Contoh pengaruh perkembangan Islam di bidang seni budaya

kaligrafi from //pixabay.com/vectors/hadith-prayer-islam-islamic-arabic-1751002/

Kalian tentu tahu tentang kebudayaan Islam yang beragam bentuknya di dunia ini. Kebudayaan Islam merupakan akar pengembangan kebudayaan Arab yang memiliki ciri keislaman dan membentuk corak serta gaya kesenian Islam sesuai dengan perspektif kesadaran Islam. Nah, salah satu wujud hasil kesenian Islam dalam bidang seni rupa, yakni berupa seni tulis kaligrafi.

Seni tulis indah huruf Arab atau yang biasa disebut kaligrafi mulai berkembang pesat dalam sejarah peradaban Islam sejak abad ke-10 M. Seni kaligrafi merupakan sebuah seni menuliskan teks ke dalam bentuk lukisan menggunakan pena, kuas, ataupun alat tulis lainnya yang bisa digambar ke media tertentu. Melalui kaligrafi, seorang muslim dapat menyalurkan bakat seninya yang tak bisa diekspresikan melalui representasi objek-objek benda hidup. Ayat-ayat suci Al-Qur’an lah yang merupakan sumber inspirasi bagi penciptaan seni tulis kaligrafi.

Hubungan kerja sama Arab dan Indonesia membuat kesenian kaligrafi berkembang dan mulai dikreasikan oleh para seniman di Indonesia. Pengaruh budaya Islam terhadap kemunculan seni lukis kaligrafi di Indonesia ditandai dengan adanya bukti yaitu ditemukannya kaligrafi yang telah berkembang di abad ke-11 pada batu nisan makam Fatimah binti Maimun di Gresik (wafat 495 H/1082 M) dan beberapa makam lainnya pada abad ke-15 yang tulisan dalam pahatan nisannya memperlihatkan gaya-gaya kaligrafi.

Seiring berjalannya waktu, kaligrafi tidak hanya dikembangkan sebatas tulisan indah yang berkaidah, tetapi juga mulai dikembangkan dalam konteks seni rupa. Dengan sentuhan Indonesia, kaligrafi mulai dieksplorasi dan turut banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kaligrafi dapat dengan mudah ditemui dalam masjid, rumah, dan tempat-tempat lainnya sebagai hiasan berseni Islam.

Itu tadi pemaparan tentang budaya Islam dalam seni lukis kaligrafi. Bagaimana sobat? sudah tertarik mencoba seni kaligrafi?

Rangga Patriani, Sepbrianti. (2017). Jurnal Buana Pendidikan, Vol. 13 No. 23.

Sangsoko, Agung. (2019). Kaligrafi dalam Sejarah Peradaban Islam.

Lihat Foto

KOMPAS.com

Masjid Menara Kudus, bukti akulturasi budaya pra-Islam dan budaya Islam di bidang seni bangunan.

KOMPAS.com - Pada perkembangan budaya Islam di Indonesia, terjadi akulturasi budaya pra-Islam dan budaya Islam dalam berbagai bentuk, antara lain seni bangunan, seni ukir atau seni pahat, kesenian, seni sastra dan kalender.

Mengutip Sumber Belajar Kemdikbud RI, seni bangunan dan arsitektur Islam di Indonesia bersifat unik dan akulturatif. Seni bangunan zaman perkembangan Islam yang menonjol terutama adalah:

Berikut ini penjelasannya:

Baca juga: Akulturasi dan Perkembangan Budaya Islam

Masjid dan menara

Dalam seni bangunan Islam, adaa perpaduan antara unsur Islam dengan budaya pra-Islam yang sudah lebih duku ada. Seni bangunan Islam yang menonjol adalah masjid. Sebab fungsi utama masjid adalah sebagai tempat ibadah umat Muslim.

Masjid dalam bahasa Arab mungkin berasal dari bahasa Aramik sajada yang artinya merebahkan diri untuk bersujud ketika salat atau sembahyang.

Berdasarkan hadis shahih al Bukhari, Nabi Muhammad SAW menyatakan "Bumi ini dijadikan bagiku untuk masjid (tempat salat) dan alat pensucian (buat tayamum) dan di tempat mana saja seseorang dari umatku mendapat waktu salat, maka salatlah di situ.

Menurut pengertian hadis itu, agama Islam memberi pengertian secara universal terhadap masjid. Artinya, kaum Muslim leluasa beribadah salat di berbagai tempat yang bersih.

Meski begitu, tetap dirasa perlu mendirikan bangunan khusus yang disebut masjid sebagai tempat peribadatan umat Islam.

Masjid juga berfungsi untuk pusat penyelenggaraan keagamaan Islam, pusat mempraktikkan persamaan hak dan persahabatan di kalangan umat Islam. Sehingga masjid dapat dianggap sebagai pusat kebudayaan orang-orang Muslim.

Di Indonesia sebutan masjid serta bangunan tempat peribadatan lain, sesuai masyarakat dan bahasa setempat. Masjid disebut mesjid di Jawa, masigit dalam bahasa Sunda, meuseugit dalam bahasa Aceh, dan masigi dalam bahasa Makassar dan Bugis.

Baca juga: Pengaruh Islam di Indonesia

Lihat Foto

Kemdikbud

Permainan Debus, bukti akulturasi budaya pra-Islam dan budaya Islam bidang kesenian di Indonesia.

KOMPAS.com - Akulturasi budaya pra-Islam dan budaya Islam di Indonesia menjadi bagian dari perkembangan budaya Islam di Indonesia. Bentuk akulturasi tersebut adalah seni bangunan, seni ukir atau seni pahat, kesenian, seni sastra dan kalender.

Tahukah kamu bentuk akulturasi budaya Islam di bidang kesenian?

Akulturasi budaya Islam kesenian

Mengutip Sumber Belajar Kemdikbud RI, pada perkembangan budaya Islam di Indonesia muncul kesenian bernafaskan Islam yang bertujuan untuk menyebarkan ajaran Islam.

Contoh bentuk kesenian hasil akulturasi budaya pra-Islam dan budaya Islam antara lain:

Baca juga: Akulturasi dan Perkembangan Budaya Islam

Permainan Debus

Lihat Foto

Kemdikbud

Permainan Debus adalah bukti akulturasi budaya pra-Islam dan budaya Islam di bidang kesenian.

Istilah debus berasal dari kata tembus. Debus adalah nama sebuah alat yang terbuat dari besi sepanjang 40 sentimeter dengan ujung runcing. Pada pangkalnya diberi alas dari kayu yang diperkuat dengan lilitan pelat baja agar tidak mudah terbelah jika dipukul.

Permainan debus diawali dengan pembacaan ayat-ayat dalam Al Quran dan salawat nabi. Dalam permainan debus, besi ditusukkan ke bagian-bagian tubuh. Anehnya, pemain tidak merasakan sakit atau cedera padahal dalam keadaan sadar.

Permainan debus terdapat di daerah Banten dan Minangkabau.

Pada abad 17 Masehi (1651-1652), Sultan Agung Tirtayasa di Kesultanan Banten menciptakan bentuk latihan bagi prajurit Banten berupa latihan perang atau perkelahian dengan alat yang disebut debus, selain pedang, golok, keris, tombak dan lainnya.

Baca juga: Akulturasi dan Perkembangan Budaya Islam Seni Bangunan

Kesenian debus dipercaya berhubungan dengan tarikat Rifaiah yang dibawa Nuruddin Ar Raniri ke Aceh pada abad ke-16.

Agama dan kebudayaan Islam memberikan pengaruh dan membawa perubahan dalam bidang seni rupa Indonesia, terutama pada seni lukis, seni ukir, dan kaligrafi. Agama Islam melarang penggambaran makhluk hidup secara nyata. Oleh karena itu, para seniman kemudian mengolah kaligrafi sebagai ragam hias. Contoh ragam hias yang juga sekaligus seni ukir adalah kaligrafi. Kaligrafi ini diterapkan pada jirat (nisan) makam dapat ditemukan pada beberapa makam di Kerajaan Samudera Pasai. Makam-makam tersebut menampilkan seni ukir kaligrafi yang indah. Misalnya, makam Sultanah Nahrasiyah yang berhias kaligrafi Surah Yasin dan Ayat Kursi. Selain itu, juga terdapat stilisasi, yaitu penggambaran makhluk hidup secara samar sehingga tidak menyerupai bentuk aslinya.

Dengan demikian, pengaruh agama dan kebudayan Islam dalam perkembangan seni rupa di Indonesia terdapat pada seni kaligrafi di mana terjadi perpaduan antara agama dan seni di dalamnya.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA