisa berjalan sendiri peran guru sebagai motivator dan stabilisator di kelas harus dijalankan dengan baik. Yaitu dengan cara memberikan penjelasan materi atau pokok bahasan yang tidak dapat diterima secara langsung oleh siswa.
4. Dengan percobaan
Model pembelajaran dengan percobaan dapat dikembangkan dengan alat-alat yang tersedia di laboratorium sekolah. Sekolah yang besar akan mempunyai fasilitas laboratorium yang lengkap sedangkan sekolah yang kecil maka fasilitas alat lab akan sedikit. Jadi cara ini akan sukses di sekolah besar dan akan menjadi basi jika di sekolah kecil.
Kalau kita terpaku pada alat lab yang sebenarnya maka pembelajaran yang berbasis praktek tidak pernah akan terlaksana. Kita dapat menyusun dan merancang alat-alat praktikum sendiri. Dengan cara mencari benda benda di sekitar kita yang masih berhubungan dengan materi fisika secara luas. Kemudian alat yang dibuat ditampilkan kepada siswa dan dianalisi proses fisika apa yang terjadi.
Seperti yang dikembangkan oleh Bpk. Chandra dari SMA N 10 Malang, yang berhasil membuat alat-alat peraga fisika dari bahan-bahan bekas yang didapat dari penjual barang bekas dan dirangkai menjadi suatu alat peraga fisika sederhana yang tentunya materi fisika terutama konsep fisika masuk dalam alat peraga tersebut.
Tentunya model pembelajaran diatas hanya sebagian kecil dari cara belajar yang mebuat siswa untuk menyenangi pembelajaran fisika . Selain itu kalau kita tidak mencoba model tersebut maka kita akan merasa kalah dengan siswa yang semakin hari membutuhkan refresing materi sehingga mampu menangkap apa yang disampaikan oleh semua guru mata pelajaran.

http://nilaieka.blogspot.com/2009/04/macam-macam-metode-pembelajaran.html

Ditulis dalam Uncategorized | Leave a Comment »

TKJI

Desember 16, 2009

ES KESEGARAN JASMANI INDONESIA


Dalam lokakarya kesegaran jasmani yang dilaksanakan pada tahun 1984 Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) telah disepakati dan ditetapkan menjadi instrumen / alat tes yang berlaku di seluruh wilayah Indonesia karena TKJI disusun dan disesuaikan dengan kondisi anak Indonesia. TKJI dibagi dalam 4 kelompok usia, yaitu : 6-9 tahun, 10-12 tahun, 13-15 tahun, dan 16-19 tahun. Akan tetapi pada handout ini akan dibahas TKJI pada kelompok usia 13-15 tahun dan 16-19 tahun.

Sebelum terjun ke sekolah-sekolah untuk melaksanakan tugas matakuliah Tes dan Pengukuran Penjas dengan melakukan tes kesegaran jasmani pada siswa-siswi, maka diharapkan mahasiswa dapat memahami dengan baik peraturan dan tata cara pelaksanaan TKJI sehingga diharapkan hasil tes yang diperoleh adalah benar dan dapat dipercaya.

Tulisan berikut adalah tulisan adaptasi dari buku Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk kelompok usia 13-15 tahun dan 16-19 tahun yang diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk memahami peraturan dan tata cara TKJI dengan baik dan benar. Semoga bermanfaat.

A. Rangkaian Tes

Tes kesegaran jasmani Indonesia terdiri dari :

1. Untuk putra terdiri dari :

a. lari 50 meter (13-15 tahun) / lari 60 meter (16-19 tahun)

b. gantung angkat tubuh (pull up) selama 60 detik

c. baring duduk (sit up) selama 60 detik

d. loncat tegak (vertical jump)

e. lari 1000 meter (usia 13-15 tahun) / lari 1200 (usia 16-19 tahun)

2. Untuk putri terdiri dari :

a. lari 50 meter (13-15 tahun) / lari 60 meter (16-19 tahun)

b. gantung siku tekuk ( tahan pull up) selama 60 detik

c. baring duduk (sit up) selama 60 detik

d. loncat tegak (vertical jump)

e. lari 800 meter (usia 13-15 tahun) / lari 1000 (usia 16-19 tahun)

B. Kegunaan Tes

Tes kesegaran jasmani Indonesia digunakan untuk mengukur dan menentukan tingkat kesegaran jasmani remaja (sesuai kelompok usia masing-masing).

C. Alat dan Fasilitas

1. Lintasan lari / lapangan yang datar dan tidak licin

2. Stopwatch

3. Bendera start

4. Tiang pancang

5. Nomor dada

6. Palang tunggal untuk gantung siku

7. Papan berskala untuk papan loncat

8. Serbuk kapur

9. Penghapus

10. Formulir tes

11. Peluit

12. Alat tulis dll

D. Ketentuan Tes

TKJI merupakan satu rangkaian tes, oleh karena itu semua butir tes harus dilaksanakan secara berurutan, terus- menerus dan tidak terputus dengan memperhatikan kecepatan perpindahan butir tes ke butir tes berikutnya dalam 3 menit. Perlu dipahami bahwa butir tes dalam TKJI bersifat baku dan tidak boleh dibolak-balik , dengan urutan pelaksanaan tes sebagai berikut :

Pertama : Lari 50 meter (usia 13-15 tahun) / 60 meter (usia 16-19 tahun)

Kedua : gantung angkat tubuh untuk putra (pull up)

gantung siku tekuk untuk putri (tahan pull up)

Ketiga : Baring duduk (sit up)

Keempat : Loncat tegak (vertical jump)

Kelima : Lari 1000 meter (usia 13-15 tahun) / 1200 meter (usia 16-19 tahun)

Lari 800 meter (usia 13-15 tahun) / 1000 meter (usia 16-19 tahun)

E. Petunjuk Umum

1. Peserta

a. Dalam kondisi sehat dan siap untuk melaksanakan tes

b. Diharapkan sudah makan maksimal 2 jam sebelum tes

c. Memakai sepatu dan pakaian olahraga

d. Melakukan pemanasan (warming up)

e. Memahami tata cara pelaksanaan tes

f. Jika tidak dapat melaksanakan salah satu / lebih dari tes maka tidak mendapatkan nilai / gagal.

2. Petugas

a. Mengarahkan peserta untuk melakukan pemanasan (warming up)

b. Memberikan nomor dada yang jelas dan mudah dilihat petugas

c. Memberikan pengarahan kepada peserta tentang petunjuk pelaksanaaan tes dan mengijinkan mereka untuk mencoba gerakan-gerakan tersebut.

d. Memperhatikan kecepatan perpindahan pelaksanaan butir tes ke butir tes berikutnya dengan tempo sesingkat mungkin dan tidak menunda waktu

e. Tidak memberikan nilai pada peserta yang tidak dapat melakukan satu butir tes atau lebih

f. Mencatat hasil tes dapat menggunakan formulir tes perorangan atau per butir tes

F. Petunjuk Pelaksanaan Tes

1. Lari 50 / 60 Meter

a. Tujuan

Tes ini bertujuan untuk mengukur kecepatan

b. Alat dan Fasilitas

1) Lintasan lurus, rata, tidak licin, mempunyai lintasan lanjutan, berjarak 50 / 60 meter

2) Bendera start

3) Peluit

4) Tiang pancang

5) Stop watch

6) Serbuk kapur

7) Formulir TKJI

8) Alat tulis

c. Petugas Tes

1) Petugas pemberangkatan

2) Pengukur waktu merangkap pencatat hasil tes

d. Pelaksanaan

1) Sikap permulaaan

Peserta berdiri dibelakang garis start

2) Gerakan

a) pada aba-aba SIAP peserta mengambil sikap start berdiri, siap untuk lari

b) pada aba- aba YA peserta lari secepat mungkin menuju garis finish

3) Lari masih bisa diulang apabila peserta :

a) mencuri start

b) tidak melewati garis finish

c) terganggu oleh pelari lainnya

d) jatuh / terpeleset

4) Pengukuran waktu

Pengukuran waktu dilakukan dari saat bendera start diangkat sampai pelari melintasi garis

Finish

5) Pencatat hasil

1) hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh pelari untuk menempuh jarak 50 / 60 meter dalam satuan detik

2) waktu dicatat satu angka dibelakang koma

2. Tes Gantung Angkat Tubuh untuk Putra, Tes Gantung Siku Tekuk untuk Putri

a) Tujuan

Tes ini bertujuan untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot lengan dan bahu

b) Alat dan fasilitas

1) lantai rata dan bersih

2) palang tunggal yang dapat diatur ketinggiannya yang disesuaikan dengan ketinggian

peserta. Pipa pegangan terbuat dari besi ukuran ¾ inchi

3) stopwatch

4) serbuk kapur atau magnesium karbonat

5) alat tulis

c) Petugas tes

1) pengamat waktu

2) penghitung gerakan merangkap pencatat hasil

d) Pelaksanaan Tes Gantung Angkat Tubuh 60 detik (Untuk Putra)

1) Sikap permulaan

Peserta berdiri di bawah palang tunggal. Kedua tangan berpegangan pada palang

tunggai selebar bahu (gambar 3). Pegangan telapak tangan menghadap ke arah letak

kepala

2) Gerakan (Untuk Putra)

a) Mengangkat tubuh dengan membengkokkan kedua lengan, sehingga dagu menyentuh

atau berada di atas palang tunggal (lihat gambar 4) kemudian kembali ké sikap permulaan. Gerakan ini dihitung satu kali.

b) Selama melakukan gerakan, mulai dan kepala sampai ujung kaki tetáp merupakan satu garis lurus.

c) Gerakan ini dilakukan berulang-ulang, tanpa istirahat sebanyak mungkin selama 60 detik.

3) Angkatan dianggap gagal dan tidak dihitung apabila:

a) pada waktu mengangkat badan, peserta melakukan gerakan mengayun

b) pada waktu mengangkat badan, dagu tidak menyentuh palang tunggal

c) pada waktu kembali ke sikap permulaan kedua lengan tidak lurus

e) Pencatatan Hasil

1) yang dihitung adalah angkatan yang dilakukan dengan sempurna.

2) yang dicatat adaiah jumlah (frekuensi) angkatan yang dapat dilakukan dengan sikap

sempurna tanpa istirahat selama 60 detik.

3) Peserta yang tidak mampu melakukan Tes angkatan tubuh ini, walaupun teiah berusaha,

diberi nilai nol (0).

f) Pelaksanaan Tes Gantung Siku Tekuk ( Untuk Putri)

Palang tunggal dipasang dengan ketinggian sedikit di atas kepala peserta.

1) Sikap perrnulaan

Peserta berdiri di bawah palang tunggal, kedua tangan berpegangan pada palang tunggal

selebar bahu. Pegangan telapak tangan menghadap ke arah kepala (Lihat gambar)

2) Gerakan

Dengan bantuan tolakan kedua kaki, peserta melompat ke atas sampai dengan mencapai

sikap bergantung siku tekuk, dagu berada di atas palang tunggal (Iihat gambar)

Sikap tersebut dipertahankan selama mungkin (dalam hitungan detik)

g) Pencatatan Hasil

Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh peserta untuk mempertahankan sikap tersebut diatas, dalam satuan detik. Peserta yang tidak dapat melakukan sikap diatas maka dinyatakan gagal dan diberikan nilai nol (0).

3. Tes Baring Duduk (Sit Up) Selama 60 detik

a. Tujuan

Mengukur kekuatan dan ketahanan otot perut.

b. Alat dan fasilitas

1) lantai / lapangan yang rata dan bersih

2) stopwatch

3) alat tulis

4) alas / tikar / matras dll

c. Petugas tes

1) pengamat waktu

2) penghitung gerakan merangkap pencatat hasil

d. Pelaksanaan

1) sikap permulaan

a) berbaring telentang di lantai, kedua lutut ditekuk dengan sudut 90˚ dengan kedua jari-

jarinya diletakkan di belakang kepala.

b) Peserta lain menekan / memegang kedua pergelangan kaki agar kaki tidak terangkat.

2) Gerakan

a) Gerakan aba-aba YA peserta bergerak mengambil sikap duduk sampai kedua sikunya

menyentuh paha, kemudian kembali ke sikap awal.

b) Lakukan gerakan ini berulang-ulang tanpa henti selama 60 detik

e. Pencatatan Hasil

1) Gerakan tes tidak dihitung apabila :

pegangan tangan terlepas sehingga kedua tangan tidak terjalin lagi

kedua siku tidak sampai menyentuh paha

menggunakan sikunya untuk membantu menolak tubuh

2) Hasil yang dihitung dan dicatat adalah gerakan tes yang dapat dilakukan dengan

sempurna selama 60 detik

3) Peserta yang tidak mampu melakukan tes ini diberi nilai nol (0)

4. Tes Loncat Tegak (Vertical Jump)

a. Tujuan

Tes ini bertujuan untuk mengukur daya ledak / tenaga eksplosif

b. Alat dan Fasilitas

1) Papan berskala centimeter, warna gelap, ukuran 30 x 150 cm, dipasang pada dinding yang

rata atau tiang. Jarak antara lantai dengan angka nol (0) pada papan tes adalah 150 cm.

2) Serbuk kapur

3) Alat penghapus papan tulis

4) Alat tulis

c. Petugas Tes

Pengamat dan pencatat hasil

d. Pelaksanaan Tes

1) Sikap permulaan

a) Terlebih dulu ujung jari peserta diolesi dengan serbuk kapur / magnesium karbonat

b) Peserta berdiri tegak dekat dinding, kaki rapat, papan skala berada pada sisi kanan / kiri

badan peserta. Angkat tangan yang dekat dinding lurus ke atas, telapak tangan

ditempelkan pada papan skala hingga meninggalkan bekas jari.

2) Gerakan

a) Peserta mengambil awalan dengan sikap menekukkan lutut dan kedua lengan diayun ke

belakang

Kemudian peserta meloncat setinggi mungkin sambil menepuk papan dengan tangan

yang terdekat sehingga menimbulkan bekas

b) Lakukan tes ini sebanyak tiga (3) kali tanpa istirahat atau boleh diselingi peserta lain

e. Pencatatan Hasil

1) Selisih raihan loncatan dikurangi raihan tegak

2) Ketiga selisih hasil tes dicatat

3) Masukkan hasil selisih yang paling besar

5. Tes Lari 1000 meter (13-15 Tahun) / 1200 meter (16-19 Tahun) Untuk Putra dan Tes

Lari 800 meter (13-15 Tahun) / 1000 meter (16-19 Tahun) Untuk Putri

a. Tujuan

Tes ini bertujuan untuk mengukur daya tahan jantung paru, peredaran darah dan pernafasan

b. Alat dan Fasilitas

1) Lintasan lari

2) Stopwatch

3) Bendera start

4) Peluit

5) Tiang pancang

6) Alat tulis

c. Petugas Tes

1) Petugas pemberangkatan

2) Pengukur waktu

3) Pencatat hasil

4) Pengawas dan pembantu umum

d. Pelaksanaan Tes

1) Sikap permulaan

Peserta berdiri di belakang garis start

2) Gerakan

a) Pada aba-aba SIAP peserta mengambil sikap berdiri, siap untuk lari

b) Pada aba-aba YA peserta lari semaksimal mungkin menuju garis finish

e. Pencatatan Hasil

1) Pengambilan waktu dilakukan mulai saat bendera start diangkat sampai peserta tepat

Melintasi garis finish

2) Hasil dicatat dalam satuan menit dan detik.

Contoh : 3 menit 12 detik maka ditulis 3 12

G. Tabel Nilai TKJI

Tabel Nilai TKJI

(Untuk Putra Usia 13 -15 Tahun)

NilaiLari

50 meter

Gantung angkat tubuhBaring dudukLoncat tegakLari

1000 meter

Nilai5S.d 6,716 Keatas38 Keatas66 Keatass.d 304546.8 7,611 1528 3753 65305 353437,7 8,76 1019 2742 52354 446328,8 10,32 58 1831 41447 6042110,4- dst0 10 70 30605 dst1

Tabel Nilai TKJI

(Untuk Putra Usia 16-19 Tahun)

NilaiLari

60 meter

Gantung angkat tubuhBaring dudukLoncat tegakLari

1200 meter

Nilai5S.d 7,219 Keatas41 Keatas73 Keatass.d 314547.3 8,314 1830 4060 72315 425438,4 9,69 1321 2950 59426 512329,7 11,05 810 2039 49513 6332111,1 dst0 40 938 dst634 dst1

Tabel Nilai TKJI

(Untuk Putri Usia 13 -15 Tahun)

NilaiLari

50 meter

Gantung Siku TekukBaring dudukLoncat tegakLari

800 meter

Nilai5S.d 7.741 Keatas28 Keatas50 Keatass.d 306547.8 8,722 4019 2739 49307 355438,8 9,910 219 1830 38356 4583210,0 11,93 93 821 29459 6402112,0- dst0 20 20 20641 dst1

Tabel Nilai TKJI

(Untuk Putri Usia 16-19 Tahun)

NilaiLari

60 meter

Gantung Siku TekukBaring dudukLoncat tegakLari

1000 meter

Nilai5S.d 8,441 keatas28 Keatas50 KeatasS.d 352548,5 9,822 4020 2839 49353 456439,9 11.410 2110 1931 38457 5583211,5 13,43 93 923 30559 7232113,5 dst0 20 222 dst724 dst1

H. Norma TKJI

Hasil setiap butir tes yang telah dicapai oleh peserta dapat disebut sebagai hasil kasar. Mengapa disebut hasil kasar ? Hal ini disebabkan satuan ukuran yang digunakan untuk masing-masing butir tes berbeda, yang meliputi satuan waktu, ulangan gerak, dan ukuran tinggi.

Untuk mendapatkan hasil akhir, maka perlu diganti dalam satuan yang sama yaitu NILAI. Setelah hasil kasar setiap tes diubah menjadi satuan nilai, maka dilanjutkan dengan menjumlahkan nilai-nilai dari kelima butir TKJI. Hasil penjumlahan tersebut digunakan untuk dasar penentuan klasifikasi kesegaran jasmani remaja.

NORMA TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA

(Untuk Putera dan puteri)

NoJumlah nilaiKlasifikasi Kesegaran Jasmani1.22 25Baik sekali ( BS )2.18 21Baik ( B )3.14 17Sedang ( S )4.10 13Kurang ( K )5.5 9Kurang sekali ( KS )

I. Formulir TKJI

FORMULIR TKJI

Nama :.

Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan *

No Dada :

Usia :Tahun

Nama Sekolah :

NoJenis TesHasilNilaiKeterangan1

2

3

4

5

Lari 50 / 60 meter *

Gantung :

a) Siku tekuk

b) Angkat Tubuh

Baring Duduk 60 detik

Loncat Tegak

Tinggi raihan : .cm

Loncatan I : .cm

Loncatan II : cm

Loncatan III : cm

Lari 800/ 1000 / 1200 meter *

.detik

.detik

.kali

kali

..cm

.menit

.detik

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

6Jumlah Nilai ( tes 1 + tes 2 + tes 3 + tes 4 + tes 5 )7Klasifikasi Tingkat Kesegaran Jasmani

Ditulis dalam Uncategorized | Leave a Comment »

atletik

Desember 16, 2009
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian Atletik
Untuk lebih mempermudah kita menelaah bahan ajar ini akan lebih baik kita tahu apa pengertian atletik itu sendiri. Atletik adalah aktivitas jasmani atau latihan jasmani yang berisikan gerak alamiah atau wajar seperti jalan, lari, lompat, dan lempar. Atletik dilakukan di semua negara, karena nilai nilai edukatif yang terdapat didalamnya juga memegang peranan penting dalam pengembangan kondisi fisik, sehingga dapat menjadi dasar pokok untuk pengembangan atau peningkatan prestasi yang optimal bagi cabang olahraga lain dan bahkan diperhitungkan sebagai ukuran kemajuan suatu negara, khususnya dalarn prestasi olahraga (Ballesteros, 1979).

Di semua negara, termasuk Indonesia, atletik dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah sekolah, mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menegah Atas. Oleh karena itu, atletik diperkenalkan dan dikembangkan melalui melalui kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani, maka maju mundurnya prestasi atletik sangat bergantung pada sejauh mana kualitas guru pendidikan jasmani menyampaikan materi pembelajaran atletik. Pada pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, materi atletik disajikan tidak hanya berkaitan dengan atletik sebagai cabang olahraga yang dipertandingkan atau dilombakan di Pekan Olahraga Nasional (PON), South East Asia Games (SEA Games), Asian Games, Olympic Games, atau kejuaraan lainnya.

Fenomena di atas harus benar benar diterapkan selama berlangsungnya kegiatan pernbelajaran atletik, sehingga jangan sampai terjadi pembelajaran atletik selalu dilaksanakan di dalam stadion yang memiliki fasilitas atletik. Dengan demikian, guru pendidikan jasmani perlu melakukan kreasi dan inovasi dalam pembelajaran atletik di sekolah masing masing. Dengan kegiatan pembelajaran atletik yang menarik niscaya murid akan berminat dan bergairah dalam mengikuti kegiatan pembelajaran atletik.

Gerakan jalan, lari rintangan dan lari sambung dalam materi pembelajaran atletik di sekolah lanjutan akan menjadi kegiatan pembelajaran yang menjenuhkan dan kurang menarik, jika disajikan selalu dalam bentuk tradisional. Pengalaman sehari hari di lapangan menunjukkan kesulitan guru dalam menyajikan kegiatan pembelajaran gerakan jalan, lari rintangan dan lari sambung yang kurang membangkitkan antusias murid mengikuti kegiatan pembelajaran.
Untuk itu dalam makalah ini akan dibahas masalah:
1. Bagaimanakah menyajikan materi pembelajaran jalan cepat di Sekolah
2. Bagaimanakah menyajikan materi pembelajaran lari rintangan di Sekolah
3 .Bagaimanakah menyajikan materi pembelajaran lempar lembing di Sekolah

B. Fungsi Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani memiliki fungsi untuk:
1. Memenuhi kebutuhan individu untuk bergerak
2 .Merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani yang ideal (tinggi dan berat badan yang seimbang)
3. Meningkatkan kebugaran jasmani dan membiasakan pola hidup yang sehat.
4. Meningkatkan keterampilan gerak dasar
5. Meningkatkan keterampilan dasar olahraga
6. Meningkatkan gairah belajar, menghindari kejenuhan, dan stres dalam belajar
7. Terbentuknya sikap dan perilaku: disiplin, jujur, kerjasama, tanggung jawab dan sportif serta mengikuti aturan/ketentuan yang berlaku.

BAB II
NOMOR JALAN, LARI DAN LEMPAR
A. Penelaahan konsep Jalan, Lari dan Lempar
1. Nomor Jalan
Jalan adalah gerak maju langkah kaki yang dilakukan sedemikian rupa sehingga hubungan dengan tanah (oleh kaki) tetap dijaga.

Gerakan jalan meliputi segala macam variasi dan kombinasi jalan, seperti:
a. Jalan biasa
b. Jalan menyamping
c. Jalan langkah silang
d. Jalan cepat
e. Jalan menirukan jalan binatang, seperti: jalan kucing, jalan bebek dan lain-lain.
Gerakan Jalan dilakukan dengan:
a. ke depan, ke samping
b. pada lintasan lurus dan pada jalur lintasan belok-belok
c. cepat dan atau lambat
d. disertai suatu riuh, irama dan tanpa suara
e. mendaki/naik dan atau menurun
f. permainan kaki yang terkoordinasikan
g. langkah pendek dan terus menerus
h. dilakukan sendiri, berpasangan atau dalam kelompok/grup bersama atlet lain atau melewati atlet lain
i. di atas lapangan rumput atau pada lintasan lari sintetis

Khusus untuk materi pembelajaran jalan cepat meliputi:
a. jalan jingkat
b. jalan pakai tumit
c. jalan cepat

2. Nomor Lari
Lari adalah gerak maju langkah kaki ke depan yang dilakukan sedemikian rupa dimana kedua kaki ada saat melayang di udara. Gerakan lari yang benar dan efektif adalah melibatkan koordinasi gerakan seluruh tubuh, sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.

3. Nomor Lempar
Lempar adalah gerakan melepaskan benda dari genggaman tangan menjauh dari tubuh dengan proses ayunan lengan. Salah satu cara yang terbaik untuk mengajarkan teknik nomor lempar yang rumit sambil tetap mempertahankan tingkat keamanan yang tinggi adalah melalui alat pengganti yang mudah dan aman digunakan. Dari semua nomor lomba, lempar lembing merupakan gerakan yang paling mirip dengan gerakan melempar pada umumnya. Dengan menggunakan bola sebagai pengganti lembing, anda dapat dengan mudah mengajarkan teknik yang dibutuhkan sebagai aktivitas seluruh kelas. Karena dasar gerakan melempar yang tidak begitu rumit daripada nomor lempar lainnya, lempar lembing (dengan menggunakan bola) merupakan salah satu nomor lempar yang pertama kali diperkenalkan.
Disamping keamanan yang meningkat, alat pengganti ini membantu menyederhanakan teknik dan memungkinkan pemula untuk berkonsentrasi pada elemen teknik saja.

B. Perencanaan pelaksanaan pembelajaran
Pada fase kegiatan ini sebelum guru mengajarkan materi pembelajaran, terlebih dahulu guru membuat dan menyusun suatu rancangan atau format pengajaran yang terprogram sehingga proses pembelajaran di kelas dalam memberikan materi terlaksana sesuai yang diharapkan dan juga hasilnya dalam pencapaian tujuan semaksimal mungkin.
Rancangan pembelajaran ini disebut juga Rencana Program Pengajaran (RPP), yang tentunya mengacu pada Kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang disesuaikan dengan situasi, kondisi dan karakteristik siswa maupun sekolah.
C.Pengorganisasian Proses Pembelajaran Materi
1. Jalan dan Macam-macamnya
a. Jalan jingkat
Murid membentuk formasi lingkaran, kedua tangan di pinggang dan angkat kedua tumit kaki, kemudian jalan berkeliling searah jarum jam atau berlawanan jarum jam sampai 20 hitungan atau 30 hitungan. Setelah itu balik kanan dan melakukan jalan jingkat lagi sebanyak 20 hitungan atau 30 hitungan. Tahap berikutnya anak membentuk formasi empat atau lima bersap sambil bergandengan tangan atau berkaitan siku, lalu melakukan jalan jingkat bersama-sama sap per-sap ke depan sebanyak 10 langkah atau lebih sesuai dengan luas lapangan. Selama murid melakukan jalan jingkat, guru dapat mengamati dan melakukan penilaian.

b. Jalan dengan tumit
Murid membentuk formasi lingkaran, kedua tangan di pinggang dan angkat kedua ujung kaki sehingga tumit kaki yang menapak di tanah, kemudian jalan berkeliling searah jarum jam atau berlawanan jarum jam sampai 20 hitungan atau 30 hitungan. Setelah itu balik kanan dan melakukan jalan dengan tumit lagi sebanyak 20 hitungan atau 30 hitungan. Tahap berikutnya anak membentuk formasi empat atau lima bersap sambil bergandengan tangan atau berkaitan siku, lalu melakukan jalan dengan tumit bersama-sama sap per-sap ke depan sebanyak 10 langkah atau lebih sesuai dengan luas lapangan. Selama murid melakukan jalan dengan tumit, guru dapat mengamati dan melakukan penilaian.

c. Jalan cepat
Murid membentuk formasi lingkaran, kemudian melakukan jalan cepat berkeliling searah jarum jam sampai 20 atau 30 hitungan. Setelah itu balik kanan dan melakukan jalan jingkat sebanyak 20 atau sampai 30 hitungan. Tahap berikutnya anak membentuk formasi empat atau lima bersap, lalu melakukan jalan cepat ke depan sap per-sap sebanyak 20 langkah atau disesuaikan dengan luas lapangan. Selama murid melakukan jalan cepat, guru mengamati dan memberikan penilaian.

d. Jalan cepat dengan permainan aba-aba beregu
Untuk melatih dan merasakan jalan cepat dengan reaksi Prosedur:
Anak disuruh membentuk lingkaran besar dengan jarak antar anak 1 meter kemudian berjalan searah jarum jam sambil bertepuk tangan dan bernyanyi. Pada saat-saat tertentu diberi aba-aba, misalnya jika diberi aba-aba 2 maka anak harus mencari pasangan, jika diberi aba-aba 3 maka anak harus membuat regu 3 orang, begitu seterusnya. Kegiatan tetap dilakukan dengan jalan/jalan cepat tidak berlari.
Apabila anak yang tidak mendapat pasangan regu, maka akan diberikan hukuman. Macam hukuman bisa disesuaikan. Tujuan hukuman supaya anak serius dan konsentrasi mengikuti kegiatan.

e. Jalan cepat dengan permainan hitam-hijau
1) untuk melatih dan merasakan jalan cepat dengan reaksi
2) untuk merasakan dan membedakan jalan cepat dengan lari

Prosedur
Anak dibagi ke dalam 2 kelompok dan dibariskan. Kedua kelompok tersebut masing-masing diberi nama Hitam dan yang satunya Hijau. Kemudian kedua kelompok itu disuruh saling membelakangi dengan jarak 1-2 meter.

Cara bermainya guru memberi aba-aba, bila disebut nama hijau maka regu hijau langsung jalan cepat (bukan lari) sampai pada jarak yang ditentukan, dan regu hitam langsung berbalik jalan cepat mengejar sampai bisa menyentuh/menangkapnya. Begitu sebaliknya bila yang disebutkan oleh aba-aba regu hitam, maka regu hijau yang mengejar.

Apabila peserta yang dikejar terkena sentuhan/tertangkap sebelum sampai pada jarak/tempat yang ditentukan, maka peserta yang tertangkap diberikan hukuman. Kemudian apabila yang mengejar tidak berhasil menyentuh/menangkap, maka peserta yang mengejar tersebut diberikan hukuman.

Hukuman bisa berupa lompat ditempat 20 kali atau dengan menggendong temannya tersebut. Tujuan hukuman tersebut perlu supaya peserta dalam mengikuti kegiatan tersebut bersungguh-sungguh dan konsentrasi.

2. Lari dan nomor-nomornya dengan pendekatan strategi model pembelajarannya
a. Lari rintangan
Lari rintangan dalam kegiatan pembelajaran atletik di sekolah menengah pertama dapat dilakukan dengan menggunakan angota, tubuh sebagai rintangan dan menggunakan alat bantu, seperti kursi, bangku swedia, peti lompat, meja, dan lain lain . Sebaiknya guru lebih dulu menggunakan rintangan anggota tubuh, supaya mengurangi rasa takut pada murid (terutama murid perempuan).

Murid duduk dengan tungkai dilunjurkan ke depan dalam formasi lingkaran menghadap searah jarum jam, dengan jarak antar murid dua rentang lengan, lengan kiri diluruskan ke samping setinggi bahu. Kemudian guru memberi aba aba supaya murid berlari melewati rintangan yang berupa lengan yang diluruskan ke samping mengelilingi semua temannya sampai kembali ke tempatnya semula. Kemudian dilanjutkan oleh teman yang berada di depannya untuk melakukan lari melewati rintangan, secara bergantian satu per satu. Setelah semuanya selesai melakukan lari melewati rintangan lengan kiri, maka dilanjutkan dengan lari melewati rintangan lengan kanan.

Selain formasi lingkaran, guru juga dapat menggunakan formasi duduk berbanjar dengan tungkai dilunjurkan ke depan, lengan kiri diluruskan ke samping setinggi bahu. Setelah itu murid yang berada paling belakang mulai berlari melewati lengan kiri yang direntangkan oleh teman teman yang berada di depannya sampai di barisan paling depan kemudian kembali lagi berlari melewati rintangan yang sama sampai di tempatnya semula. Setelah melakukan lari rintangan lengan kiri selesai, dilanjutkan dengan lari melewati rintangan lengan kanan, yang juga dilakukan secara bergiliran baris per baris sampai sernua murid melaksanakan.

Yang perlu diperhatlikan dengan seksama oleh guru adalah murid diminta melakukan gerakan lari melewati rintangan lengan kawannya ini dengan gerakan yang benar. Gerakan lari melewati rintangan dilakukan dengan cara mengangkat salah satu paha ke atas diikuti paha yang lainnya pada waktu akan melampaui rintangan lebar lalu mendarat dengan kedua kaki bagian depan. Teknik melewati rintangan lengan yang lainnya adalah dengan cara melipat tungkai sebatas lutut dan memutarkannya dari bagian luar hingga menjadi sejajar dengan lengan yang direntangkan, atau dalam bahasa yang mudah dipahami menjadi gerakan seperti anjing kencing. Jika menggunakan teknik yang kedua, maka perlu diperhatikan supaya murid melakukan gerakan melewati rintangan lengan ini dengan tungkai berada di samping jari jari tangan yang direntangkan.

b. Lari Sambung atau Lari Estafet

Lari sambung atau lari estafet adalah suatu bentuk lari dimana terdapat dua orang atau lebih yang saling mengoperkan secara bergantian kepada temannya sehingga terjadi gerakan lari yang bersambungan sambil membawa tongkat. Untuk pembelajaran lari sambung, guru hendaknya jangan terpaku pada keharusan untuk memakai tongkat sebagai benda yang akan dioperkan kepada temannya. Banyak benda yang dapat dijadikan sebagai pengganti tongkat estafet, seperti botol bekas minuman ukuran 500 ml, ranting pohon, daun daunan, dan lain lain.

Murid dibariskan dalam formasi lingkaran dengan menghadap berlawanan arah jarum jam, kalau kelas mempunyai jumlah murid yang banyak dapat di buat menjadi dua lingkaran, lingkaran yang satu lebih besar dari lingkaran yang lainnya. Kemudian murid disuruh berhitung dari satu sampai jumlah yang hadir, lalu dibagi paruh dua, sehingga di dalam lingkaran terdapat 2 (dua) kelompok. Setelah itu murid yang bernomer awal dari kedua kelompok tersebut, berlari mengelilingi lingkaran sampai ke tempatnya semula dan sebelum masuk kedalam lingkaran pelari tersebut menepukkan tapak tangan kirinya ke tapak tangan kanan teman yang berada di depannya. Murid yang tapak tangannya selesai ditepuk segera berlari mengelilingi lingkaran seperti temannya tadi hingga tiba kembali di tempatnya semula, demikian gerakan ini dilakukan secara bergantian sambung menyambung sampai semua mendapat kesempatan yang sama. Bagi murid yang akan ditepuk tangannya, sebelum ditepuk harus mengambil posisi sedikit keluar lingkaran agar setelah ditepuk dapat segera berlari, sedangkan teman yang menepuk menggunakan tangan kiri.

Tahap berikutnya adalah memberi dan menerima menggunakan benda yang dapat dipegang oleh murid, seperti patahan ranting pohon sepanjang 25 30 centmeter, botol air mineral bekas, bambu sepanjang sepanjang 25 30 centimeter, dan lain lain. Teknik yang dilakukan pada prinsipnya sama, hanya setelah menerima tongkat murid tersebut segera memindahkan benda vang berfungsi sebagai tongkat estafet ke tangan kirinya.

Setelah memberikan tongkat dengan tangan kiri dan menerima dengan tangan kanan, dilanjutkan dengan memberi dengan tangan kanan dan menerima, dengan tangan kiri dalam, formasi bersaf atau berbanjar. Tahapan yang dilakukan pada teknik ini adalah:
1. Menepuk teman yang di depannya dengan menggunakan tangan kanan di tempat, dilakukan melalui mengayunkan lengan dengan hitungan 1 sampai 7, pada hitungan ke delapan tangan kanan menepuk ke tangan kiri.
2. Memberi dan menerima menggunakan alat di tempat, dilakukan dengan mengayunkan lengan 1 sampai 7 dan pada hitungan ke delapan segera memberikan ke teman yang di depannya.
3. Memberi dan menerima menggunakan alat sambil berjalan sampai 7 langkah, pada langkah ke delapan segera memberikan alat yang dipegang tangan kanan ke tangan kiri teman yang di depannya.
4. Memberi dan menerima sambil berlari lari kecil dalam kelompok kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang,
5. Memberi dan menerima menggunakan alat sambil berlari lingkaran berkelompok 3 sampai 4 orang.

c. Lari sprint/gawang
1).Deskripsi singkat: lari estafet dari kombinasi lari sprint dan lari gawang
2)Nama disiplin: Kangas Escape

Prosedur
Dua jalur lari adalah perlu untuk tiap team/regu : satu jalur dengan gawang, yang satu jalur tanpa. Setengah/separo regu berada di sisi seberang; siswa No.1 memulai dari posisi start berdiri dan lari kencang (datar) 40 m. Pada akhir jalur 40 m, dia memberikan benda lunak (misal : gelang karet besar) kepada mitra seregu No.2 yang telah menantinya. No. 2 ini sambil tangan satunya masih memegang tongkat/tiang bendera akan menerima bendak lunak dimaksud. Dia juga memulai dari start berdiri tetapi berlari (ke arah sebaliknya) dengan menempuh jarak 40 m dengan melewati rintangan gawang. Setiap kali pemberina benda lunak dilakukan dengan cara yang sama seperti antara dua orang pelari yang pertama itu. Setelah menggunakan start berdiri, maka pelari No.3 akan berlari jarak 40 m yang datar (tanpa rintangan) dan memberikan benda lunak kepada pelari No. 4 yang harus berlari melewati beberapa buah rintangan gawang. Demikian dan seterusnya.

Lomba diteruskan dengan cara demikian sampai setiap siswa telah berlari menempuh kedua jarak jalur (40 m) yang datar maupun yang ada rintangan gawangnya satu kali (sehingga mitra seregu No. 9 adalah merupakan pelari terakhir yang melewati gawang). Benda lunak (sebagai tongkat estafet) dibawa pada tangan kanan dan diberikan kepada tangan kanan dari pelari penerima pada setiap kali pergantian tongkat dimaksud.

Untuk tiap jalur diperlukan alat-alat sebagai berikut :
1. 1 buah stop-watch
2. 1 helai blangko/kartu event
3. 4 buah gawang (tinggi 50 cm, dengan jarak 6m antar gawang)
4. 2 buah tiang bendera
5. 1 buah benda lunak atau tongkat estafet
d. Lari Sprint / Lari Belak-Belok (Slalom)
Deskripsi singkat: lari estafet kombinasi lari sprint dan lari belak-belok / slalom
Nama disiplin: Zig-Zag

Prosedur
Tiap team memerlukan dua buah jalur-lari (lihat 3.1): satu jalur-lari dengan tiang belak-belok, yang lain tanpa tiang. Separuh team/regu siap disisi seberang seperti pada 3.1. Siswa No.1 memulai start berdiri dan berlari kencang 40m. Pada akhir jalur No.1 ini memberikan tongkat estafet kepada No.2 teman seregu yang telah menunggu, yang akan menerimanya sambil berpegangan pada tiang bendera. Siswa ini juga memulai dengan start berdiri tetapi berlari menempuh jarak kembali dengan mengitari tiang belak-belok. Pergantian (pemberian & penerimaan) tongkat terjadi dengan cara yang sama seperti yang dilakukan antara dua orang pelari pertama. Setelah menggunakan start berdiri pelari berikutnya No.3 berlari kencang datar dan memberikan tongkat estafet kepada siswa No. 4 yang pada gilirannya harus berlari mengitari tiang-tiang belak-belok dst.

Lomba ini diteruskan dengan cara demikian sampai setiap siswa telah berlari menempuh jalur yang lurus-datar maupun yang jalur yang belak-belok (sehingga siswa No. 9 adalah pelari terakhir yang mengitari tiang slalom yang belak-belok). Tongkat estafet itu dibawa di tangan kiri dan diberikan tiap kali kepada tangan kiri pelari penerima.
diperlukan alat-alat sebagai berikut :
1. 1 buah stop-watch
2. 1 buah kartu / blangko event / perlombaan
3. tiang-tiang bendera untuk slalom
4. Beberapa buah gawang (jarak antara tiang slalom dengan gawang = 4 m)
5. 2 buah tiang bendera / marka
6. 1 buah tongkat estafet (gelang karet)
Lihat contoh gambar dan Formasi : 2

e. Sprint, Gawang dan Jalur Belak-Belok/Slalom
Deskripsi singkat: lari estafet sebagai kombinasi dari lari datar, lari gawang dan lari slalom
Nama disiplin: Formula Satu

Prosedur
Jalur lintasan itu kira-kira 80 m panjang dan dibagi menjadi satu tempat untuk lari sprint datar, untuk lari sprint dengan melewati gawang dan lari sprint mengitari tiang slalom (lihat gambar). Satu tongkat estafet diperlukan tiap siswa harus melakukan start dengan satu guling-depan (forward-roll) di atas matras-senam.
Formula satu ini adalah event beregu dimana tiap anggota regu harus menyelesaika jalur sepenuhnya (lihat figure di bawah). Sampai dengan 6 team/regu dapat berlomba pada waktu yang sama di atas satu jalur-lomba.

Memerlukan alat-alat sebagai berikut :
1. 9 buah gawang
2. 10 buah tiang slalom (dengan jarak 1 m antar tiap tiang)
3. 3 buah matras senam
4. Kurang lebih 30 buah kerucut/marker
5. 1 buah stopwatch
6. 1 helai formulir/kartu perlombaan event

f. Lari Enduro / Daya tahan
Deskripsi singkat: Berlari 8 menit menggunakan jalur lintasan kira- kira 150 m
Nama disiplin: Debur jantung

Prosedur
Tiap team/regu harus berlari keliling suatu jalur lintasan 150 m (lihat gambar bawah) dari titik start yang ditenntukan. Tiap anggota team mencoba berlari keliling jalur lintasan sesering mungkin dalam waktu 8 menit. Aba-aba start ditentukan untuk semua team bersama-sama dengan meniup pluit atau tanda yang lain).
Tiap anggota team menerima satu kartu/formulir setelh menyelesaikan setiap satu putaran di jalur lintasan. Setelah 7 menit lari, menit terakhir ini diumumkan/diberi tanda dengan suatu tiupan pluit atau dengan teriakan nyaring. Setelah waktu 8 menit penyelesaian lari diberikan tanda/signal akhir yang jelas.

Setelah menyelesaikan lomba semua siswa harus memberikan bola-bola yang terkumpulkan kepada Para Asisten yang menghitungnya untuk penilaian. Hanya putaran lari yang penuh yang dihitung; putaran lari yang tak selesai diabaikan.

Para Asisten / Juri
Demi pengaturan yang efisien dari event ini minimal diperlukan 2 orang Asisten per team. Mereka ini bertanggung jawab untuk menunjuk/menentukan garis start, juga hal-hal yang bertalian dengan pengumpulan dan menghitung bola-bola. Mereka juga mencatat nilai di atas kartu/formulir perlombaan.
Sebagai tambahan, diperlukan juga seorang starter yang bertanggung jawab untuk pencatatan waktu dan pemberian signal-signal lainnya (signal satu menit terakhir dan signal akhir).

Diperlukan peralatan sebagai berikut :
1. 2 marka atau tiang sudut
2. 20 buah bola-bola kecil (kartu berwarna, chips, kartu-bermain atau yang mirip)
3. 1 buah stopwatch
4. 1 buah/helai kartu /formulir lomba
Lihat contoh gambar dan Formasi: 3

g. Lari Tangga (Ladder Running)
Deskripsi singkat: lari naik dan turun pada suatu tangga
Nama disiplin: Kaki panas

Prosedur
Dua buah kerucut sebagai tanda pada titik start dan titik finish dari event ini ditempatka pada jarak 9.5 m terpisah. Sebuah tangga koordinasi di tempat di lantai dengan jarak yang sama antara kerucut-kerucut (2.5 m antara tangga dengan kerucut pada masing-masing ujung). Pada saat start siswa berdiri dengan posisi kangkang (start berdiri) dengan ujung jari kakinya ditempatkan pada garis start yaitu sama dengan kerucut pertama. Setelah aba-aba start siswa berlari menuju tangga, secepat mungkin melangkah/berlari melalui tangga (jarak antara baji-baji: 50 cm) dan menuju ke kerucut ke dua. Setelah menyentuh kerucut dengan tangannya, siswa ini dengan cepat membalik dan lari kembali melalui tangga menuju kerucut pertama. Bila menyentuh kerucut ini maka pencatat waktu memberhentikan jam/stopwatch-nya.

Bila seorang siswa meninggalkan suatu daerah dari tangga atau melompati di atasnya, maka jarak itu diperpanjang dengan 1 m oleh Asisten pada kerucut berikutnya yang layak (satu orang Asisten ditempatkan pada tiap kerucut) dengan jalan ini si siswa dikenakan hukuman dengan harus berlari suatu jarak yang lebih panjang apabila tugasnya tidak dijalankan dengan sempurna. Bila dibuat dua kesalahan, jarak itu diperpanjang dengan 2 m begitu seterusnya.

Diperlukan peralatan sebagai berikut :
1. 1 buah tangga untuk koordinasi (speed ladder)
2. 10 buah karet busa atau baji-baji papan pasta (lebar 50 cm max. 10 cm tinggi/dalam)
3. 2 buah kerucut sebagai tanda
4. 1 buah stopwatch
5. 1 helai kartu event
Lihat contoh gambar dan Formasi: 4

3.Nomor lempar dan strategi pendekatan model pembelajaran
Sebelum mengajarkan tekhnik nomor lempar yangsesungguhnya contohnya pemberian materi lempar lembing, akan lebih baik jika seorang guru bisa dengan kreatif memberikan tahapan-tahapan tekhnik dimulai dari yang sederhana terus mengarah ke arah tekhnik yang sebenarnya. Adapun bentuk-bentuk latihan dibawah ini bisa dicoba untuk membantu guru-guru mengajarkan materi atletik nomor laempar lembing da sekolah.
a.Melempar sasaran
1). Deskripsi : Melempar sasaran dengan satu tangan
2). Nama disiplin : Melempar Bom
Prosedur
Lempar sasaran ini dilakukan dari suatu tempat dengan awalan 5m. Sebuah rintangan tinggi dipasang pada ketinggian 2,5 4m, dengan daerah sasaran ditentukan di lantai 2,5 4m dibalik rintangan.
Benda yang ditandai dilemparkan ke sasaran dengan melewati rintangan seperti peserta melempar dari suatu jarak yang dipilih dari rintangan. Masing-masing peserta/siswa memperoleh tiga kali kesempatan mencoba (giliran lomba). Pada tiap kesempatan, seorang peserta/siswa dapat memilih melempar dari salah satu dari empat garis jarak yang tersedia: 6m, 7m, 8m, atau 10m jauhnya dari rintangan yang tinggi. Lebih banyak nilai-nilai pitensial yang dipertaruhkan sejak jarak dari rintangan itu meningkat.

Penilaian
Mengenai daerah sasaran atau sekurangnya pinggiran dari sasaran itu, ini dinilai sebagai suatu percobaan yang berhasil. Nilai-nilai dicatat bagi setiap perkenaan (lemparan dari 6m = 2 poin, 7m = 3 poin, 8m = 4 poin, 10m =5 poin). Bila benda/alat itu dilemparkan kepada rintangan tetapi tidak mengenai bidang sasaran, ini dinilai 1 poin. Tiap peserta/siswa memiliki 3 kali kesempatan melempar, kemudian jumlah score-nya menyumbang total nilai team.

Asisten
Diperlukan 1 orang asisten tiap team untuk mengorganisir kegiatan ini dan punya tugas sebagai berikut:
1).Mengontrol dan mengatur prosedur event atau kegiatan (jarak lempar dan perkenaan)
2)Untuk mencatat dan menilai score diatas kartu event atau kegiatan.

Peralatan
1). 1 buah daerah sasaran (matras lompat tinggi atau alat-alat sejenis dan ukurannya)
2). 1 buah rimtangan tinggi kira-kira 2,5 4m (gawang sepak bola atau tiang lompat tinggi/galah dengan mistar, dll)
3). Peralatan lempar (bola berekor, lembing lunak, bola vortex, dll)
4). 1 buah kartu event/kegiatan per-team.

Lihat contoh gambar dan formasinya: 5

b. Lempar lembing mini
1) Deskripsi : Lemparan satu lengan untuk mencapai jarak dengan suatu lembing mini/modifikasi
2) Nama disiplin : Lempar Turbo
Prosedur
Lempar lembing mini ini dilakukan dari suatu daerah 5m dari awalan. Setelah melakukan lari awalan singkat, si peserta/siswa melempar lembing ke daerah lemparan dengan menggunakan lembing lunak atau lembing turbo atau lembing mini hasil modifikasi yang disesuaikan. Masing-masing peserta/siswa mendapat 2 kali giliran kesempatan lempar.

Penilaian
Setiap lemparan diukur dengan sudut siku-siku terhadap garis salah dan dicatat dalam interval 25cm (mengambil angka yang lebih tinggi dimana tempat pendaratan lembing di antara garis-garis). Lemparan yang lebih baik dari dua kali kesempatan percobaan dari tiap anggota team akan menyumbangkan score team.

Asisten
Event/kegiatan ini memerlukan 2 orang asisten per-team dan bertugas sebagai berikut:
1) Mengontrol dan mengatur prosedur
2) Untuk menilai jarak lemparan dimana lembing mendarat
3) Untuk membawa lembing ke garis salah
4) Untuk menilai dan mencatat score pada kartu event/kegiatan

Peralatan
Untuk event/kegiatan ini diperlukan alat sebagai berikut:
1) 2 buah lembing mini (lembing mini dan lembing turbo)
2) Pita alat pengukur yang telag dikalibrasikan, pita ukur baja
3) 1 lembar kartu event/kegiatan per-team
Catatan: Sejak keamanan atau faktor keamanan adalah kritis dan harus diperhatikan dalam event/kegiatan ini maka hanya asisten yang diizinkan ada di daerah pendaratan lempar lembing. Adalah dilarang keras melempar lembing kembali dalam arah dari garis salah.

D. Aspek Pedagogis Dan Internalisasi Dari Hasil Pembelajaran
Hasil adalah hal yang ingin dicapai dalam tujuan, begitu juga dalam hal pembelajaran disekolah. Namun demikian hasil yang didapat terkadang jauh dari harapan. Untuk itu perlu disusun sebuah program pembelajaran yang terencana secara sistematik, efektif dan efesien. Jika semuanya telah kita persiapkan dengan matang, maka hasil yang maksimal akan kita dapatkan.

Dalam prakteknya si sekolah seorang guru pendidikan jasmani harus mempunyai kompetensi yang baik dan menguasai banyak cabang olahraga.
Kemudian disamping itu pula seorang guru pendidikan jasmani harus mempunyai profil diantaranya:
1. Memiliki 4 kompetensi dasar sebagai pendidik
2. Dekat dengan anak/siswa sehingga selalu mengenal kondisi anak
3. Mempunyai pola hidup aktif
4. Mampu mendorong atau memotivasi anak untuk aktif bergerak.

Proses pembelajaran di sekolah terutama pembelajaran pendidikan jasmani diharapkan dapat pula menjadi ajang pengembangan kreativitas anak/siswa di dalam kehidupan sehari-hari, karena bukan hasil dari perkembangan motorik atau gerak saja.
Dampak dari pembelajaran terutama pembelajaran pendidikan jasmani melalui aktifitas gerak dan permainan akan mengarah pada tujuan pembelajaran pada umumnya. Seperti halnya dalam pembelajaran atletik materi jalan, lari dan lempar ini akan tercapai:
1.Dampak langsung atau tujuan utama (main effect) adalah dampak hasil dari pembelajaran yang terlihat dari siswa/murid melalui proses pembimbingan langsung oleh guru yang berupa skil/kemampuan perkembangan gerak/motorik, yang termasuk pula pada aspek psikomotor.
2.Dampak pengiring atau tujuan penyerta dampak hasil dari pembelajaran pendidikan jasmani melalui aktifitas gerak dan permainan tanpa bimbingan langsung dari guru yang termasuk juga ke dalam aspek kognitif dan afektif, ini terlihat dari siswa diantaranya berupa:
3.Sikap disiplin
4.Tanggung jawab
5.Kerjasama antara teman
6.Menghargai sesama terutama akan kemampuan teman atau sikap apresiasi yang tinggi
7.Kemampuan menganalisa sesuatu
8.Rasa sosialisasi yang tinggi
9.Kemampuan berfikir yang meningkat
10.Mampu mengembangkan kemampuan dalam mengabil keputusan, dll.

BAB III
PENUTUP

Pendidikan jasmani sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional, memiliki peranan penting dengan ciri khusus dalam upaya peningkatan kebugaran dan keterampilan fisik peserta didik.Pembelajaran pendidikan jasmani melalui aspek-aspek yang ada di dalamnya hanyalah merupakan upaya penyemaian untuk menjadikan aktifitas jasmani sebagai pola hidup sehat dimana di dalamnya terkandung unsur kebugaran jasmani.

Pemilihan aspek-aspek pendidikan jasmani dan materi pokok pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang diharapkan tentunya harus mempertimbangkan kondisi siswa, lingkungan sebagai daya dukung dan penghambat, serta prasyarat pembelajaran lain sehingga proses pembelajaran berlangsung aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan. Atletik sebagai materi pokok dengan berbagai nomornya dipandang memiliki keunggulan sebagai aktifitas yang menyenangkan karena dipergunakannya sebagai sarana dari lingkungan sebagai alat bantu pembelajaran. Mengingat potensi ini, tentunya sangat sayang jika tidak dikembangkan.

Pengembangan atletik sebagai materi pokok hendaknya mulai dari peningkatan kemampuan guru sebagai sumber informasi, fasilitator, dan katalisator pembelajaran dalam rangka pencapaian kompetensi-kompetensi yang harus dicapai oleh peserta pembelajaran. Peningkatan kemampuan guru dimulai dari memperkaya pengetahuan tentang berbagai nomor atletik yang mencakup pengetahuan umum dan tekhnik gerak, persiapan pembelajaran, pengelolaan pembelajaran, hingga penilaian.

Kita sadar bahwa model, metode pembelajaran atau ilmu kepelatihan selalu berubah seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, oleh karena itu hendaknya kita selalu terbuka untuk menerima dan mempelajari untuk kemudian diterapkan disekolah sepanjang itu demi kemajuan dunia pendidikan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Balai Pendidikan Guru, Pendidikan Jasmani, Bandung: ..

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1973, Pedoman Mengajar Olahraga Pendidikan di Sekolah Dasar,

Hans Kazenbogner/Spiel Leichtathletik, Michel Medler, Laufen Und Werfen Springen, Und Wettkampfen,

IAF, The Beginners Guide to Athletics, ..

Ichsan, 1989, Pendidikan Kesehatan dan OLahraga, Bandung: FPOK IKIP Bandung

Kuntaraf, Jonathan & Kathlm Liwijaya, 1992, Olahraga Sumber Kesehatan, Bandung: Advent Indonesia

Mashoed, Pedoman Mengajar Olahraga Pendidikan di Sekolah Dasar, Jakarta: CV. Baru

Victor P. Dauer, Robert Pangrazi, Dynamic Physical Education for Elementary School Children, .

WS Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta: PT Gramedia

Ditulis dalam Uncategorized | Leave a Comment »

UPAYA MENINGKATKAN KESEGARAN JASMANI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKANJASMANI

Desember 16, 2009

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada pencapaian tujuan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani bukan hanya mengembangkan ranah jasmani, tetapi juga mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui kegiatan aktivitas jasmani dan olah raga.
Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-spritual-dan sosial), serta pembiasan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.
Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam mengintensifkan penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan jasmani memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain, dan berolahragayang dilakukan secara sistematis, terarah dan terencana. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat.
Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani guru harus dapat mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan / olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur kerjasama, dan lain-lain)dari pembiasaan pola hidup sehat. Pelaksanaannya bukan melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik mental, intelektual, emosional dan sosial. Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan dikdakdik-metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran. Melalui pendidikan jasmani diharapkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman untuk mengungkapkan kesan pribadiyang menyenangkan, kreatif, inovatif, terampil, meningkatkan dan memeliharan kesegaran jasmani serta pemahaman terhadap gerak manusia.
Namun kenyataan di lapangan dalam masa transisi perubahan kurikulum dari kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2004 yang semula pendidikan jasmani dan kesehatan dengan alokasi waktu 2 jam per minggu @ 40 menit, sekarang Pendidikan Jasmani dengan alokasi waktu 3 jam per minggu @ 40 menit, masih banyak kendala dalam menerapkan kurikulum tersebut. Hal ini disebabkan karena belum adanya sosialisasi secara menyeluruh di jajaran pendidikan sehingga masih banyak perbedaan penafsiran tentang pendidikan jasmani utamanya dalam pembagian waktu jam pelajaran.
Adanya ruang lingkup mata pelajaran pendidikan jasmani dalam kurikulum 2004 untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, dan SMA MA sebenarnya sangat membantu pengajar pendidikan jasmani dalam mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan siswa. Adapun ruang lingkup pendidikan jasmani meliputi aspek permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri / senam, aktivitas ritmik, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas.
Sesuai dengan karakteristik siswa SMP, usia 12 16 tahun kebanyakan dari mereka cenderung masih suka bermain. Untuk itu guru harus mampu mengembangkan pembelajaran yang efektif, disamping harus memahami dan memperhatikan karakteristik dan kebutuhan siswa. Pada masa usia tersebut seluruh aspek perkembangan manusia baik itu kognitif, psikomotorik dan afektif mengalami perubahan. Perubahanyang paling mencolok adalah pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikologis.
Agar standar kompetensi pembelajaran pendidikan jasmani dapat terlaksana sesuai dengan pedoman, maksud dan juga tujuan sebagaimanayang ada dalam kurikulum, maka guru pendidikan jasmani harus mampu membuat pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Untuk itu perlu adanya pendekatan, variasi maupun modifikasi dalam pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, penulis melakukan penelitian dengan judul Upaya Meningkatkan Kesegaran Jasmani melalui Pendekatan Bermain dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Siswa Kelas VIII D SMP Negeri 3 Kisaran Tahun Pelajaran 2007/2008.

B. Identifikasi Masalah
Dengan adanya kurikulum berbasis kompetensi yang merupakan pedoman bagi guru dan merupakan bahan kegiatan dalam pembelajaran, maka siswa perlu mempelajari dan melaksanakan untuk mencapai kompetensi yang sudah dirumuskan. Untuk mencapai standar kompetensi tersebut bukanlah yang mudah. Adapun permasalahan-permasalahan yang muncul dilapangan adalah sebagai berikut:
1. Banyak dikalangan pendidikan yang belum memahami tentang perbedaan Pendidikan Jasmani dan Olah Raga.
2. Kurangnya pemahaman dari siswa tentang maksud dan tujuan pendidikan jasmani sehingga pada proses pembelajaran belum semua antusias untuk beraktivitas jasmani.
3. Kurangnya pemahaman tentang arti pentingnya tubuh bugar dan sehat, sehingga mereka mengikuti pendidikan jasmani hanya sekedar ikut dan memperoleh nilai.

C. Batasan Masalah
Penelitian ini memiliki beberapa batasan yang perlu dikembangkan agar substansi penelitian ini tidak melebar dan agar dapat kesepahaman penafsiran tentang substansi yang ada dalam penelitian ini. Batasan-batasan masalah tersebut adalah sebagaimana berikut ini:
1. Penelitian ini hanya menitikberatkan pada model pembelajaran dengan pendekatan bermain untuk meningkatkan kesegaran jasmani siswa.
2. Penelitian ini menerapkan model pembelajaran dengan pendekatan bermain pada pendidikan jasmani dalam upaya meningkatkan tingkat kesegaran jasmani siswa.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah pembelajaran pendidikan jasmani dengan model pembelajaran dengan pendekatan bermain tingkat kesegaran jasmani siswa dapat meningkat?
2. Seberapa besar peningkatan tingkat kesegaran jasmani siswa setelah mengikuti model pembelajaran dengan pendekatan bermain dalam pendidikan jasmani.

E. Tujuan Pendidikan
Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah :
1. Mengetahui perbedaan tingkat kesegaran jasmani siswa yang diajar dengan model pembelajaran dengan pendekatan bermain dalam pendidikan jasmani.
2. Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan tingkat kesegaran jasmani siswa yang diajar dengan model pembelajaran dengan pendekatan bermain dalam pendidikan jasmani.

F. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yaitu :
1. Guru
Untuk meningkatkan kualitas mengajar dan mencoba menerapkan model pembelajaran sebagai inovasi baru dalam proses pembelajaran
2. Siswa
Dengan banyaknya model pembelajaran mereka mendapatkan banyak variasi dalam pembelajaran. Selain itu siswa dapat belajar sambil bermain
3. Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan sekolah untuk mengembangkan model pembelajaran.

BAB II
TINJUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
Teori-teori tentang upaya meningkatkan kebugaran tubuh telah banyak dikemukakan oleh para pakar. Dalam hubungannya dengan penelitian ini, penulis mencoba menggunakan model pembelajaran beraktivitas jasmani sambil bermain. Aktivitas ini merupakan salah satu metodeyang tepat dimana keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sekalipun sambil bermain mereka sudah melaksanakan kegiatan jasmani sebagai upaya untuk menjaga kebugaran tubuh. Hal ini sangat bagus untuk melatih kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif siswa.
Dari judul tersebut diatas dapat dikemukakan bahwa model pembelajaran dengan pendekatan bermain merupakan variabel bebas (independent variable), sedangkan tingkat kesegaran jasmani siswa sebagai variabel terikat (dependent variable).

1. Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotor, kognitif dan afektif setiap siswa. Pengalamanyang disajikan akan membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien, dan efektif. (Kurikulum Penjas SMP, 2004).
Dari banyak pendapat tentang pengertian pendidikan jasmani, dapat disimpulkan pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik diarahkan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional dalam kerangka sistem pendidikan nasional. (Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi SMP, 2004).

2. Materi Pendidikan Jasmani SMP/MTs
Struktur materi pendidikan jasmani dikembangkan dan disusun dengan menggunakan model kurikulum kebugaran jasmani dan pendidikan olahraga (Jewwet, Ennis, and Bain, 1995). Asumsi yang digunakan oleh kedua model ini adalah untuk menciptakan gaya hidup sehat dan aktif, manusia perlu memahami hakikat kebugaran jasmani dengan menggunakan resep latihan yang benar.
Materi mata pelajaran pendidikan jasman SMP/MTs meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Pengalaman mempraktikkan latihan untuk mempertahankan dan meningkatkan kebugaran jasmani
b. Pengalaman mempraktikkan keterampilan dasar atletik, senam, permainan dan beladiri
c. Keterampilan memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani, pengetahuan hakikat kebugaran jasmani, serta pengetahuan praktis latihan kebugaran jasmani
d. Penerapan peraturan, dan praktik yang aman dalam pelaksanaan kegiatan atletik, senam, permainan dan beladiri
e. Perilaku yang menggambarkan sikap sportif dan positif, emosi yang stabil, dan gaya hidup yang sehat
Materi pendidikan jasmani SMP/MTs merupakan kelanjutan dari materi di Sekolah Dasar, dan dilanjutkan di SMA. Mater pembelajaran untuk kelas VII dan VIII SMP/MTs meliputi keterampilan dasar olahraga, kesegaran jasmani, dan pembentukan sikap dan perilaku untuk membentuk kecakapan hidup personal.

3. Karakteristik Pendidikan Jasmani
Pendidikan Jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di SMP/MTs, yang mempelajari dan mengkaji gerak manusia secara interdisipliner. Gerak manusia adalah aktivitas jasmani yang dilakukan secara sadar untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan keterampilan motorik, mengembangkan sikap dan perilaku agar terbentuk gaya hidup yang aktif. Aktivitas jasmani yang dilakukan berupa aktivitas bermain, permainan, dan olahraga.

4. Karakteristik Siswa SMP/MTs
Selama di SMP/MTs, seluruh aspek perkembangan manusia yaitu psikomotor, kognitif, dan efektif mengalami perubahan yang luar biasa. Siswa SMP/MTs mengalami masa remaja, satu periode perkembangan sebagai transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Masa remaja dan perubahan yang menyertainya merupakan fenomena yang harus dihadapi oleh guru.
1) Perkembangan aspek psikomotorik
Wuest dan Lombardo (1974) menyatakan bahwa perkembangan aspek psikomotor seusia siswa SMP/MTs ditandai dengan perubahan jasmani dan fisiologis secara luar biasa. Salah satu perubahan luar biasa tersebut adalah pertumbuhan tinggi badan dan berat badan.
2) Perkembangan aspek kognitif
Arasoo T.V (1986) menyatakan bahwa aspek kognitif meliputi fungsi intelektual, seperti pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan berpikir. Untuk siswa SMP/MTs perkembangan kognitif utama yang dialami adalah formal operasional yang mampu berfikir abstrak dengan menggunakan simbol-simbol tertentu. Selain itu ada peningkatan fungsi intelektual, kapabilitas memori dan bahasa, dan perkembangan konseptual.
3) Perkembangan aspek afektif
Menurut Arasoo T.V (1986), ranah afektif menyangkut perasaan, moral dan emosi. Perkembangan afektif siswa SMP/MTs mencakup proses belajar perilaku dengan orang lain atau sosialisasi. Sebagian besar sosialisasi berlangsung lewat pemodelan dan peniruan orang lain.

5. Model Pembelajaran dengan Pendekatan Bermain
Pendekatan bermain adalah salah satu bentuk dari sebuah pembelajaran jasmani yang dapat diberikan di segala jenjang pendidikan. Hanya saja, porsi dan bentuk pendekatan bermain yang akan diberikan, harus disesuaikan dengan aspek yang ada dalam kurikulum. Selain itu harus dipertimbangkan juga faktor usia, perkembangan fisik, dan jenjang pendidikan yang sedang dijalani oleh mereka.
Model pembelajaran dengan pendekatan bermain erat kaitannya dengan perkembangan imajinasi perilaku yang sedang bermain, karena melalui daya imajinasi, maka permainan yang akan berlangsung akan jauh lebih meriah. Oleh karena itu sebelum melakukan kegiatan, maka guru pendidikan jasmani, sebaiknya memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada siswanya majinasi tentang permainan yang akan dilakukannya.

6. Kesegaran Jasmani
Sadoso (1989 : 9) Kesegaran jasmani adalah keadaan atau kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas atau tugas-tugasnya sehari-hari dengan mudah tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih mempunyai siswa atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya untuk keperluan-keperluan lainnya.
Komponen atau faktor kesegaran jasmani dan komponen kesegaran motorik merupakan satu kesatuan utuh dari komponen kondisi fisik. Agar seseorang dapat dikategorikan kondisi fisiknya baik, maka status komponen-komponennya harus berada dalam kondisi baik pula. Adapun komponen atau faktor jasmani adalah : kekuatan, daya tahan kelenturan.

B. Kerangka Berfikir
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan banyak sekali hal-hal yang dapat mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani seseorang, salah satunya yaitu melalui aktifitas jasmani. Pendidikan jasmani dapat digunakan sebagai bentuk kegiatan siswa dalam upaya menjaga dan sekaligus meningkatkan tingkat kesegaran jasmani. Dengan mempertimbangkan karakter dan perkembangan siswa guru harus dapat merencanakan dengan matang proses pembelajaran. Dalam membuat perencanaan tersebut guru bisa menggunakan pendekatan, teknik, metode ataupun model pembelajaran.

C. Hipotesis
Dari uraian di atas hipotesis penelitiannya adalah melalui pembelajaran dengan pendekatan bermain dalam pendidikan jasmani tingkat kesegaran jasmani siswa dapat meningkat.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Dengan penelitian tindakan kelas peneliti dapat mencermati suatu obyek dalam hal ini siswa, menggunakan pendekatan atau model pembelajaran tertentu untuk meningkatkan tingkat kesegaran jasmani siswa. Melalui tindakan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu dalam bentuk rangkaian siklus kegiatan. Dengan demikian perkembangan dalam setiap kegiatan dapat terpantau

B. Setting dan Karakteristik Subyek
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 3 Kisaran yang berjumlah 32 orang. Kelas VIII D merupakan kelas rintisan Unggulan yang kalau dilihat dari kemampuan akademisnya mereka mempunyai rata-rata yang lebih baik dari pada kelas yang lain. Demikian juga bila dilihat dari perilaku dan kedisiplinannya mereka juga relatif lebih baik dari kelas yang lain. Namun demikian pada saat diadakan tes tingkat kesegaran jasmani dengan menggunakan tes lari 2,4 km, ternyata hasilnya justru paling rendah dibandingkan dengan kelas lain.
Disamping hasil tes tingkat kesegaran jasmaninya paling rendah, anak-anak dikelas tersebut pada saat mengikuti kegiatan dalam pembelajaran juga kurang antusias. Bahkan kadang-kadang ada sebagian dari mereka dalam mengikuti pembelajaran sambil membawa rangkuman ataupun catatan, yang kalau tidak ketahuan mereka sembunyi-sembunyi memanfaatkan waktunya untuk membaca. Mereka mengikuti pelajaran pendidikan jasmani hanya sekedar hadir dan nantinya mendapatkan nilai.

C. Prosedur penilaian
A. Siklus I
Dalam kegiatan siklus yang pertama penulis melaksanakan kegiatan yang menarik dan menyenangkan yaitu kegiatan olahraga tradisional.
1. Pemanasan
Dalam kegiatan pemanasan kita buat dalam bentuk-bentuk permainan yang menyenangkan. Misalnya : berlari kecil berkelompok sambil memegang bahu sambil bernyanyi bersama, berlari sambil berpegangan tangan dengan bervariasi dari arah kanan ke arah kir bergantian, berlari kecil sambil meloncat dilakukan berpasangan berdua atau bertiga, bahkan dapat dilakukan dengan kelompok yang lebih banyak asalkan jumlahnya ganjil, satu orang berada diantara kelompok sebagai pusat pegangan dan masih banyak lagi bentuk kegiatan pemanasan sambil bermain.

2. Kegiatan inti
Dalam kegiatan ini dilaksanakan kegiatan out door games. Bentuk kegiatan out door games yang pertama dilaksanakan bentuk kegiatan yang berorientasi pada melatih kekuatan, kelincahan, kelenturan tubuh disamping juga melatih unsur kognitif dan afektif siswa. Sebenarnya banyak sekali jenis out door games yang dapat dilaksanakan dalam pendidikan jasmani, namun dalam siklus I penulis melaksanakan kegiatan bentengan.
Permainan ini berasal dari permainan anak-anak yang awalnya mempergunakan pohon atau tiang sebagai sarana bentengnya. Supaya ada bentuk variasi lain maka kita kembangkan jenis permainan ini dengan media lain. Prasarana : berupa lapangan seluas lapangan basket. Sarana : bekas botol plastik, bekas tempat bola tenis, dengna jumlah5 sampai 10 buah, sebagai benteng yang harus direbut dan dilarikan dari daerah musuh. Cara bermainnya sama dengna permainan bentengan lainnya, hanya saja pada bentengan ini yang diperebutkan adalah bekas tempat bola tenis, atau botol bekas minuman. Langkah pertama peserta dibagi dua team dengan jumlah sama banyak. Benteng yang terbuat dari botol, atau gelas plastik berada dibelakang team masing-masing. Tiap team dibagi dalam 3 kelompok masing-masing sebagai team penyerang, pengecoh lawan dan yang mempertahankan benteng. Team pemenang adalah team yang berhasil lebih dahulu merebut seluruh benteng lawan. Bila dibatasi dengan waktu maka team pemenang adalah team yang paling banyak mengumpulkan benteng lawan,

3. Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan akhir setelah penenangan diadakan evaluasi sekaligus pemberian motivasi pada mereka yang masih belum maksimal dalam beraktivitas.

B. Siklus II
Dalam siklus kedua dicobakan untuk aspek yang lain yaitu aspek aktivitas ritmik. Bentuk kegiatannya pun sama seperti pada siklus I, hanya bedanya kegiatan ini dilaksanakan di dalam ruangan. Hal ini sambil memantau semangat mereka dalam beraktivitas selama dilapangan ataupun dalam ruangan.
Dalam kegiatan pemanasan dibuat dalam bentuk-bentuk permainan sambil bergerak dan juga sambil bernyanyi. Kemudian dalam kegiatan inti kita berikan contoh-contoh gerakan sambil mereka menirukan dan biarkan mereka mengikuti sambil bernyanyi. Untuk itu kita pilih kaset-kaset yang lirik dan lagunya disukai oleh anak-anak. Setelah itu dibuat kelompok-kelompok, biarkan mereka untuk bermain dan berkreasi menciptakan gerakan-gerakan sesuai dengan ide dan gagasan mereka.

C. Siklus III
Pada siklus II kita cobakan jenis kegiatan aktivitas jasmani yang selama ini kurang disenangi oleh para siswa yaitu atletik pada nomor lempar lembing. Pada kegiatan inipun kita berlakukan mulai pemanasan sampai kegiatan inti dengan pendekatan bermain. Pada saat pemanasan kita gunakan bola tenis dengna jumlah yang cukup. Secara berkelompok ataupun berpasangan biarkan mereka bermain lempar tangkap sambil main kucing-kucingan. Selama kegiatan pemanasan yang penting mereka melakukan gerakan ada unsur lari, lempar tangkap baik itu berpasangan maupun kelompok.
Pada kegiatan inti mereka tidak langsung menggunakan lembing. Biarkan mereka tetap menggunakan bola tetapi kita arahkan untuk lemparannya sudah menggunakan teknik lemparan lembing. Hal itu dilakukan secara berulang-ulang biarkan mereka sambil bermain. Kalau sebagian besar teknik lemparan sudah benar kita lombakan untuk melempar lebih jauh. Bagi yang mereka lemparannya jauh kita berikan pujian. Bagi yang belum betul dan belum jauh, kita beri semangat supaya tidak kalah dengan yang lain. Setelah mereka paham dan bisa membedakan teknik lemparan biasa dengan teknik lemparan lempar lembing baru kita kenalkan dengan lembing yang sesungguhnya. Itupun kita buat dalam bentuk bermain, tetapi untuk faktor keamanan dan keselamatan tetap kita perhatikan.

BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Pelaksanaan
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian mulai dilaksanakan pada semester gasal bulan Agustus 2007, penelitian ini dilaksanakan pada saat pelajaran pendidikan jasmani di Kelas VIII D. Adapun jadwal pendidikan jasmani di kelas tersebut 2 kali pertemuan per minggunya yaitu 2 jam pelajaran pada hari Senin jam ke 2 3. dengan demikian mereka beraktivitas jasmani 1 kali selama satu minggunya di sekolah.
Sebagaimana telah penulis sampaikan di depan, bahwa kelas VIII D merupakan kelas yang paling rendah dair hasil tes 2,4 km diantara 5 kelas yang ada di sekolah kami. Disamping itu kelas ini juga sebagian dari mereka kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dibandingkan dengan kelas-kelas yang lainnya. Adapun tempat pelaksanaan kegiatannya ada yang dilaksanakan dilapangan sekolah, gedung serba guna dan juga dilaksanakan dilapangan STADION MUTIARA yang ada lintasan larinya.

2. Pelaksana Tindakan
Pada setiap siklus diupayakan mulai dari awal kegiatan kita ciptakan suasana yang menarik, kita hilangkan kesan bahwa aktivitas jasmani merupakan kegiatan yang membuat lelah. Kita beri kesempatan pada siswa mulai dari awal pemanasan dengan beraktivitas jasmani sambil bersendau gurau, bernyanyi, biarkan sambil berteriak, yang pasti mereka harus beraktivitas baik secara berpasangan atuapun berkelompok.
Setelah mereka melakukan pemanasan sambil membuat lingkaran atau dengan cara berkumpul yang menarik, kita beri penjelasan tentang kegiatan inti dengna pendekatan bermain. Selanjutnya setelah mereka memahami tentang tata cara bermainnya dibagi kelompok. Biarkan mereka bermain sekalipun ada yang sambil berteriak yang penting mereka senang. Tanpa mereka sadari mereka telah melaksanakan aktivitas jasmani selama jam pelajaran berlangsung.
Unsur pendidikan yang di dapat adalah 1) unsur kognitif : melatih anak untuk dapat mencermati medan dengan cepat, mengambil keputusan dengan cepat dan tepat, memprediksi kegagalan, mengantisipasi permasalahan dengan cepat. 2) Afektif : melatih anak untuk bersikap sportif, fair play, bekerjasama, bersosialisasi 3) psikomotorik. Dengan melakukan kegiatan aktivitas jasmani sambil bermain ini anak akan memiliki kemampuan motorik yang tinggi, terdapat unsur-unsur endurance, flexibility, agality, speed, coordination, accuray.

B. Hasil Penelitian
Instrumen tes yang digunakan adalah tes kesegaran jasmani dengan tes lari 2,4 km yang sering disebut juga Cooper test. Berikut ini adalah tabel tingkat kesegaran jasmani yang diambil dari Cooper test untuk umur 13 19 tahun.

No Waktu tempuh Tingkat kesegaran jasmani putra
1 Kurang dari 09,37 menit Istimewa
2 08.38 09.40 menit Sangat baik
3 09.41 10.48 menit Baik
4 10.49 12.10 menit Sedang
5 12.10 15.30 menit Kurang
6 Lebih dari 15.31 menit Sangat kurang

No Waktu tempuh Tingkat kesegaran jasmani putra
1 Kurang dari 11.50 menit Istimewa
2 11.50 14.30 menit Sangat baik
3 13.30 14.30 menit Baik
4 14.31 16.34 menit Sedang
5 16.35 18.30 menit Kurang
6 Lebih dari 18.31 menit Sangat kurang
Pelaksanakan tes lari jarak 2,4 km yaitu siswa berdiri dibelakang garis start setelah aba-aba Ya siswa lari menempuk jarak 2,4 km secepat mungkin. Sekor yang dicatat adalah waktu tempuh lari jarak sejauh 2,4 km. Untuk menentukan kategori dari hasil tes tersebut digunakan tabel Cooper test seperti tabel di atas. Hasil tes lari 2,4 km sebelum dan sesudah diadakan tindakan dengan pendekatan bermain untuk siswa kelas VIII D adalah sebagai berikut:

a. Kelompok Putra
No Sebelum
(Jumlah siswa) Sesudah
(Jumlah siswa) Tingkat kesegaran jasmani
1 Istimewa
2 Sangat baik
3 1 3 Baik
4 3 6 Sedang
5 6 3 Kurang
6 4 2 Sangat kurang

b. Kelompok Putri
No Sebelum
(Jumlah siswa) Sesudah
(Jumlah siswa) Tingkat kesegaran jasmani
1 Istimewa
2 Sangat baik
3 1 Baik
4 3 6 Sedang
5 6 5 Kurang
6 9 6 Sangat kurang

Dari hasil tersebut di atas, nampak sekali ada perbedaan. Dalam kegiatan pada sebelum diadakan tindakan dengan pendekatan bermain banyak anak yang cenderung pasif, tetapi setelah dibuat dengan model pembelajaran dengan pendekatan bermain anak lebih termotivasi untuk beraktivitas jasmani. Hal ini disebabkan karena mereka dapat melaksanakan aktivitas jasmani sambil bermain. Apabila pada siklus-siklus berikutnya pada setiap kegiatan dibuat model pembelajaran dengan pendekatan bermain pada aspek-aspek yang lain tentunya akan lebih baik dan menguntungkan baik untuk pengajar maupun siswa. Karena dengan demikian stamina akan tetap terjaga sehingga tingkat kesegaran jasmaninya juga akan lebih meningkat

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
1. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani seseorang, salah satunya yaitu melalui aktivitas jasmani. Dengan demikian pendidikan jasmani dapat digunakan sebagai bentuk kegiatan siswa dalam upaya menjaga dan meningkatkan kesegaran jasmani.
2. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani sangat diperlukan adanya model dan variasi pelajaran. Untuk itu pengajar sebaiknya dapat membuat model ataupun modifikasi pembelajaran, salah satunya adalah model pembelajaran dengan pendekatan bermain.

B. Saran
Setelah diadakan penelitian tindakan kelas tentang upaya meningkatkan kesegaran jasmani siswa membuktikan bahwa dengan model pembelajaran dengan pendekatan bermain aktivitas jasmani siswa lebih termotivasi karena mereka dapat belajar sambil bermain. Untuk itu penulis menyampaikan saran sebagai berikut :
1. Guru pendidikan jasmani hendaknya banyak melaksanakan dengan pendekatan, teknik, metode ataupun model pembelajaran sebagai bentuk modifikasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani
2. Model pembelajaran dengan pendekatan bermain dapat diterapkan dalam pendidikan jasmani untuk semua jenjang
3. Guna menunjang aktivitas dalam pendidikan jasmani sarana dan prasaran hendaknya disediakan sekalipun dalam memodifikasi pembelajaran dapat menggunakan peralatan yang sederhana, yang penting semua siswa harus beraktivitas jasmani selama pelajaran berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas, 2003, Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani SMP/MTs, Jakarta : Depdiknas.

Depdiknas, 2003, Undang-Undang R.I Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : Depdiknas

J. Mata Kupan, 2002, Teori Bermain, Jakarta : Universitas Terbuka

Ngalim Purwanto. M, 2003, Ilmu Pendidikan Teori dan Praktik, Bandung : Remaja Rosdakarya.

Winata Putra Udin, 1994, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Universitas Terbuka

LEMBAR PENGESAHAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

1. JUDUL : UPAYA MENINGKATKAN KESEGARAN JASMANI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

2. PENELITI
A. Ketua
Nama Lengkap : Hj. RIRAWATI HARAHAP, S.Pd
N I P : 131 784 897
Jenis Kelamin : Perempuan
Pangkat / Gol : Penata TK. I / III /d
Unit Kerja : SMP Negeri 3 Kisaran
Alamat Sekolah : Jl. Madong Lubis Kisaran
Alamat Rumah : Jl. Williem Iskandar Gg. Keluarga Lk. II
Kelurahan Mutiara Kisaran
Kabupaten Asahan

Mengetahui Kisaran, Mei 2008
Kepala SMP Negeri 3 Kisaran Peneliti

Addin Simbolon, S.Pd Hj. Rirawati Harahap, S.Pd
NIP. 132086439 NIP. 131784897

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
LEMBAR PENGESAHAN
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Identifikasi Masalah 3
C. Batasan Masalah 3
D. Perumusan Masalah 4
E. Tujuan Penelitian 4
F. Manfaat Hasil Penelitian 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
A. Landasan Teori 5
B. Kerangka Berpikir 8
C. Hipotesis 9
BAB III METODE PENELITIAN 10
A. Metode 10
B. Setting dan Karakteristik Subjek 10
C. Prosedur Penelitian 11
BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN 14
A. Pelaksanaan 14
B. Hasil 15
BAB V PENUTUP 18
A. Simpulan 18
B. Saran 18

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dan puji syukur kehadirat Allah SWT penulis ucapkan atas terselesaikannya karya tulis ini. Tanpa ridho dan kasih sayangnya mustahil karya tulis ini dapat rampung.
Karya tulis ini disusun untuk mengikuti lomba guru berprestasi di tingkat Kabupaten Asahan Tahun 2008 dalam memberikan pembelajaran Pendidikan Jasmani.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. H. Syamsuddin, S.Pd (suami tercinta)
2. Drs. H. Mahendra (Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Asahan)
3. Addin Simbolon, S.Pd (Kepala SMP Negeri 3 Kisaran)
4. Rekan-rekan guru di SMP Negeri 3 Kisaran.
Atas bantuan dan jasa baik mereka penulis mengucapkan terima kasih. Akhirnya sesuai dengan kata pepatah Tiada gading yang tak retak penulis mengharapkan kritik dan saran, khususnya dari Bapak/Ibu guru Pendidikan Jasmani. Semoga karya tulis ini ada manfaatnya

Kisaran, Mei 2008
Penulis

Hj. Rirawati Harahap, S.Pd
NIP. 131784897

ABSTRAK

MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN JASMANI
KATA KUNCI : Upaya Meningkatkan Kesegaran Jasmani melalui Pendekatan Bermain dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan, perilaku hidup sehat, aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Pengalaman belajar yang disajikan akan membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan yang aman, efisien, dan efektif.
Penelitian ini bertujuan : (1) mengetahui perbedaan tingkat kesegaran jasmani siswa yang diajar dengan model pembelajaran dengan pendekatan bermain dalam pendidikan jasmani, (2) mengetahui seberapa banyak perbedaan tingkat kesegaran jasmani siswa yang diajar dengan model pembelajaran dengan pendekatan bermain dalam pendidikan jasmani.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang merupakan suatu siklus yang terdiri atas : adanya masalah-rencana tindakan-pelaksanaan tindakan-evaluasi dan refleksi. Subyek yang digunakan adalah seluruh siswa kelas VIII-D SMP Negeri 3 Kisaran tahun pelajaran 2007/2008 sebanyak 32 siswa.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani seseorang, salah satunya adalah melalui aktivitas jasmani. (2) pendidikan jasmani dapat digunakan sebagai bentuk kegiatan siswa dalam upaya menjaga dan meningkatkan kesegaran jasmani (3) Dalam proses pendidikan jasmani diperlukan adanya modifikasi dan variasi pembelajaran.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan model pembelajaran dengan pendekatan bermain dalam pembelajaran ada dampak perubahan motivasi dan sekaligus tingkat kesegaran jasmani siswa. Hal ini disebabkan karena mereka dapat belajar sambil bermain. Dengan kegiatan ini pula kemampuan kognitif, afekfif dan psikomotorik siswa dapat berkembang.

Ditulis dalam Uncategorized | Leave a Comment »

skripsi unes

Desember 16, 2009

主页 帮助 选项

Dalam permainan lompat kangguru kamu harus melompat sebanyak .kali tampa berhenti

查询标题 A-Z作者 A-ZFile Source日子

EFEKTIFITAS JUMP SHOT TANPA AWALAN DAN JUMP SHOT MENGGUNAKAN AWALAN MAJU TERHADAP HASIL TEMBAKAN JUMP SHOT PADA TIM PRA PORDA BOLA BASKET PUTRA


Authored By:Awaludin YuliantoPaper Title:EFEKTIFITAS JUMP SHOT TANPA AWALAN DAN JUMP SHOT MENGGUNAKAN AWALAN MAJU TERHADAP HASIL TEMBAKAN JUMP SHOT PADA TIM PRA PORDA BOLA BASKET PUTRA
新窗口显示
突出显示
BibTeX Record:

EFEKTIFITAS JUMP SHOT TANPA AWALAN DAN JUMP SHOT
MENGGUNAKAN AWALAN MAJU TERHADAP HASIL
TEMBAKAN JUMP SHOT PADA TIM
PRA PORDA BOLA BASKET PUTRA
KOTA TEGAL TAHUN 2005

SKRIPSI
Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1
Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Disusun oleh:
Nama
: Awaludin Yulianto
NIM
: 6314990031
Program Studi
: S1
Jurusan
: Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Fakultas
: Ilmu Keolahragaan



UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2005



SARI

Awaludin Yulianto (2005). Skripsi ini berjudul : Efektifitas jump shot tanpa
awalan dan jump shot menggunakan awalan maju terhadap hasil tembakan jump shot
pada tim Pra PORDA bola basket putra kota Tegal tahun 2005 . Permasalahan skripsi ini
adalah :1. Efektifkah jump shot tanpa awalan terhadap hasil tembakan jump shot pada tim
Pra PORDA bola basket putra kota Tegal tahun 2005, 2. Efektifkah jump shot
menggunakan awalan maju terhadap hasil tembakan jump shot pada tim Pra PORDA bola
basket putra kota Tegal tahun 2005, 3. Efektifkah jump shot tanpa awalan dan jump shot
menggunakan awalan maju terhadap hasil tembakan jump shot pada tim Pra PORDA bola
basket putra kota Tegal tahun 2005.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas jump shot tanpa awalan
terhadap hasil tembakan jump shot pada tim Pra PORDA bola basket putra kota Tegal
tahun 2005, efektifitas jump shot menggunakan awalan maju terhadap hasil tembakan
jump shot pada tim Pra PORDA bola basket putra kota Tegal tahun 2005, dan efektifitas
jump shot tanpa awalan dan jump shot menggunakan awalan maju terhadap hasil
tembakan jump shot pada tim Pra PORDA bola basket putra kota Tegal tahun 2005.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey tes dengan
populasi yang diambil adalah anggota tim Pra PORDA bola basket putra kota Tegal
tahun 2005. Sampel sebanyak 10 orang diambil menggunakan teknik purposive random
sampling. Sedangkan pengolahan datanya menggunakan sistem komputer SPSS release
11. Dari hasil perhitungan statistik diproleh koefisien korelasi ganda (R) sebesar 0.917
dengan Fhitung 18.607 dengan probabilitas 0.002. Dari hasil perhitungan dapat
disimpulkan bahwa :1. Jump shot tanpa awalan memiliki efektifitas yang berarti terhadap
hasil tembakan jump shot pada tim Pra PORDA bola basket putra kota Tegal tahun 2005,
2. Jump shot menggunakan awalan maju memiliki efektifitas yang berarti terhadap hasil
tembakan jump shot pada tim Pra PORDA bola basket putra kota Tegal tahun 2005, 3.
Jump shot tanpa awalan dan jump shot menggunakan awalan maju memiliki efektifitas
yang berarti terhadap hasil tembakan jump shot pada tim Pra PORDA bola basket putra
kota Tegal tahun 2005.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, peneliti memberikan saran diharapkan dari
hasil penelitian ini merupakan alternatif yang digunakan oleh pembina atau pelatih bola
basket dalam memberikan latihan jump shot, dan untuk penelitian lain hasil penelitian ini
dapat dipergunakan sebagai pertimbangan.


Skripsi ini telah disetujui untuk diajukan kepada Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ilmu Keolahragaan UNNES Semarang.

Menyetujui

Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II


Drs. Sukirno,M.Pd


Drs.Margono, M.Kes
NIP. 130935358

NIP. 131571553

Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Fakultas Ilmu Keolahragaan
UNNES Semarang

Drs. Wahadi, M.Pd.
IP. 131571551



MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

.. Allah meninggikan orang yang beriman di antara kamu dan orang-
orang yang berilmu pengetahuan, beberapa derajat (surat Al Mujaadalah
ayat 11).

Kupersembahkan Kepada :
Bapak (Wasisto) dan Ibu (Murwati) tercinta,
Adikku (Yulia Nuraida) tersayang,
Penyemangatku (Andita Setiani),
Sahabat-sahabat Kanguru Gank,
Teman-temanku di L.a kost,
Teman-teman PKLO 99, dan
Keluarga FIK UNNES Semarang.


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Skripsi ini dapat terwujud bukan semata-mata hasil kerja penulis sendiri, tetapi
tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan ijin kuliah di Fakultas
Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, yang telah
memberi ijin penelitian ini.
3. Ketua dan Sekretaris jurusan PKLO Universitas Negeri Semarang, yang telah
memberi ijin dan pengesahan.
4. Drs. Sukirno, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan
dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Drs. Margono, M.Kes. Selaku Dosen Pembimbing II, yang juga telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang,
yang banyak memberikan dorongan dan bantuan dalam penelitian ini.
7. Pengurus Pengcab Perbasi kota Tegal dan pelatih tim Pra PORDA bola basket kota
Tegal yang telah memberikan ijin penulis untuk mengadakan penelitian di tim Pra
PORDA bola basket kota Tegal tahun 2005.


8. Semua pemain tim Pra PORDA bola basket putra kota Tegal tahun 2005 yang telah
bersedia dijadikan sample dalam penelitian ini.
9. Semua rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Tiada hal yang dapat penulis berikan selain ucapan terima kasih sebesar-besarnya,
atas segala bantuannya. penulis hanya dapat berdoa semoga Allah SWT berkenan
memberikan imbalan yang setimpal.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih belum sempurna,
namun penulis berharap semoga bermanfaat bagi pemerhati dan mahasiswa olahraga
pada umumnya serta pecinta bola basket pada khususnya.

Penulis


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
SARI ......................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................... vi
DAFTAR ISI ............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1 Alasan Pemilihan Judul ...................................................... 1
1.2 Permasalahan ..................................................................... 6
1.3 Penegasan Istilah ................................................................ 6
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................... 7
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................. 8
BAB II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS .............................. 9
2.1 Landasan Teori ................................................................... 9
2.1.1 Pengertian Shooting dalam Bola Basket ......................... 9
2.1.2 Macam Macam Shooting dalam Permainan Bola Basket 10
2.1.3 Jump shot sebagai Obyek Penelitian .............................. 22
2.1.4 Pengertian Jump Shot Tanpa Awalan dan Jump Shot
Awalan Maju ................................................................. 23
2.1.5 Metode Pelaksnaan Jump Shot ....................................... 24

2.2 Hipotesis ........................................................................... 26
BAB III. METODE PENELITIAN ...................................................... 28

3.1 Populasi ............................................................................. 28

3.2 Sampel dan Teknik Sampling ............................................ 29

3.3 Variabel Penelitian ............................................................ 29


3.4 Instrumen Penelitian .......................................................... 29

3.5 Prosedur Pelaksanaan ........................................................ 30

3.6 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ........................................ 31

3.7 Metode dan Desain Penelitian ............................................ 31

3.7.1 Desain Penelitian .......................................................... 31

3.7.2 Teknik Analisis Data .................................................... 32
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .....................
35

4.1 Hasil Penelitian .................................................................
35

4.1.1 Deskriptif Data Mentah .................................................
35

4.2 Uji Persyaratan Analisis .....................................................
35

4.2.1 Uji Normalitas Data ......................................................
35

4.2.2 Uji Homogenitas Varians ..............................................
36

4.2.3 Uji Linieritas Garis Regresi ...........................................
37

4.2.3.1 Uji Linieritas Antara x1 dan y .....................................
37

4.2.3.2 Uji Linieritas Antara x2 dan y .....................................
38

4.2.3.3 Uji Linieritas Antara x1 dan x2 dengan y ....................
39

4.2.4 Uji Keberartian Model ..................................................
39

4.3 Interpretasi Hasil Penelitian ...............................................
40
4.3.1 Hasil Analisis Korelasi dan Uji Keberartian Efektifitas
Antara Jump Shot Tanpa Awalan terhadap Hasil
Jump shot ....................................................................
40
4.3.2 Hasil Analisis Korelasi dan Uji Keberartian Efektifitas
Antara Jump Shot Awalan Maju terhadap Hasil
Jump Shot ...................................................................
41
4.3.3 Hasil Analisis Korelasi dan Uji Keberartian Efektifitas
Antara Jump Shot Tanpa Awalan, Jump Shot Awalan
Maju terhadap Hasil Tembakan Jump Shot .................
43

4.4 Pembahasan .......................................................................
45

4.4.1 Efektifitas Jump Shot tanpa awalan terhadap hasil
Jump Shot ....................................................................
45


4.4.2 Efektifitas Jump Shot awalan maju terhadap hasil
Jump Shot ....................................................................
45
4.4.3 Efektifitas Jump Shot tanpa awalan dan Jump Shot
awalan maju terhadap hasil tembakan
Jump Shot ....................................................................
46
BAB V.
SIMPULAN DAN SARAN ....................................................
47

5.1 Simpulan ...........................................................................
47

5.2 Saran .................................................................................
47

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
48
LAMPIRAN LAMPIRAN ....................................................................
50


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Tabel hasil deskriptif data mentah ........................................................
35
2. Tabel hasil uji normalitas data ..............................................................
36
3. Tabel hasil uji homogenitas varians ......................................................
37
4. Tabel hasil uji linieritas antara x1 dan y ................................................
38
5. Tabel hasil uji linieritas antara x2 dan y ................................................
38
6. Tabel hasil uji linieritas antara x1 dan x2 dengan y ...............................
39
7. Tabel hasil uji keberartian model ..........................................................
39
8. Hasil output korelasi antara jump shot tanpa awalan terhadap hasil
tembakan jump shot .............................................................................
40
9. Hasil uji keberartian efektifitas antara jump shot tanpa awalan terhadap
hasil tembakan jump shot ...................................................................
41
10. Hasil output korelasi antara jump shot awalan maju terhadap hasil
tembakan jump shot .............................................................................
42
11. Hasil uji keberartian efektifitas jump shot awalan maju terhadap hasil tembakan
jump shot .............................................................................................
43
12. Hasil uji keberartian efektifitas jump shot tanpa awalan, awalan maju
terhadap hasil tembakan jump shot .......................................................
43
13. Uji parsial efektifitas jump shot tanpa awalan, jump shot awalan maju
terhadap hasil tembakan jump shot ....................................................... 44


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Posisi kaki pada saat menembak ............................................................
15
2. Posisi tangan pada saat menembak ........................................................
16
3. Follow trough ........................................................................................
17
4. Dasar gerakan shooting ..........................................................................
18
5. Fase persiapan ......................................................................................
20
6. Fase Pelaksanaan ...................................................................................
21
7. Follow trough ........................................................................................
22
8. Tes jump shot tanpa awalan modifikasi tes tembakan hukuman .............
25
9. Tes jump shot menggunakan awalan maju modifikasi tes tambakan
hukuman ................................................................................................
26


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman
1. Hasil tes tembakan jump shoot ........................................................ 51
2. Hasil tes jump shot tanpa awalan .................................................... 52
3. Hasil tes jump shot menggunakan awalan maju ............................... 53
4. Hasil deskriptif data mentah, uji normalitas data, dan homogenitas
varian ............................................................................................. 54
5. Hasil uji linieritas antara x1 dengan y ............................................. 55
6. Hasil uji linieritas antara x2 dengan y ............................................. 57
7. Hasil uji linieritas antara x1 dan x2 dengan y .................................. 58
8. Hasil Analisis Regresi Ganda .......................................................... 58
9. Daftar petugas pengambil data ........................................................ 60
10. Surat SK pembimbing ..................................................................... 61
11. Surat ijin penelitian ......................................................................... 62
12. Surat keterangan dari PERBASI kota Tegal .................................... 63
13. Foto pelaksanaan penelitian ............................................................ 64
14. SK pembimbing .............................................................................. 66


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul
Dewasa ini olahraga bola basket merupakan salah satu olahraga yang
digemari oleh masyarakat, baik dari kalangan anak-anak sampai orang dewasa. Hal ini
ditandai dengan banyaknya pertandingan yang digelar baik pertandingan antar pelajar
maupun pertandingan antar klub baik ditingkat daerah sampai ditingkat internasional
yang menjadikan olahraga bola basket menjadi lebih populer. Dan juga semakin
bervariasinya pertandingan yang ditambah dengan unsur hiburan seperti three on three,
two on two, one on one, dan streetball yang menjadikan olahraga bola basket dikalangan
anak muda menjadi olahraga yang cukup bergengsi.
Munculnya klub basket dari berbagai daerah di Indonesia dan munculnya
tim-tim kuat dari sekolah maupun perguruan tinggi semakin menambah semarak
persaingan dalam peningkatan prestasi perbasketan di Indonesia, walaupun prestasi
perbasketan Indonesia belum bisa berprestasi, baik ditingkat Asia maupun Internasional.
Bola basket merupakan olahraga yang dimainkan oleh dua regu yang masing-
masing terdiri dari lima orang pemain. Setiap regu berusaha untuk memasukkan bola ke
dalam keranjang regu lawan dan mencegah lawan memasukkan bola untuk membuat
angka/ score. Bola boleh dioper, digelindingkan, atau dipantulkan/ di dribble ke segala
arah, sesuai dengan peraturan dan ketentuan ( PERBASI, 1999:11).
Gerakan dalam permainan bola basket sangat komplek yaitu gabungan dari
jalan, lari, lompat, loncat, dan unsur kekuatan, kecepatan, ketepatan, kelenturan, dan lain-
lain dimana unsur-unsur gerak tersebut terkoordinasi secara rapi sehingga memerlukan
waktu yang cukup lama untuk menguasai teknik dasar. Apabila teknik dasar dalam
permainan bola basket dikuasai dengan mahir, maka akan menunjang keterampilan


bermain selanjutnya. Untuk mencapai prestasi tinggi, setiap pemain harus menguasai
teknik dan taktik sehingga dapat dibentuk satu regu yang kuat dan dapat bermain dengan
baik.
Menembak atau shooting adalah unsur yang menentukan kemenangan dalam
pertandingan, sebab kemenangan ditentukan oleh banyaknya bola yang masuk ke jaring.
Setiap regu yang menguasai bola selalu mencari kesempatan untuk menembak. Setiap
serangan selalu berusaha dapat berakhir dengan tembakan. Oleh karena itu menembak
merupakan teknik dasar yang harus dipelajari dengan baik dan benar serta ditingkatkan
keterampilannya dengan latihan (Perbasi,1999:35).
Keterampilan terpenting dalam permainan bola basket adalah kemampuan
untuk shooting atau menembak yang merupakan inti dari strategi permainan bola basket.
Keterampilan ini merupakan suatu keterampilan yang memberikan hasil nyata secara
langsung (Marta Dinata,2003:6).
Keberhasilan suatu regu dalam permainan bola basket ditentukan oleh
keberhasilan dalam menembak bola ke dalam ring. Untuk dapat berhasil dalam tembakan
diperlukan teknik yang benar. Teknik yang baik menimbulkan efisiensi kerja dan berkat
latihan yang teratur mendapatkan efektifitas yang baik pula. Pada dasarnya gerakan yang
efisien adalah gerakan yang benar tanpa adanya kehilangan tenaga yang sia-sia (Imam
Sodikun,1992:48-49).
Keberhasilan regu dalam permainan selalu ditentukan oleh keberhasilannya
dalam menembak. Untuk dapat berhasil dalam tembakan perlu dilakukan teknik-teknik
yang benar.
Keterampilan menembak perlu dilatih secara terus menerus karena
menembak merupakan suatu keterampilan yang sangat penting. Latihan menembak harus
meliputi semua jenis tipe tembakan dari posisi yang berbeda dan dalam pola yang pemain
sukai. Latihan menembak direncanakan secara sistematis sehingga setiap pemain akan


bisa mempraktekkan yang paling disukai dalam pertandingan. Agar berhasil dengan baik
maka setiap tembakan perlu dilatih secara teratur dengan meperhatikan teknik menembak
yang benar. Vic Ambler (1988:11) mengatakan berlatihlah mengarahkan bola
sedemikian rupa sehingga bola jatuh tepat masuk ke dalam keranjang, latihan
mengarahkan ini bisa dilakukan dari jarak jauh.
Dalam olahraga bola basket setiap pemain harus menguasai tembakan untuk
dapat memperoleh kemenangan. Setiap pemain mempunyai fungsi yang sama yaitu
sebagai penyerang maupun sebagai pemain bertahan.
Pemain yang baik harus mengetahui waktu yang tepat untuk melakukan
tembakan. Ia harus mempunyai keyakinan tembakan yang dilakukannya akan berhasil.
Seorang pemain juga harus bisa mengetahui posisi dimana saat ia harus menembak dan
apakah dalam posisi penjagaan atau tidak.
Salah satu macam shooting adalah jump shot. Dalam permainan bola basket
jump shot adalah tembakan yang sangat penting peranannya. Seorang pemain yang dapat
melakukan tembakan jump shot dengan baik merupakan ancaman yang berbahaya bagi
lawan-lawannya dalam mencetak angka. Apabila ia menguasai bola, ia dapat mencetak
angka setiap saat. Sebab pemain tersebut dapat melakukan tembakan jump shot dari
situasi apapun, misalnya selagi ia melakukan dribble, dari menerima umpan baik dalam
keadaan diam atau bergerak (M. Sajoto,1985:22).
Jump shot merupakan tembakan sangat efektif yang sulit dibendung oleh
lawan, maka perlu dimahirkan menjadi penguasaan para pemain, umumnya para
penembak jump shot yang sudah baik baru melepaskan tembakan saat loncatan mencapai
titik tertinggi (kulminasi saat berhenti di udara, saat akan turun).
Menurut Rachmat Supomo (kutipan skripsi Budi Raharjo,1997:7), Teknik
tembakan jump shot ini terpadu dari dua unsur kemampuan, yaitu:


1. Teknik loncatan harus baik sehingga keseimbangan badan terkontrol sewaktu seluruh
badan ada di udara untuk sementara.
2. Disamping teknik menembaknya sendiri baik, juga harus bisa menentukan timing
(ketepatan saat) pelepasan bola saat melayang.
Jadi untuk dapat melakukan jump shot dengan baik, pemain bola basket harus
melakukan perpaduan dari dua cara teknik tersebut, yang dapat dikuasai dengan latihan
intensif dan teratur serta metode yang baik untuk mencapai prestasi.
Menurut Rachmat Supomo (kutipan skripsi Barlian Afshah W,2001:4) ditilik
dari awalannya serta penolakannya dengan dua kaki bersamaan, maka tembakan
meloncat atau jump shot dapat dibagi dalam :
1. Tanpa awalan, artinya loncatan dilakukan dengan tolakan dari tempat (dari mana
penembak berdiri)
2. Dengan melangkah atau gerakan lain sebagai ancang-ancang (dengan melangkah maju,
mundur, atau ke samping)
3. Dari menggiring bola.
Setelah memperhatikan uraian tersebut di atas, maka penulis berminat untuk
mengadakan penelitian tentang jump shot, yaitu jump shot tanpa awalan dan jump shot
menggunakan awalan maju. Dalam hal ini tembakan jump shot tanpa awalan dilakukan di
tempat si penembak berdiri atau loncatan dilakukan dengan tolakan dari tempat
penembak berdiri. Sedangkan tembakan jump shot menggunakan awalan maju dilakukan
dengan melangkahkan ke depan satu langkah.
Berdasarkan pengamatan di lapangan tembakan jump shot merupakan
tembakan yang efektif untuk mencetak angka. jump shot merupakan tembakan yang sulit
dibedung oleh lawan. karena jump shot mempunyai keunggulan yaitu tangan si penembak
akan lebih dekat dengan ring basket. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis bermaksud
mengadakan penelitian dengan judul :


Efektifitas jump shot tanpa awalan dan jump shot menggunakan awalan
maju terhadap hasil tembakan jump shot pada tim Pra PORDA bola basket putra kota
Tegal tahun 2005 .
Adapun alasan lain pemilihan judul dalam penelitian ini adalah:
1.1.1 Dalam permainan bola basket, ketrampilan yang terpenting adalah kemampuan
untuk shooting atau memasukan bola ke dalam ring karena tembakan yang masuk ke
dalam ring akan mendapatkan angka. Selain itu memasukan bola ke dalam ring
merupakan inti dari strategi permainan bola basket untuk mendapat angka.
1.1.2 Dengan adanya dua cara yang digunakan dalam ketepatan jump shot untuk
mencapai hasil yang lebih banyak, maka perlu usaha pemilihan teknik tembakan yang
lebih efektif dan lebih efisien.
1.1.3 Tembakan jump shot yang dilakukan dengan baik menggunakan teknik yang benar
merupakan tembakan yang tidak dapat dicegah lawan atau susah dibendung.
1.1.4 Berdasarkan pemantauan peneliti di perpustakaan FIK UNNES Semarang belum
ada judul yang serupa.

1.2 Permasalahan
Permasalah dalam penelitian ini adalah :
1.2.1 Efektifkah jump shot tanpa awalan terhadap hasil tembakan jump shot pada tim Pra
PORDA bola basket putra kota Tegal tahun 2005?
1.2.2 Efektifkah jump shot menggunakan awalan maju terhadap hasil tembakan jump shot
pada tim Pra PORDA bola basket putra kota Tegal tahun 2005?


1.2.3 Efektifkah jump shot tanpa awalan dan jump shot menggunakan awalan maju
terhadap tembakan jump shot pada tim Pra PORDA bola basket putra kota Tegal tahun
2005?

1.3 Penegasan Istilah
Agar permasalahan yang dibicarakan dalam penelitian ini tidak meluas dan
menyimpang dari tujuan penelitian serta supaya tidak salah penafsiran istilah yang
digunakan, maka perlu penulis memberikan penegasan istilah yang meliputi :1.3.1
Efektifitas
Efektifitas berasal dari kata efektif yang artinya manjur, mujarab, mempan
(Poerwadarminta,1984:266). Dalam penelitian ini yang dimaksud adalah keefektifan dari
jump shot tanpa awalan dan jump shot awalan maju terhadap hasil tembakan jump shot.

1.3.2 Jump shot
Jump shot berasal dari kata jump dan shot, jump yang artinya meloncat
dan shot artinya menembak. Jadi jump shot adalah tembakan sambil meloncat. Menurut
kamus Istilah Olahraga jump shot adalah tembakan yang dilakukan oleh pemain sambil
meloncat (Depdikbud,1982:81).
Jump shot tanpa awalan adalah tembakan jump shot yang dilakukan dari
tempat si penembak berdiri atau penembak melakuakan loncatan dengan tolakan dari
tempat penembak berdiri. Sedangkan jump shot menggunakan awalan maju adalah
tembakan sambil meloncat yang dilakukan dengan melangkah atau gerakan lain sebagai
ancang-ancang, dalam hal ini ancang-ancang yang digunakan adalah melangkah satu kali
ke depan.


1.3.3 Hasil
Hasil adalah pendapatan, perolehan. (Poewadarminta,1983: 348).
Hasil disini adalah perolehan keefektivan jump shot dari jump shot tanpa awalan dan
jump shot awalan maju.

1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan diadakan penelitian ini adalah :
1.4.1 Untuk mengetahui efektifitas jump shot tanpa awalan terhadap hasil tembakan jump
shot pada tim Pra PORDA bola basket putra kota Tegal tahun 2005.
1.4.2 Untuk mengetahui efektifitas jump shot menggunakan awalan maju terhadap hasil
tembakan jump shot pada tim Pra PORDA bola basket putra kota Tegal tahun 2005.
1.4.3 Untuk mengetahui efektifitas jump shot tanpa awalan dan jump shot menggunakan
awalan maju terhadap hasil tembakan jump shot pada tim Pra PORDA bola basket putra
kota Tegal tahun 2005.

1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Merupakan sumbangan pengetahuan bagi pelatih, pembina, dan pemain bola
basket tim Pra PORDA bola basket putra kota Tegal
tahun 2005 dalam pemilihan teknik jump shot, agar memperoleh kemampuan jump shot
yang baik dalam permainan bola basket.
1.5.2 Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para peneliti untuk mengadakan
penelitian lanjutan.
1.5.3 Untuk mengembangkan ilmu sesuai dengan hasil penelitian.


BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1. Landasan Teori
2.1.1. Pengertian shooting dalam permainan bola basket
Shooting dalam permainan bola basket adalah salah satu teknik menembakkan
bola ke jaring lawan. Dalam bola basket teknik ini paling banyak mencetak angka dan
menentukan kemenangan dalam pertandingan, sebab kemenangan ditentukan oleh
banyaknya bola yang masuk ke ring basket. Setiap regu yang menguasai bola selalu
mencari kesempatan untuk dapat melakukan shooting, oleh karena itu unsur shooting ini
merupakan teknik dasar yang harus dipelajari baik dan benar serta ditingkatkan
keterampilannya dengan latihan. Hal ini didukung dengan pendapat Wissel (2000:43)
yang mengatakan bahwa teknik dasar seperti operan, dribbling, bertahan, rebounding,
mungkin akan mengantarkan pemain untuk memperoleh peluang besar membuat skor,
tetapi tetap saja pemain harus melakukan shooting.
Apabila dalam suatu pertandingan seorang pemain kurang menguasai teknik dasar
permainan tetapi dalam penguasaan teknik menembak atau shooting sangat baik, maka
dalam pertandingan sesungguhnya pemain tersebut merupakan ancaman bagi lawan.
Karena setiap saat ia akan menghasilkan angka. Seperti dikemukakan oleh Imam Sodikun
(1992:59) bahwa Shooting merupakan sasaran akhir setiap bermain. Keberhasilan suatu
regu dalam permainan selalu ditentukan oleh keberhasilan didalam shooting.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dapat diketahui bahwa shooting
merupakan sasaran akhir setiap bermain. Kemenangan suatu regu dalam permainan selalu
ditentukan oleh keberhasilan dalam shooting, untuk dapat berhasil melakukan shooting
dengan baik maka pemain harus menguasai keterampilan dalam melakukan teknik
shooting dengan betul.


Untuk dapat menguasai teknik shooting diperlukan latihan yang teratur dan terus
menerus, latihan juga harus dilakukan untuk semua jenis shooting yang lainnya, pada
pelaksanaan latihan shooting pemain dibiasakan melakukan dengan posisi yang berbeda
sehingga pemain terbiasa dalam melakukan shooting dalam permainan.
Seorang pemain yang baik harus mengetahui kapan waktu yang tepat untuk
melakukan shooting dalam permainan, sehingga shooting yang dilakukannya akan
mendapatkan angka. Oleh karena itu setiap pemain harus mengetahui apakah ia harus
mengoper bola yang ia kuasai kepada teman yang dalam posisi menguntungkan.
Keputusan ini harus diambil dengan segera bila regunya ingin menjadi juara. Karena
pada dasarnya tujuan dari permainan bola basket adalah memasukan bola ke dalam
keranjang lawan sebanyak mungkin, dengan memperhatikan teknik dasar dalam
permainan bola basket.

2.1.2 Macam-Macam Shooting dan Teknik Pelaksanaannya
Dalam permainan bola basket shooting dibagi menjadi dua yaitu :
1.
Tembakan Hukuman
Tembakan hukuman atau tembakan bebas adalah kesempatan yang diberikan pada
seorang pemain untuk mencetak satu angka dari posisi di belakang garis tembakan
hukuman di dalam setengah lingkaran.
2.
Tembakan Lapangan
Tembakan lapangan yaitu suatu percobaan bola ke dalam keranjang lawan selama
waktu permainan atau pertandingan. Tembakan dapat dilakukan oleh setiap pemain
dalam suatu pertandingan dari daerah atau di dalam lapangan yang dibenarkan wasit atau
sesuai peraturan permainan bola basket, tembakan dapat dilakukan baik dengan satu
tangan pada posisi berdiri tegak maupun sambil meloncat. (PERBASI,1999:73)


Sesuai dengan perkembangan bola basket, teknik shooting menurut Imam
Sodikun (1992:59) dibagi menjadi delapan jenis, yaitu :
1. Shooting dengan dua tangan di dada.
2. Shooting dengan dua tangan di atas kepala.
3. Shooting dengan satu tangan.
4. Lay up shot.
5. Shooting di dahului dengan menggiring bola langsung mengadakan lay up.
6. Jump shot dengan satu tangan.
7. Jump shot dengan dua tangan.
8. Hook shot.
Kedelapan shooting tersebut di atas merupakan perpaduan gerak yang didasarkan
dari gerakan tangan dan gerakan kaki.
1. Shooting Dua Tangan dari Dada
Shooting dua tangan dada merupakan teknik yang harus diketahui dan dimengerti
oleh para pemain bola basket. Shooting dua tangan dari dada, dalam permainan sering
dipakai dan cocok untuk pemain putri pemula, dengan alasan bahwa bila sealu di
depan dada, bola akan terlindungi dan kekuatan tangan untuk mendorong lebih besar.
2. Shooting Dua Tangan di Atas Kepala
Jenis shooting ini juga biasa digunakan oleh para pemain basket terutama putri,
karena memerlukan dorongan yang kuat dalam melakukan gerakan menembak
dengan dua tangan di atas kepala.
3. Shooting Satu Tangan Dari Atas Kepala
Shooting dengan satu tangan yaitu melakukan gerakan melepaskan bola ke arah ring
basket dengan menggunakan satu tangan di atas kepala, shooting satu tangan pada
dewasa ini banyak digunakan pemain basket dewasa.


4. Lay up Shot
Lay up shot adalah jenis tembakan yang efektif sebab dilakukan dari jarak yang
sedekat-dekatnya dengan ring basket. Hal ini menguntungkan karena shooting dari
jarak yang jauh dapat diperdekat ke ring basket dengan melalui lompat langkah
lompat. Cara melakukan yang benar adalah dimulai dari menangkap bola sambil
melayang mendarat satu kaki di depan malangkah kaki yang lain melompat ke
atas mendekati ring basket sampai memasakkan bola ke ring basket, baik dengan satu
tangan maupun dua tangan. Cara memasukkan bola dapat langsung ke ring basket
atau melalui pantulan papan yang telah disediakan.
5. Shooting didahului dengan menggiring bola langsung mengadakan lay up
Cara ini dilakukan dengan menggiring bola sendiri ke ring basket. Setelah dekat dari
ring basket kemudian melakukan lay up tergantung pada perkiraan dan ketrampilan
masing-masing. Penangkapan bola dilakukan dari pantulan bola pada lantai sambil
melayang melangkah melompat untuk menembak seperti pada lay up shot yang
dilakukan dengan bola dari teman. Bedanya hanyalah pada saat menerima bola yaitu
dari teman dan dari diri sendiri disaat menggiring.
6. Jump shot Dengan Dua Tangan
Jump shot yang dilakukan dengan baik merupakan tembakan yang tidak dapat
dicegah oleh pertahanan lawanb baik tingginya lompatan yang menyebabkan gerakan
horisontal ke gerakan vertikal. Gerakan dari jump shot dua tangan terdiri dari unsur
loncatan, shooting dan ketepatan waktu pada saat melepaskan bola.
7. Jump shot Dengan Satu Tangan Dari Atas Kepala
Jump shot satu tangan terdiri dari unsur loncatan, shooting dan ketepatan waktu pada
saat melepaskan bola. Kombinasi dari ketiga unsur inilah yang menunjukkan


keberhasilan Shooting. M. Sajoto (1985:22) mengatakan bahwa Apabila seorang
pemain melakukan Jump shot dengan baik, ia merupakan ancaman yang berbahaya
bagi lawan-lawannya untuk mencetak angka setiap saat, apabila ia menguasai bola.
Sebab pemain dapat melakukan jump shot dari situasi manapun, misalnya selagi
melakukan dribble atau menerima umpan dalam keadaan diam atau bergerak.
8. Hook shot
Hook shot merupakan shooting yang sangat baik untuk penyerangan jarak dekat jika
di daerah lawan dijaga dengan kuat sekali, sebab dengan hook shot penembak tidak
perlu mengambil sikap awal menghadap ke ring basket, tetapi dengan sikap miring
atau menyamping jaring dan bola dilepaskan dengan tangan yang berjauhan dengan
jaring. Sehingga pemain bertahan sulit untuk menjaganya, sebaliknya hook shot
diberikan setelah anak dapat menguasai lemparan atau operan kaitan dengan baik.
Menurut A. Sarumpaet tembakan berdasar gerak kakinya di bagi menjadi tiga,
yaitu menembak di tempat, meloncat dan lay up. Permainan bola basket sekarang ini
memerlukan kecepatan dan ketepatan dalam menembak (shooting), dan untuk itu
biasanya pebasket sekarang banyak melatih tembakan luar. Tembakan luar yang
dilakukan itu biasanya tembakan jump shot.
Tembakan jump shot merupakan tembakan yang cukup sulit dilakukan, karena
gerakannya kompleks, terdiri dari rangkaian gerakan meloncat, menembak dan ketepatan
saat melepas bola (A.Sarumpaet, dkk. 1992:233).
Rachmat Supomo mengelompokkan tembakan tembakan jump shot berdasarkan
awalannya menjadi tiga kelompok, yaitu:
1. Tanpa awalan, artinya loncatan dilakukan dengan tolakan dari tempat (dari mana
penembak berdiri)


2. Dengan melangkah atau gerakan lain sebagai ancang-ancang (dengan melangkah,
dapat maju, mundur atau ke samping)
3. Dari menggiring bola (1968:73).
Menurut Rachmat Supomo, teknik jump shot terpadu dari unsur kemampuan
yaitu:
1. Teknik loncatan harus baik sehingga keseimbangan badan terkontrol sewaktu seluruh
badan di udara untuk sementara.
2. Di samping teknik menembaknya sendiri harus sudah baik juga harus bisa
menentukan timing pelepasan bola saat melayang (Kutipan Skripsi Yohanes
Suprawoto, 2000:9)
Menurut Wissel (2000:46-48), semua tembakan dalam permainan bola basket
memiliki mekanika dasar yaitu : pandangan (sight), keseimbangan (balance), posisi
tangan, persejajaran siku dalam, irama menembak, dan follow trough.

1. Pandangan
Pada saat akan melakukan tembakan, pusatkan pandangan mata pada ring, tujukan
hanya pada muka lingkaran ring untuk semua jenis tembakan dari depan ring. Jagalah
pandangan tetap terfokus pada ring, sampai bola mencapai sasaran.
2. Keseimbangan
Keseimbangan akan memberi tenaga dan kontrol irama tembakan. Dalam menembak
posisi kaki adalah keseimbang, rentangkan kaki selebar bahu, jari kaki menghadap ke
depan, kaki pada sisi tangan yang menembak harus di depan, kaki yang lain di
belakang. Posisi kaki ini akan mendapatkan keseimbangan yang baik dalam
melakukan tembakan.


Dalam permainan lompat kangguru kamu harus melompat sebanyak .kali tampa berhenti

Dalam permainan lompat kangguru kamu harus melompat sebanyak .kali tampa berhenti

Gambar 1
Posisi kaki saat menembak
(Summit, 1997:93)
3. Posisi tangan
Untuk menembak posisi tangan perlu diperhatikan. Tempatkan tangan tembak di
belakang bola, jari-jari tangan membuka, sedangkan tangan yang tidak menembak
ditempatkan di belakang bola, posisi ini penting untuk keseimbangan bola saat
menembak.

Gambar 2
Posisi tangan saat menembak
(Summit, 1997:92)


Dalam permainan lompat kangguru kamu harus melompat sebanyak .kali tampa berhenti

4. Persejajaran siku dalam
Pegang bola di depan dan di atas bahu untuk menembak, antara telinga dan bahu.
Pertahankan siku-siku tetap di dalam, saat itu posisi bola sejajar dengan ring basket.
5. Irama menembak
Menembak adalah sinkronisasi antara kaki, pinggang, bahu siku tembak, kelenturan
pergelangan tangan dan jari tangan.
6. Follow through
Setelah melepas bola dari tangan tembak, pertahankan lengan tetap di atas dan tetap
terentang, telapak tangan menghadap ke bawah.

Gambar 3
Follow Trough
(Summit, 1997:95)

Dasar gerakan tembakan yang dikemukakan oleh Joe William adalah:


Dalam permainan lompat kangguru kamu harus melompat sebanyak .kali tampa berhenti

1. Posisi awal untuk shooting seperti menangkap bola.
2. Tanpa menghiraukan gaya shooting yang dilakukan, posisi bola tetap sama, lengan
atas sejajar dengan lantai an lengan bawah di arahkan (ditekuk dengan sudut 90
derajat).
3. Saat melepaskan bola, pergelangan tangan berada di bawah belakang bola.
Kemudian tangan diluruskan menuju sasaran dengan ujung jari untuk menjaga
menuju ring.
4. Sebagai kontrol bola dan memberi busur pada bola yang tepat, bahu, siku,
pergelangan tangan dan bola berada satu garis lurus menuju sasaran (kutipan skripsi
Barlian Afshah W, 2001:13-14)

Gambar 4
Dasar gerakan shooting
(Kutipan skripsi Barlian Afshah. W, 2001:13-14)


Keterangan gambar:
1. Telapak tangan kanan berada di bawah bola.
2. Gerakan memutar pergelangan tangan.
3. Siku membentuk sudut 90 derajat.
4. Gerakan lengan diluruskan ke depan atas menuju ring.
5. Gerakan lecutan pergelangan tangan.
6. Lepasnya bola.

Agar dapat menguasai teknik tembakan yang baik, maka diperlukan metode
latihan yang baik dan berbagai macam variasi latihan sehingga tidak merasa jenuh dalam
melakukan latihan. Latihan menembak berdasarkan mudah atau sulitnya latihan menurut
Rachmat Supomo ditentukan oleh beberapa faktor antara lain:
1. Jarak ring basket dengan penembak
2. Mobilitas penembak
3. Sikap permulaan menembak
4. Frekuensi tembakan
5. Situasi atau suasana penembak
(Kutipan Skripsi Yohanes Suprawoto, 2000:9)
Jump shot dilakukan pada saat lompatan berada pada titik maksimal. Adapun
teknik gerakan jump shot menurut Wissel adalah berikut:
1. Fase persiapan
1. Kaki, bahu terentang lebar
2. Jari-jari kaki lurus
3. Lutut lentur
4. Bahu rileks
5. Tangan yang tidak menembak di bawah bola
6. Tangan yang menembak di belakang bola
7. Ibu jari rileks


Dalam permainan lompat kangguru kamu harus melompat sebanyak .kali tampa berhenti

8. Siku masuk
9. Bola pada posisi tinggi di antara telinga dan bahu
10. Lihat target

Gambar 5
Fase Persiapan
(Wissel, 2000:56)

2. Fase pelaksanaan
1. Lompat, lalu tembak
2. Tinggi lompatan bergantung pada jarak tembakan
3. Rentangkan kaki, punggung
4. Rentangkan siku
5. Lenturkan pinggang dan jari-jari ke depan
6. Lepaskan jari telunjuk


Dalam permainan lompat kangguru kamu harus melompat sebanyak .kali tampa berhenti

7. Laju penyeimbang pada bola sampai terlepas
8. Irama yang sama
9. Lihat target

Gambar 6
Fase Pelaksanaan
(Wissel, 2000:56)

3. Fase follow through
1. Rentangkan lengan
2. Jari telunjuk menunjuk pada target
3. Telapak tangan ke bawah saat menembak
4. Seimbangkan dengan telapak tengan ke atas
5. Lihat target
6. Mendarat dengan seimbang (pada posisi yang sama saat lompat)(2000:54)


Dalam permainan lompat kangguru kamu harus melompat sebanyak .kali tampa berhenti

Gambar 7
Follow Trough
(Wissel, 2000:56)

2.1.3 Jump Shot Sebagai Obyek Penelitian
Jump shot merupakan tembakan yang paling sering digunakan, maka dari itu
harus diberikan kepada pemain dan dilatih sesering mungkin agar penguasaan jump shot
lebih baik dan mahir. Ini seperti dikemukakan oleh Wooden bahwa latihan menembak
harus menitik beratkan, membentuk dan meningkatkan jump shot (1979:97).
Dari macam tembakan yang ada dalam permainan bola basket jump shot
mempunyai keunggulan-keunggulan antara lain :


2.1.3.1 Sesuai dengan tujuan akhir dari permainan bola basket, untuk memperoleh angka
yang lebih banyak dari lawannya para pemain selalu melakukan jump shot dilakukan
dengan cepat sehingga pemain bertahan tidak dapat membendung pemain yang
melakukan jump shot.
2.1.3.2 Bagi pemain yang mempunyai tinggi badan lebih pendek dari pemain bertahan,
jump shot dilakukan untuk menghindari blok dari pemain bertahan.
2.1.3.3 Dengan gerakan meloncat ke atas, jarak ring dengan tangan penembak akan lebih
dekat sehingga persentase masuknya bola lebih banyak karena adanya jarak dan akurasi
tembakan.
2.1.3.4 Jump shot biasanya dilakukan dari daerah medium, maksudnya adalah agar garis
samping tembakan hukuman dan garis setengah lingkaran di dalam daerah hukuman serta
di sekitar daerah tembakan hukuman sampai batas tembakan three point.
Jump shot sangat luas penggunaannya dalam bola basket telah terbukti. Apabila
seorang pemain melakukan jump shot dengan baik, ia merupakan ancaman yang
berbahaya bagi lawan-lawannya untuk mencetak nilai setiap saat apabila menguasai bola.
Sebab pemain tersebut dapat melakukan jump shot dari situasi apapun.


Pengertian Jump Shot Tanpa Awalan Dan Jump Shot Dengan Awalan
Maju
Rachmat Supomo (kutipan skripsi Barlian Afshah W,2001:7) membagi tembakan
jump shot berdasarkan awalan menjadi tiga kelompok, yaitu :
1. Tanpa awalan, artinya loncatan dilakukan dengan tolakan dari tempat (dari mana
penembak berdiri).


2. Dengan melangkah atau gerakan lain sebagai ancang-ancang (dengan melangkah,
dapat maju, mundur, atau ke samping).
3. Dari menggiring bola.
Berdasarkan uraian di atas jump shot tanpa awalan termasuk dalam kategori satu,
sedangkan jump shot menggunakan awalan maju termasuk dalam kategori dua, dimana
jump shot dengan melangkah atau gerak lain sebagai ancang-ancang.
Tembakan jump shot tanpa awalan dilakukan di tempat dimana si penembak
berdiri, hal ini dilakukan dengan tujuan mobilitas dan keseimbangan penembak stabil
sehingga akurasi tembakan terarah namun memiliki kelemahan dimana lompatan dari
penembak kurang maksimal dikarenakan kurangnya ancang-ancang dalam melakukan
lompatan serta tenaga yang dikeluarkan untuk melakukan lompatan akan lebih besar.
Sedangkan tembakan jump shot dengan awalan maju dilakukan dengan melangkah ke
depan satu langkah, tujuannya memperpendek jarak tembakan dan memiliki kelebihan
dimana lompatan yang dihasilkan akan lebih maksimal dan tenaga yang dikeluarkan
untuk melakukan lompatan akan semakin kecil sehingga penembak bisa mengontrol
pelepasan bola saat melayang. Hal ini seperti dikemukakan oleh Rachmat Supomo
(kutipan skripsi Budi Raharjo,1997:7) bahwa teknik loncatan harus baik sehingga
keseimbangan badan terkontrol sewaktu seluruh badan ada di udara untuk sementara dan
teknik menembak harus bisa menentukan timing (ketepatan saat) pelepasan bola saat
melayang.


Metode Pelaksanaan Jump Shot
Dalam melakukan jump shot prinsipnya adalah kepala tengadah, mata tertuju pada
ring, dan berat badan tertumpu pada kedua mata kaki, dengan kedua kaki direntangkan.
Bola dipegang dengan kedua tangan, jari-jari terbuka dan kedua ibu jari di belakang bola
agak masuk untuk menahan bola agar tidak goyah. Bola didorong dengan kedua tangan


dan bola didorong ke depan atas dengan meluruskan kedua tangan. Usahakan agar
kekuatan mendorong tangan kanan dan tangan kiri bersama-sama, sehingga jalannya bola
bisa lurus dari depan badan sampai sampai ke ring basket dengan lintasan bola berbentuk
parabol. Untuk lompatan tidak perlu tinggi-tinggi yang terpenting kaki penembak terlepas
dari lantai (William Joe, 1983:37).
2.1.5.1 jump shot tanpa awalan
Jump shot tanpa awalan dilakukan dengan penembak melakukan lompatan dari
tempat penembak berdiri atau menolak di tempat ia berdiri.

x3

x2

x1

Gambar 8
Jump shot tanpa awalan modifikasi tes tembakan hukuman
(Imam Sodikun, 1992:125)

Keterangan gambar :
x1 Testee siap melakukan jump shot
x2 Petugas memberikan aba-aba untuk melakukan jump shot
x3 Ring bola basket


2.1.5.2 Jump shot menggunakan awalan maju
Jump shot menggunakan awalan maju dilakukan dengan melangkahkan kaki satu
langkah ke depan sebagai ancang-ancang.

x3

x2

x1

Gambar 9
Jump shot dengan awalan maju modifikasi tes tembakan hukuman
(Imam Sodikun, 1992:125)

Keterangan gambar :
x1 Testee siap melakukan jump shot
x2 Petugas memberikan aba-aba untuk melakukan jump shot
x3 Ring bola basket

HIPOTESIS
Sutrisno Hadi (1987:257) menyatakan bahwa : Hipotesis adalah pernyataan yang
masih lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan kebenarannya. Sedangkan
menurut Suharsimi Arikunto (1998:68) Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.


Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah :
2.2.1 Jump shot tanpa awalan efektif terhadap hasil tembakan jump shot pada tim Pra
PORDA bola basket putra kota Tegal tahun 2005.
2.2.2 Jump shot menggunakan awalan maju efektif terhadap hasil tembakan jump shot
pada tim Pra PORDA bola basket putra kota Tegal tahun 2005.
2.2.3 Jump shot tanpa awalan dan jump shot menggunakan awalan maju efektif
terhadap hasil tembakan jump shot pada tim Pra PORDA bola basket putra kota Tegal
tahun 2005.



BAB III
METODE PENELITIAN

Dalam melakukan suatu penelitian harus sesuai dengan metode yang telah
dibakukan, karena berbobot atau tidaknya suatu penelitian ditentukan oleh bagaimana
cara yang digunakan dalam penelitian itu. Seperti pendapat yang mengatakan metodologi,
sebagaiman yang kita kenal sekarang ini memberikan suatu garis yang cermat dan
mengajukan syrat-syarat yang benar, maksudnya adalah untuk menjaga agar pengetahuan
yang didapat dari suatu penelitian akan mempunyai harga yang setinggi-tingginya.
(Sutrisno Hadi, 2000:4).
Penggunaan suatu metodologi penelitian harus dapat mengarah pada tujuan
penelitian supaya dapat dipahami dan hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang
diharapkan, metode penelitian itu terdiri dari :

3.1 Populasi
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung atau
pengukuran kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua
anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya (Sudjana,
1992:6). Populasi menurut Suharsimi Arikunto (1998:115) adalah keseluruhan subyek
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota tim Pra PORDA bola
basket putra kota Tegal tahun 2005 yang berjumlah 10 orang.


3.2 Sampel dan Teknik Sampling
Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti (Sutrisno
Hadi, 1987:187). Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel adalah purposive
random sampling, yaitu semua populasi dijadikan sampel, dalam hal ini anggota tim Pra
PORDA bola basket putra kota Tegal tahun 2005 yang berjumlah 10 orang.

3.3 Variabel Penelitian
Variabel adalah gejala yang bervariasi dan menjadi obyek penelitian (Sutrisno
Hadi, 1993:89).
Dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu :
3.3.1 Variabel bebas
Dalam penelitian ini variabel bebas adalah varibel yang dikenai pengetesan, yaitu:
3.3.2 Jump shot tanpa awalan.
3.3.3 Jump shot dengan awalan maju.
3.3.4 Variabel terikat
Dalam penelitian ini variabel terikat adalah hasil tembakan jump shot

3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data penelitian adalah tes jump
shot menggunakan alat tes modifikasi dari tes tembakan hukuman (Imam Sodikun,
1992:125).
Adapun peralatan yang dipergunakan dalam pelaksanaan penelitian adalah:
3.4.1 Lapangan bola basket
3.4.2 Bola basket


3.4.3 Peluit
3.4.4 Alat-alat tulis

3.5 Prosedur Pelaksanaan
3.5.1 Tes jump shot tanpa awalan
Tes jump shot tanpa awalan dilakukan sebanyak 10 kali dilaksanakan dengan cara
setiap testee melakukan tembakan pertama setelah semua melaksanakan maka
dilanjutkan tembakan yang kedua dan selanjutnya sampai dengan tembakan kesepuluh.
Sebelum tes dilakukan testee diberi kesempatan melakukan percobaan tembakan satu
kali. Tes dilakukan dari daerah free throw.
3.5.2 Tes jump shot dengan awalan maju
Pelaksanaan tes jump shot dengan awalan maju pelaksanaannya hampir sama
dengan tes jump shot tanpa awalan. Hanya pelaksanaannya setelah tes tembakan jump
shot tanpa awalan selesai dilakukan, dimulai dari testee pertama begitu seterusnya sampai
semua melakukan dan dilaksanakan sebanyak 10 kali tembakan.
3.5.3 Tes hasil tembakan jump shot
Tes hasil tembakan jump shot dilakukan sebelum melakukan tes jump shot tanpa
awalan dan tes jump shot dengan awalan maju. Di dilakukan sebanyak 10 kali, tembakan
dilakukan dengan cara hampir sama dengan tes jump shot tanpa awalan dan tes jump shot
dengan awalan maju dan setiap anak diberi kesempatan melakukan percobaan satu kali.
Tes dilakukan di daerah free throw.


3.6 Tempat Dan Waktu Pelaksanaan
3.6.1 Tempat
Tempat penelitian dilaksakan di lapangan bola basket SMP Atmaja Wacana Tegal.
3.6.2 Waktu
Waktu pengambilan data dilakukan pada tanggal 4 Februari 2005 pukul 15.30 WIB.
Pengambilan hasil tembakan jump shot dilakukan sebelum sampel melakukan tes
tembakan jump shot tanpa awalan dan tes jump shot dengan awalan maju.

3.7 Metode dan Desain Penelitian
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode survey yaitu meneliti
subyek secara langsung di lapangan pada saat tes jump shot. Bentuk data dalam penelitian
ini adalah latihan jump shot tanpa awalan dan jump shot dengan awalan maju, dan
ketepatan melakukan tembakan jump shot.
3.7.1 Desain Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan survey tes dengan teknik korelasi,
yaitu suatu cara penelitian dengan mengumpulkan data hasil jump shot tanpa awalan dan
jump shot dengan awalan maju kemudian dikorelasikan dengan data hasil tembakan jump
shot.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian sebagai berikut :

X1 RX1Y
RX1X2Y Y
X2 RX2Y



Keterangan :
X1

: Jump shot tanpa awalan
X2

: Jump shot awalan maju
Y

: Hasil Jump shot
RX1Y
: Hubungan jump shot tanpa awalan terhadap
hasil jump shot
RX2Y
: Hubungan jump shot awalan maju terhadap
hasil jump shot
RX1X2Y
: Hubungan jump shot
3.7.2 Teknik Analisa Data
Sebelum melakukan analisis, terlebih dahulu sejumlah uji persyaratan untuk
mengetahui kelayakan data. Adapun uji persyaratan tersebut meliputi :
3.7.2.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya data yang akan
dianalisis. Adapun uji normalitas menggunakan grafik Normal P-P Plot.
3.7.2.2 Uji Linieritas Dan Uji Keberartian Model Garis Regresi
Uji Linieritas Dan Uji Keberartian Model Garis Regresi menggunakan analisis
varian sebagai berikut :
Sumber Varian
dk
JK
KT
F
Total
N
2
Y
Y

21
1
Regresi (a)
1
(

2
2
Y )2
(Y ) / n
S reg
1
1

2
S res
Regresi (b/a)
1
JKreg = JK(b/a)
S 2 reg = JK(b/a)


Residu
N-2
JK

res = (Y
Y

-
)2
(Y Y

-

)2
i
i
S 2
i
i
res=

n 2

-

Tuna Cocok
K - 2
JK
2
(TC)
JK
S
S 2
TC
TC =

K 2
2
S E
Kekeliruan
N-2
JK(E)
JK
2
( )
S
E
(E ) =

n ? k

Jika F hitung > F table (signifikan 0,05) dinyatakan linier, sebaliknya jika
F hitung < F table ( signifikan 0,05 ) maka dinyatakan tidak linier.
3.7.2.3 Uji Keberartian Efektifitas
3.7.2.3.1 Analisa pertama adalah mencari uji parsial antara jump shot tanpa awalan (X1)
terhadap hasil tembakan jump shot (Y), dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
(Y )( 2
X )�? ( X )(
X ,Y
1

)
a =
1

n
2
2
X ? (
X
1

)
1
( X )(
1
Y )
X Y ?
1
b=
n

(
2

2
X )
X ?
1
1
n
Baru dimasukkan teknik korelasi sederhana :
n
X Y
X Y
X
Y
1

? (
1

)�? (
1

)(
1
)
ry =
[

n 2
2
2
X ? (X ) nY
Y
1
1
( 2 �? ( ) )]
(Sudjana, 1992 : 385)
3.7.2.3.2 Analisa kedua adalah mencari uji parsial antara jump shot dengan
awalan maju (X2) terhadap hasil melakukan tembakan jump shot, dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :


( X )(
2
Y )
(Y )( 2
X
X
X Y
X Y ?
2
2 ) �? (
)(
2

)
a =
2

b =
n

2
n
2
2
X ? (
X
(
2
X )
2

)
2
X ?
2
2
n
Baru dimasukkan teknik korelasi sederhana :
n
X Y
X Y
X
Y
1

? (
1

)�? (
1

)(
1
)
ry =
[

n 2
2
2
X ? (X ) nY
Y
1
1
( 2 �? ( ) )]
(Sudjana, 1992 : 385)


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskriptif Data Mentah
Dari hasil penelitian didapat hasil tes untuk masing-masing variabel. yaitu dapat
dilihat pada lampiran 1,2 dan 3.
Kemudian skor mentah tersebut dicari meannya dan didapat mean untuk jump
shot tanpa awalan sebesar 2.1, jump shot awalan maju sebesar sebesar 2.8, dan hasil jump
shot sebesar 2.5. Setelah diketahui meannya kemudian dilanjutkan analisis selanjutnya
dengan mencari SD. Dari perhitungan didapat SD untuk jump shot tanpa awalan sebesar
0.9944, jump shot awalan maju sebesar 1.3984, dan hasil jump shot sebesar 1.2693 (lihat
tabel 1)
Tabel 1
Descriptive Statistics
Jump shot
Jump shot
Hasil tembakan
tanpa awalan
awalan maju
jump shot
N
10
10
10
Minimum
1.00
1.00
1.00
Maximum
4.00
5.00
5.00
Mean
2.1000
2.8000
2.5000
Std. Deviation
.9944
1.3984
1.2693
Variance
.989
1.956
1.611


4.2 Uji Persyaratan Analisis
4.2.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya data yang akan
dianalisis. Adapun uji normalitas menggunakan kolmogorov-smirnov. Hasil analisis ini


selanjutnya dipakai sebagai pertimbangan untuk menentukan statistik apa yang paling
cocok untuk pengujian hipotesis. Apabila data berdistribusi normal, maka statistik yang
digunakan untuk menguji hipotesis yaitu statistik parametrik yaitu analisis regresi.
Sebaliknya, data tidak berdistribusi normal, maka digunakan statistik non parametik
untuk pengujian hipotesis.
Berikut ini output hasil pengujian normalitas data menggunakan kolmogorov-
smirnov yang dihitung menggunakan program SPSS release 10.
Tabel 2
Tests of Normality
Jump shot
Jump shot
Hasil tembakan
tanpa awalan
awalan maju
jump shot
Kolmogorov-
Statistic
.240
.257
.253
a
Smirnov
df
10
10
10
Sig.
.107
.060
.069
Shapiro-Wilk
Statistic
.888
.878
.904
df
10
10
10
Sig.
.208
.153
.301
a. Lilliefors Significance Correction



`Berdasarkan hasil analisis tersebut telihat bahwa besarnya signifikansi jump
shot tanpa awalan sebesar 0.107 > taraf kesalahan 0,05 sehingga distribusi jump shot
tanpa awalan dinyatakan normal. Signifikansi jump shot awalan maju sebesar 0.060 >
0.05, dan besarnya signifikansi untuk hasil jump shot sebesar 0.069 > taraf kesalahan
0.05. Jelas bahwa signifikansi masing-masing variabel lebih dari taraf kesalahan 0.05,
sehingga dinyatakan normal.


4.2.2 Uji Homogenitas Varians

Prasyarat berikutnya untuk memenuhi analisis yaitu melakukan uji homogenitas
varians data. Uji homogenitas varians data untuk menguji kesamaan beberapa buah
populasi. Adapun hasil uji homogenitas tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 3
Test of Homogeneity of Variances
Levene
Statistic
df1
df2
Sig.
Jump shot tanpa awalan
.182
2
7
.838
Jump shot awalan maju
2.211
2
7
.180
Hasil tembakan jump
1.502
2
7
.287
shot


Berdasarkan hasil analisis pada tabel 3 terlihat bahwa besarnya signifikansi
jump shot tanpa awalan sebesar 0.838 > taraf signifikan 0.05, jump shot awalan maju
sebesar 0.180 > taraf signifikan 0.05, dan hasil tembakan jump shot sebesar 0.287 > taraf
signifikan 0.05. Hasil analisis menunjukan signifikansi masing-masing variabel > 0.05.
Sehingga data variabel-variabel penelitian dinyatakan homogen.

4.2.3 Uji Linieritas Garis Regresi.

Uji kelinieran adalah uji untuk mengetahui apakah antara x1, x2, dan y memiliki
korelasi yang linier atau tidak. Hasil uji linieritas disajikan pada tabel berikut ini :

Uji Linieritas antara x1 dengan y







Tabel 4
ANOVAb
Sum of
Mean
Model
Squares
df
Square
F
Sig.
1
Regression
8.118
1
8.118
10.176
.013a
Residual
6.382
8
.798
Total
14.500
9
a. Predictors: (Constant), Jump shot tanpa awalan
b. Dependent Variable: Hasil tembakan jump shot

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4 diperoleh f hitung sebesar 10.176
(signifikansi 0.013). Hal ini menunjukkan bahwa signifikansi < 0,05 sehingga dinyatakan
bahwa variabel jump shot tanpa awalan memiliki korelasi yang linier dengan variabel
kriterium.
4.2.3.2 Uji Linieritas antara x2 dengan y
Tabel 5
ANOVAb
Sum of
Mean
Model
Squares
df
Square
F
Sig.
1
Regression
8.182
1
8.182
10.360
.012a
Residual
6.318
8
.790
Total
14.500
9
a. Predictors: (Constant), Jump shot awalan maju
b. Dependent Variable: Hasil tembakan jump shot


Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5 diperoleh f hitung sebesar10.360
(signifikansi 0.012). Hal ini menunjukkan bahwa signifikansi < 0,05 sehingga dinyatakan
bahwa variabel jump shot awalan maju memiliki korelasi yang linier dengan variabel
kriterium.


4.2.3.3 Uji Linieritas antara x1 dan x2 dengan y
Tabel 6
ANOVAb
Sum of
Mean
Model
Squares
df
Square
F
Sig.
1
Regression
12.204
2
6.102
18.607
.002a
Residual
2.296
7
.328
Total
14.500
9
a. Predictors: (Constant), Jump shot awalan maju, Jump shot tanpa awalan
b. Dependent Variable: Hasil tembakan jump shot

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 6 diperoleh f hitung sebesar 18.607
(signifikansi 0.002). Hal ini menunjukkan bahwa signifikansi < 0,05 sehingga dinyatakan
bahwa variabel jump shot tanpa awalan dan jump shot awalan maju memiliki korelasi
yang linier dengan variabel kriterium.
4.2.4 Uji Keberartian Model

Uji keberartian model regresi dilakukan untuk mengetahui apakah persamaan
garis regresi yang diperoleh berarti (bermakna) atau tidak untuk digunakan sebagai
prediksi harga kriterium. Hasil uji keberartian dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 7
Coefficientsa
Model
1
Jump shot
Jump shot
(Constant)
tanpa awalan
awalan maju
Unstandardized
B
-.431
.714
.512
Coefficients
Std. Error
.514
.204
.145
Standardized Coefficients
Beta
.559
.564
t
-.839
3.502
3.530
Sig.
.429
.010
.010
Correlations
Zero-order
.748
.751
Partial
.798
.800
Part
.527
.531
a. Dependent Variable: Hasil tembakan jump shot




Dari hasil analisis pada tabel 7 t hitung untuk jump shot tanpa awalan sebesar
3.502 (signifikansi 0.010), jump shot awalan maju sebesar 3.530 (signifikansi 0.010).
Berdasarkan pada hasil penelitian maka jump shot tanpa awalan, dan jump shot awalan
maju memiliki keberartian dalam memprediksi hasil jump shot.

4.3 Interpretasi Hasil Penelitian
4.3.1 Hasil Analisis Korelasi dan Uji Keberartian Efektifitas Jump shot tanpa
awalan terhadap Hasil Jump shot.

Tabel 6 berikut merupakan output hasil analisis korelasi antara jump shot tanpa
awalan dengan ketepatan jump shot.
Tabel 8
Hasil output korelasi antara jump shot tanpa awalan
dengan hasil jump shot
Correlations
Hasil
Jump shot
tembakan
tanpa awalan
jump shot
Jump shot
Pearson Correlation
1.000
.748*
tanpa awalan
Sig. (2-tailed)
.
.013
N
10
10
Hasil
Pearson Correlation
.748*
1.000
tembakan
Sig. (2-tailed)
.013
.
jump shot
N
10
10
*. C
orrelation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


Berdasar output tersebut terlihat bahwa koefisien korelasinya sebesar 0.748
dengan probabilitas sebesar 0.013. Karena probabilitasnya kurang dari taraf kesalahan
5% maka hipotesis yang berbunyi ada korelasi antara jump shot tanpa awalan terhadap
hasil jump shot (alternative 1) diterima. Hal ini menunjukan bahwa terdapat korelasi
antara jump shot tanpa awalan terhadap hasil jump shot sebesar 0.748 pada α = 0.05.


Dapat dikatakan makin jump shot tanpa awalan maka semakin tinggi hasil dalam jump
shot.

Berikut ini hasil uji keberartian efektifitas antara jump shot tanpa awalan
terhadap hasil tembakan jump shot.
Tabel 9
Hasil uji keberartian efektifitas jump shot tanpa awalan
Terhadap hasil tembakan jump shot
Model Summary
Change Statistics
Sig. F
Model
R
R Square
F Change
df1
df2
Change
1
.748a
.560
10.176
1
8
.013
a. Predictors: (Constant), Jump shot tanpa awalan



Berdasarkan output tersebut terlihat bahwa F hitung sebesar 10.176 dengan
probabilitas 0.013. Karena probabilitasnya kurang dari taraf kesalahan 5% makauji
keberartian efektifitas untuk jump shot tanpa awalan diterima.
4.3.2 Hasil Analisis Korelasi dan Uji Keberartian Efektifitas Jump shot awalan
Maju terhadap Hasil Tembakan Jump shot.

Tabel 10 berikut merupakan output hasil analisis korelasi antara jump shot
awalan maju terhadap hasil tembakan jump shot.


Tabel 10
Hasil output korelasi antara jump shot awalan maju
dengan hasil tembakan jump shot
Correlations
Hasil
Jump shot
tembakan
awalan maju
jump shot
Jump shot
Pearson Correlation
1.000
.751*
awalan maju
Sig. (2-tailed)
.
.012
N
10
10
Hasil
Pearson Correlation
.751*
1.000
tembakan
Sig. (2-tailed)
.012
.
jump shot
N
10
10
*. C
orrelation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


Berdasar output tersebut terlihat bahwa koefisien korelasinya sebesar 0.751
dengan probabilitas sebesar 0.012. Karena probabilitasnya kurang dari taraf kesalahan
5% maka hipotesis yang berbunyi ada korelasi antara jump shot awalan maju terhadap
hasil jump shot (alternative 3) diterima. Hal ini menunjukan bahwa terdapat korelasi
antara jump shot awalan maju dengan hasil jump shot dengan kekuatan sebesar 0.751
pada α = 0.05. Dapat dikatakan makin tinggi jump shot awalan maju maka semakin baik
dalam melakukan jump shot.

Berikut ini hasil output uji keberartian efektifitas jump shot awalan maju
terhadap hasil jump shot.
Tabel 11
Hasil uji keberartian efektifitas antara jump shot awalan maju
Terhadap hasil tembakan jump shot
Model Summary
Change Statistics
Model
R
R Square
F Change
df1
df2
Sig. F Change
1
.751a
.564
10.360
1
8
.012
a. Predictors: (Constant), Jump shot awalan maju



Berdasarkan output tersebut terlihat bahwa F hitung sebesar 10.360 dengan
probabilitas 0.012. Karena probabilitasnya kurang dari taraf kesalahan 5% maka analisis
regresi linier untuk jump shot awalan maju diterima.

4.3.3 Hasil Analisis Korelasi dan Uji Keberartian Efektifitas Antara Jump shot
Tanpa Awalan, Jump shot Awalan Maju, Terhadap Hasil Tembakan Jump
shot.

Berdasarkan hasil perhitungan analisis korelasi ganda dengan menggunakan
perhitungan uji keberartian efektifitas diperoleh koefisien korelasi ganda (R) sebesar
0.917 dengan Fhitung 18.607 dengan probabilitas 0.002. Karena probabilitasnya jauh
lebih kecil dari taraf kesalahan yang digunakan (0.05) maka hipotesis yang menyatakan
ada korelasi antara jump shot tanpa awalan, jump shot awalan maju terhadap hasil
tembakan jump shot diterima pada α = 0.05. Analisis tersebut tampak pada hasil output
uji keberartian efektifitas menggunakan SPSS berikut ini.
Tabel 12
Hasil uji keberartian efektifitas antara jump shot tanpa awalan, jump shot
awalan maju terhadap hasil tembakan jump shot
Model Summary
Change Statistics
Model
R
R Square
F Change
df1
df2
Sig. F Change
1
.917a
.842
18.607
2
7
.002
a. Predictors: (Constant), Jump shot awalan maju, Jump shot tanpa
awalan

Berdasarkan hasil penelitian tersebut juga didapat koefisien determinasi antara
jump shot tanpa awalan (x1), jump shot awalan maju (x2) hasil tembakan jump shot (y),


sebesar 0.842. Hal ini menunjukkan bahwa kedua variabel bebas tersebut secara bersama-
sama memberikan efektifitas untuk meningkatkan jump shot sebesar 84.2 %.
Untuk mengetahui efektifitas antara jump shot tanpa awalan, jump shot awalan
maju terhadap hasil tembakan jump shot dapat dilihat dari uji parsial sebagai berikut.
Tabel 13
Uji Parsial Efektifitas Jump shot tanpa awalan, Jump shot awalan maju terhadap
Hasil tembakan jump shot
Coefficientsa
Model
1
Jump shot
Jump shot
(Constant)
tanpa awalan
awalan maju
Unstandardized
B
-.431
.714
.512
Coefficients
Std. Error
.514
.204
.145
Standardized Coefficients
Beta
.559
.564
t
-.839
3.502
3.530
Sig.
.429
.010
.010
Correlations
Zero-order
.748
.751
Partial
.798
.800
Part
.527
.531
a. Dependent Variable: Hasil tembakan jump shot


Berdasarkan output tersebut terlihat bahwa t hitung untuk jump shot tanpa
awalan sebesar 3.502 dengan probabilitas 0.010. Besarnya t hitung untuk jump shot
awalan maju sebesar 3.530 dengan probabilitas 0.010. berdasarkan hasil analisis tersebut
menunjukkan bahwa jump shot tanpa awalan dan jump shot awalan maju secara parsial
efektif terhadap hasil tembakan jump shot. Hal ini dapat dilihat dari probabilitasnya
kurang dari taraf kesalahan 0.05.
Dari tabel tersebut juga dapat dilihat efektifitas dari masing-masing variabel
bebas terhadap hasil tembakan jump shot. Efektifitas dari masing-masing variabel dapat
dilihat pada tabel yaitu untuk jump shot tanpa awalan sebesar
63,7 %, dan jump shot awalan maju sebesar 64 %.


4.4 Pembahasan
4.4.1 Efektifitas jump shot tanpa awalan terhadap hasil jump shot.
Dalam permainan bola basket jump shot adalah tembakan yang sering
digunakan. Seperti yang dikemukakan oleh Wooden (1979:97) bahwa dalam permaian
bola basket modern 80-90% tembakan yang dilakukan dikategorikan tembakan jump
shot.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jump shot tanpa awalan
memiliki efektifitas yang berarti terhadap hasil jump shot. Hal ini dapat dilihat dari
efektifitas yang diberikan terhadap hasil melakukan jump shot sebesar 63,7%.
Dengan demikian jump shot tanpa awalan perlu ditingkatkan lebih tinggi lagi
latihannya dengan metode dan cara latihan yang sesuai dengan karakteristik masing-
masing pemain untuk meningkatkan hasil jump shot.

4.4.2 Efektifitas jump shot awalan maju terhadap hasil melakukan jump shot.
Hasil penelitian menunjukan bahwa jump shot awalan maju memiliki efektifitas
yang berarti terhadap hasil jump shot. Hal ini dapat dilihat dari sumbangan yang
diberikan terhadap hasil melakukan jump shot sebesar 64%.

4.4.3 Efektifitas jump shot tanpa awalan dan jump shot menggunakan awalan maju
terhadap hasil tembakan jump shot.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jump shot tanpa awalan dan jump shot
menggunakan awalan maju terhadap hasil tembakan jump shot memiliki efektifitas yang
cukup berarti. Hal ini ditunjukkan dari hasil yang efektifitas yang diberikan bersama-


sama antara jump shot tanpa awalan dan jump shot menggunakan awalan maju terhadap
hasil tembakan jump shot sebesar 84,2 %.


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam skripsi ini maka dapat
disimpulkan :
5.1.1 Jump shot tanpa awalan memiliki efektifitas terhadap hasil tembakan jump shot
pada tim Pra PORDA bola basket putra kota Tegal tahun 2005.
5.1.2 Jump shot menggunakan awalan maju memiliki efektifitas terhadap hasil tembakan
jump shot pada tim Pra PORDA bola basket putra kota Tegal tahun 2005.
5.1.3 Jump shot tanpa awalan dan jump shot menggunakan awalan maju memiliki
efektifitas terhadap hasil tembakan jump shot pada tim Pra PORDA bola basket putra
kota Tegal tahun 2005.

5.2 Saran
5.2.1 Setelah mengetahui hasil penelitian, penulis memberikan saran kepada pelatih dan
pembina bola basket serta para pemain bola basket diharapkan dalam memberikan latihan
dan melakukan latihan jump shot harus seimbang antara jump shot tanpa awalan dan
jump shot menggunakan awalan maju karena memiliki keefektifan yang cukup tinggi
terhadap hasil jump shot.
5.2.2 Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pembanding bagi peneliti lain terutama
mahasiswa dan Dosen FIK serta insan olahraga lainnya terutama yang berhubungan
dengan basket, sehingga hasilnya lebih sempurna.


Hide BibTeX Record

Ditulis dalam Uncategorized | Leave a Comment »

sepak bola

Desember 14, 2009

Sepak bola adalah salah satu olahraga yang sangat populer di dunia. Dalam pertandingan, olahraga ini dimainkan oleh dua kelompok berlawanan yang masing-masing berjuang untuk memasukkan bola ke gawang kelompok lawan. Masing-masing kelompok beranggotakan sebelas pemain, dan karenanya kelompok tersebut juga dinamakan kesebelasan.

Tujuan permainan

Dua tim yang masing-masing terdiri dari 11 orang bertarung untuk memasukkan sebuah bola bundar ke gawang lawan (mencetak gol). Tim yang mencetak lebih banyak gol adalah sang pemenang (biasanya dalam jangka waktu 90 menit, tetapi ada cara lainnya untuk menentukan pemenang jika hasilnya seri). akan diadakan pertambahan waktu 2x 15 menit dan apabila dalam pertambahan waktu hasilnya masih seri akan diadakan adu penalty yang setiap timnya akan diberikan lima kali kesempatan untuk menendang bola ke arah gawang dari titik penalty yang berada di dalam daerah kiper hingga hasilnya bisa ditentukan. Peraturan terpenting dalam mencapai tujuan ini adalah para pemain (kecuali penjaga gawang) tidak boleh menyentuh bola dengan tangan mereka selama masih dalam permainan.

[sunting] Taktik Permainan

Taktik yang biasa dipakai oleh klub-klub sepak bola adalah sebagai berikut:

  1. 4-4-2 (klasik: empat skipper)
  2. 4-4-2 (dengan dua sayap)
  3. 4-4-1-1
  4. 4-2-4
  5. 4-3-2-1
  6. 4-3-1-2
  7. 4-5-1
  8. 4-3-3
  9. 4-2-3-1
  10. 4-3-3
  11. 4-1-4-1
  12. 3-4-3
  13. 3-5-2 dengan libero
  14. 3-5-2 tanpa libero
  15. 3-6-1
  16. 5-4-1

Taktik yang dipakai oleh sebuah tim selalu berubah tergantung dari kondisi yang terjadi selama permainan berlangsung. Pada intinya ada tiga taktik yang digunakan yaitu; Bertahan, Menyerang, dan Normal.

[sunting] Ofisial

Sebuah pertandingan diperintah oleh seorang wasit yang mempunyai wewenang penuh untuk menjalankan pertandingan sesuai Peraturan Permainan dalam suatu pertandingan yang telah diutuskan kepadanya (Peraturan 5), dan keputusan-keputusan pertandingan yang dikeluarkannya dianggap sudah final. Sang wasit dibantu oleh dua orang asisten wasit (dulu dipanggil hakim/penjaga garis). Dalam banyak pertandingan wasit juga dibantu seorang ofisial keempat yang dapat menggantikan seorang ofisial lainnya jika diperlukan.selain itu juga mereka membutuhkan alat-alat untuk membantu jalannya petandingan seperti:

  1. papan pengganti pemain
  2. meja dan kursi

[sunting] Tim

Setiap tim maksimal memiliki sebelas pemain, salah satunya haruslah penjaga gawang. Kadang-kadang ada peraturan kejuaraan yang mengharuskan jumlah minimum pemain dalam sebuah tim (biasanya delapan).

Sang penjaga gawang diperbolehkan untuk mengambil bola dengan tangan atau lengannya di dalam kotak penalti di depan gawangnya.

Pemain lainnya dalam kedua tim dilarang untuk memegang bola dengan tangan atau lengan mereka ketika bola masih dalam permainan, namun boleh menggunakan bagian tubuh lainnya. Pengecualian terhadap peraturan ini berlaku ketika bola ditendang keluar melewati garis dan lemparan dalam dilakukan untuk mengembalikan bola ke dalam permainan.

Sejumlah pemain (jumlahnya berbeda tergantung liga dan negara) dapat digantikan oleh pemain cadangan pada masa permainan. Alasan umum digantikannya seorang pemain termasuk cedera, keletihan, kekurangefektifan, perubahan taktik, atau untuk membuang sedikit waktu pada akhir sebuah pertandingan. Dalam pertandingan standar, pemain yang telah diganti tidak boleh kembali bermain dalam pertandingan tersebut.

[sunting] Lapangan permainan

Dalam permainan lompat kangguru kamu harus melompat sebanyak .kali tampa berhenti
Dalam permainan lompat kangguru kamu harus melompat sebanyak .kali tampa berhenti

Ukuran lapangan standar

Lapangan yang digunakan biasanya adalah lapangan rumput yang berbentuk persegi empat. Dengan panjang 100-110 meter dan lebar 64-75 meter. Pada kedua sisi pendek, terdapat gawang sebesar 24 x 8 kaki, atau 7,32 x 2,44 meter.

[sunting] Lama permainan

Lama permainan sepak bola normal adalah 2×45 menit, ditambah istirahat selama 15 menit (kadang-kadang 10 menit). Jika kedudukan sama imbang, maka diadakan perpanjangan waktu selama 2×15 menit, hingga didapat pemenang, namun jika sama kuat maka diadakan adu penalti.

[sunting] Lama permainan standar

Sebuah pertandingan dewasa yang standar terdiri dari dua babak yang masing-masing sepanjang 45 menit. Umumnya terdapat masa istirahat 15 menit di antara kedua babak tersebut.

[sunting] Perpanjangan waktu dan adu penalti

Kebanyakan pertandingan biasanya berakhir setelah kedua babak tersebut, dengan sebuah tim memenangkan pertandingan atau berakhir seri. Meskipun begitu, beberapa pertandingan, terutamanya yang memerlukan pemenang mengadakan babak tambahan yang disebut perpanjangan waktu kala pertandingan berakhir imbang: dua babak yang masing-masing sepanjang 15 menit dimainkan. Hingga belum lama ini, IFAB telah mencoba menggunakan beberapa bentuk dari sistem sudden death, namun mereka kini telah tidak digunakan.

Jika hasilnya masih imbang setelah perpanjangan waktu, beberapa kejuaraan mempergunakan adu penalti untuk menentukan sang pemenang. Ada juga kejuaraan lainnya yang mengharuskan pertandingan tersebut untuk diulangi.

Perlu diperhatikan bahwa gol yang dicetak sewaktu babak perpanjangan waktu ikut dihitung ke dalam hasil akhir, berbeda dari gol yang dihasilkan dari titik penalti yang hanya digunakan untuk menentukan pemenang pertandingan.

[sunting] Wasit sebagai pengukur waktu resmi

Wasit yang memimpin pertandingan sejumlah 1 orang dan dibantu 2 orang sebagai hakim garis. Kemudian dibantu wasit cadangan yang membantu apabila terjadi pergantian pemain dan mengumumkan tambahan waktu. Pada Piala Dunia 2006, digunakan ofisial ke-lima.

[sunting] Percobaan penggunaan gol emas dan gol perak

Lihat: Gol perak; Gol emas.

Pada akhir 1990-an, IFAB mencoba membuat pertandingan lebih mungkin berakhir tanpa memerlukan adu penalti, yang sering dianggap sebagai cara yang kurang tepat untuk mengakhiri pertandingan.

Contohnya adalah sistem gol perak yang mengakhiri pertandingan jika sebuah gol dicetak pada perpanjangan waktu pertama, dan gol emas yang mengakhiri pertandingan jika sebuah gol dicetak pada perpanjangan waktu kedua.

Kedua sistem ini telah dihentikan oleh IFAB.

[sunting] Kejuaraan internasional besar

Kejuaraan internasional terbesar di sepak bola ialah Piala Dunia yang diselenggarakan oleh Fédération Internationale de Football Association. Piala Dunia diadakan setiap empat tahun sekali. Lebih dari 190 timnas bertanding di turnamen kualifikasi regional untuk sebuah tempat di babak final. Turnamen babak final yang berlangsung selama empat minggu kini melibatkan 32 timnas (naik dari 24 pada tahun 1998).

Kejuaraan internasional yang besar di setiap benua adalah:

  • Eropa: Piala Eropa atau dikenal dengan nama Euro
  • Amerika Selatan: Copa América
  • Afrika: Piala Afrika
  • Asia: Piala Asia
  • Amerika Utara: Piala Emas CONCACAF
  • Oseania: Piala Oseania

Ajang tingkat klub terbesar di Eropa adalah Liga Champions, sementara di Amerika Selatan adalah Copa Libertadores. Di Asia, Liga Champions Asia adalah turnamen tingkat klub terbesar.

Sepak bola sudah dimainkan di Olimpiade sejak tahun 1900. (kecuali pada Olimpiade tahun 1932 di Los Angeles). Awalnya ini hanya untuk pemain-pemain amatir saja, namun sejak Olimpiade Los Angeles 1984 pemain profesional juga mulai ikut bermain, disertai peraturan yang mencegah negara-negara daripada memainkan tim terkuat mereka. Pada saat ini, turnamen Olimpiade untuk pria merupakan turnamen U-23 yang boleh ditamnbahi beberapa pemain di atas umur. Akibatnya, turnamen ini tidak mempunyai kepentingan internasional dan prestise yang sama dengan Piala Dunia, atau bahkan dengan Euro, Copa America atau Piala Afrika.

Sebaliknya, turnamen Olimpiade untuk wanita membawa prestise yang hampir sama seperti Piala Dunia Wanita FIFA; turnamen tersebut dimainkan oleh tim-tim internasional yang lengkap tanpa batasan umur.

[sunting] Lihat pula

[sunting] Tim dan pemain

  • Tim sepak bola
  • Daftar tim nasional sepak bola
  • Daftar tim sepak bola
  • Pemain sepak bola terkenal
    • Daftar kiper terkenal
    • FIFA 100
  • Daftar pemain sepak bola Indonesia

[sunting] Organisasi

  • Fédération Internationale de Football Association (FIFA)
  • UEFA
  • G-14
  • CONMEBOL
  • CONCACAF
  • AFC
  • Konfederasi Sepak bola Afrika
  • Federasi Sepak bola Oseania

[sunting] Jenis lainnya

  • Sepak bola wanita
  • Sepak bola Paralimpik (untuk orang cacat)
  • Sepak bola ruangan (indoor): five a side football, futsal dan indoor soccer
  • futsal
  • Sepak bola tarkam

[sunting] Elemen permainan

  • Peraturan gol tandang (away goals)
  • Adu penalti, biasanya diwakili oleh 5 pemain dari masing-masing tim.
  • Formasi posisi tim di lapangan
  • Hattrick, terjadi apabila seorang pemain dapat mencetak 3 gol kegawang lawan dalam 1 pertandingan.
  • Taktik dan kemampuan individual catatan mengenai cara bermain sepak bola
  • Posisi posisi pemain

[sunting] Lain-lain

  • Cap jumlah penampilan di timnas
  • Budaya sepak bola
  • Bonek
  • Keributan dalam olahraga

Ditulis dalam Uncategorized | Leave a Comment »