berikut yang tidak termasuk langkah-langkah politik perhimpunan indonesia adalah

Jakarta -

Perhimpunan Indonesia adalah perubahan nama dari Indische Vereeniging. Organisasi pergerakan Nasional itu bukan hanya berdiri di Indonesia, melainkan juga di Negara Belanda.

Saat itu banyak mahasiswa Indonesia serta orang-orang Belanda yang menaruh perhatian pada nasib Hindia Belanda, mendorong terbentuknya organisasi pergerakan nasional di Negeri Belanda.

Baca juga: Perhimpunan Pelajar Indonesia Dunia Bikin Kajian Jalur Rempah, Ini Hasilnya

Sejarah Indische Vereeniging

Pada 1908, terbentuklah perhimpunan Hindia (Indische Vereeniging) yang merupakan organisasi perhimpunan mahasiswa Indonesia di Belanda.

Indische Vereeniging dipelopori oleh Noto Soeroto dan Sutan Kasayangan. Mulanya Indische Vereeniging merupakan organisasi mahasiswa bersifat sosial-budaya yang menaungi para pemuda Indonesia di negeri Belanda.

Meski berawal dari sebuah perkumpulan sederhana, namun pendirian Indische Vereeniging ini memiliki arti penting, yaitu;

1. Indische Vereeniging membuka pintu keanggotaan bagi seluruh mahasiswa Indonesia di Belanda.

2. Indische Vereeniging bukanlah perkumpulan biasa, karena dalam pasal kedua Anggaran Dasar Indische Vereeniging jelas disebutkan: "memajukan kepentingan-kepentingan bersama dari Indiers di negeri Belanda dan mengadakan hubungan dengan Hindia Belanda".

Menerbitkan Majalah Hindia Poetra

Salah satu perjuangan Indische Vereeniging saat itu ialah dengan menerbitkan buletin yang diberi nama Hindia Poetra. Ide nasionalis yang dibawa oleh Suwardi mampu menumbuhkan keinginan untuk mengadakan publikasi.

Tahun 1916 terbitlah majalah berkala Hindia Poetra, tetapi isinya tidak sama sekali memuat tulisan politik. Untuk menunjukkan sikap nasionalismenya, pengurus organisasi ini kemudian mengubah nama majalah Hindia Poetra dengan Indonesia Merdeka.

Kemudian pada tanggal 14 April 1917, Indische Vereeniging mengadakan pertemuan dengan partai politik Indonesia seperti Sarekat Islam dan Boedi Oetomo di Belanda.

Karena pertemuan tersebut melibatkan partai politik maka sebagian besar diskusi mengandung unsur politis. Terdapat sebuah fakta menarik yaitu digunakannya kata Indonesie (Indonesia) dan Indonesiers (orang Indonesia) oleh Soerjopoetro selama pertemuan berlangsung.

Laporan ini secara jelas dituliskan dalam majalah Hindia Poetra No. 9 tahun 1917. Kemudian kata tersebut menjadi populer di kalangan mahasiswa sebagai kata pengganti Indie (Hindia) dan Indiers (orang Hindia) yang sangat merendahkan kedudukan orang Indonesia.

Oleh karena itu, pada tahun 1922, organisasi tersebut berubah menjadi Indonesische Vereeniging. Dengan demikian penggunaan kata Indonesia secara politis mulai dipakai sejak tahun 1922, untuk menggantikan nama 'Hindia Belanda'.

Sejak berubah menjadi Indonesische Vereeniging tahun 1922, organisasi Indonesische Vereeniging semakin berhaluan politik. Untuk pertama kali kata Indonesische dimaknai secara politis.

Berganti Nama dengan Memakai Istilah "Indonesia"

Selama pendiriannya saat itu, Indische Vereeniging mengalami 2 kali pergantian nama organisasi. Indonesische Vereeniging pada tahun 1922 dan Perhimpunan Indonesia pada tahun 1925 di bawah pimpinan Iwa Kusuma Sumantri.

Tepatnya pada 3 Februari 1925, organisasi Indische Vereeniging berubah namanya menjadi Perhimpunan Indonesia. Tujuannya agar mempertegas prinsip perjuangan organisasi ini.

Sejak terpilihnya Iwa Kusuma Sumantri sebagai ketua yang baru pada 1923, sifat perjuangan politik organisasi semakin kuat. Pemberontakan Perhimpunan Indonesia yang paling fenomenal pada 1925 yang dikenal dengan manifesto politik.

Adapun penggunaan nama Indonesia memiliki arti penting. Pertama, untuk menunjukkan identitas bangsa, bahwa di suatu tempat di atas muka bumi ini ada sebuah bangsa bernama Indonesia. Kedua, bangsa Indonesia memiliki kepribadian sendiri, tidak dapat disamakan dengan kepribadian bangsa Belanda. Ketiga, kata Indonesia menunjukkan tujuan ke arah pembentukan negara nasional yang lebih tegas.

Asas Pokok Perhimpunan Indonesia

Sementara itu, dalam rapat umum 1923, organisasi ini menegaskan tiga asas pokok Perhimpunan Indonesia yaitu;

1. Indonesia menentukan nasib sendiri
2. Indonesia harus mengandalkan kekuatan dan kemauan sendiri
3. Untuk melawan pemerintah kolonial Belanda, bangsa Indonesia harus bersatu.

Nah, itulah sejarah Perhimpunan Indonesia sebagai awal mula gerakan organisasi mahasiswa di tanah air.

Baca juga: Budi Utomo: Tokoh Pendiri, Latar Belakang, dan Tujuan Organisasi


Simak Video "Gegara Omicron Belanda Lockdown Lagi"
berikut yang tidak termasuk langkah-langkah politik perhimpunan indonesia adalah

(faz/faz)