Buah dan sayuran apa yang baik untuk jantung?

PORTAL JEMBER - Menjaga kesehatan jantung sekaligus menghindari risiko terkena penyakit jantung dapat dimulai dengan memerhatikan jenis makanan yang dikonsumsi.

Salah satunya, dengan rutin mengonsumsi buah dan sayuran yang telah dikenal sebagai sumber vitamin yang baik, rendah kalori, dan kaya serat.

Dikutip PORTAL JEMBER dari akun Instagram @kementerianpertanian pada 29 Februari 2020, berikut beberapa jenis buah dan sayuran yang baik dikonsumsi untuk menjaga kesehatan jantung.

Bayam, mengandung vitamin K dan nitrat, yang dapat membantu mengurangi tekanan darah sekaligus meningkatkan fungsi arteri.

Brokoli, mengandung sulfurophane, antioksidan yang dapat mencegah penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan serangan jantung.

Tomat dan wortel, mengandung likopen yang membantu menurunkan kolesterol jahat dari aliran darah serta serat yang membantu menghilangkan penyumbatan pada arteri.

Paprika, falvonoid dalam kandungan paprika dapat membantu mencegah penyakit jantung, menurunkan hipertensi, dan menjaga tekanan darah agar tetap normal.

Nanas, kaya akan vitamin A dan C sangat dibutuhkan oleh jantung untuk melawan radikal bebas dan menurunkan kadar kolesterol sehingga kinerja jantung menjadi lebih baik dan kuat.

Apel, mengandung vitamin C, serat, serta flavonoid yang sangat bermanfaat untuk kesehatan jantung.

Bluberi, sangat tinggi serat, vitamin C, vitamin K, mineral, dan atioksidan yang dapat mencegah radikal bebas, menurunkan kolesterol, serta melebarkan pembuluh darah.

Melon, mengandung vitamin A, B6, dan C folat, potasium, serta bermanfaat untuk mencegah hipertensi dan membantu memompa darah ke seluruh tubuh.

Kiwi, memiliki kandungan vitamin C yang tinggi dapat membantu menangkal radikal bebas dalam tubuh dan membuat pembuluh darah menjadi elastis.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo juga mengimbau kepada masyarakat agar meninggalkan pola makan yang buruk. Lalu, menggantinya dengan mengonsumsi pangan lokal, seperti sayur dan buah yang kaya dengan manfaat.

Makanan instan itu jika terus dikonsumsi akan berdampak pada penurunan kesehatan. Pola hidup buruk seperti itu bisa dilawan dengan mendorong diversifikasi pangan dan mencoba menghidupkan pangan-pangan lokal di setiap wilayah, katanya, dalam postingan Instagram @kementerianpertanian. (*)