Berikut termasuk bahan yang digunakan pada produksi budidaya sayuran adalah

Berikut termasuk bahan yang digunakan pada produksi budidaya sayuran adalah

Fanisa Aulia Rizki (171510701020)
Penulis adalah mahasiswa Program Studi Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Jember


Keterbatasan lahan pertanian menjadi salah satu kendala besar yang dihadapi masyarakat ketika akan melakuakan budidaya tanaman atau bercocok tanam. Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor, salah satunya jumlah populasi penduduk yang terus meningkat, seiring dengan peningkatan jumlah penduduk banyak lahan pertanian yang beralih fungsi untuk memenuhi kebutuhan papan dengan kata lain dijadikan sebagai tempat tinggal penduduk seperti pembangunan perumahan, swalayan, pembanguanan infrastruktur (jalan tol) dan lain sebagainya. Pergeseran lahan pertanian juga berdampak pada sulitnya pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat yang terus mangalami peningkatan seiring dengan penurunan hasil produksi komoditas pertanian karena penyusutan lahan pertanian. Penurunan hasil produksi komoditas pertanian memberikan kerugian yang cukup besar bagi petani dalam aspek ekonomi. Hasil produksi pertanian lokal yang menurun memicu timbulnya kegiatan impor produk pertanian terutama pada komoditas pangan sehingga dapat menurunkan nilai jual (pemasaran) produk pertanian lokal. Tak bisa dipungkiri kegiatan impor komoditas pertanian terutama produk pangan terus terjadi merupakan salah satu dampak darib alih fungsi lahan pertanian guna untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.

Dikutip dari berita CNBC Indonesia 20/08/2018, menjelaskan bahwa kegiatan impor untuk komoditas hortikultura di Indonesia akan lebih mudah karena tedapat perubahan kebijakan mengenai impor yaitu keluarnya dua peraturan terbaru dari Menteri Peradagangan (Permendag No.64/2018) dan Menteri Pertanian (Permentan No. 24/2018) mengenai ketentuan serta rekomendasi impor produk hortikultura. Senada dengan itu kebijakan terbaru tersebut semakin membuat produk pertanian lokal tertindas karena harus bersaing hebat dengan produk pertanian impor.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) alih fungsi lahan pertanian di Indonesia setiap tahunnya yaitu sekitar 120.000 hektar lahan untuk pertanian yang mengalami pergeseran atau alih fungsi. Penyusutan jumlah lahan pertanian di Indonesia terus terjadi secara signifikan. Alih fungsi lahan pertanian yang terjadi di Indonesia perlu segara diatasi dengan cara melakukan pengelolaan lahan atau mengoptimalkan fungsi lahan pertanian sehingga dapat menghasilkan kualitas dan kuantitas produksi yang tinggi dan dapat memberikan kesejahteraan bagi petani baik ditinjau dari aspek ekonomi maupun sosial sebagai langkah untuk mencapai pertanian berkelanjutan serta dapat memenuhi kebutuhan pangan yang terus bertambah.

Lahan Sempit Bukan Penghalang Bercocok Tanam

Tantangan dalam bercocok tanam dimasa sekarang salah satunya ialah lahan pertanian yang semakin terbatas. Namun hal tersebut bukan berarti tidak dapat melakukan kegiatan bercocok tanam. Bercocok tanam tidak hanya dilakukan pada hamparan lahan yang luas atau hanya dengan menggunakan sistem konvensional saja, akan tetapi ada berbagai macam cara untuk tetap bisa melakukan kegiatan bercocok tanam walaupun dengan kondisi lahan yang sempit. Lahan yang sempit dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk dijadikaan sebagai tempat atau kebun minimalis yang dapat menghasilkan produk pertanian yang diinginkan.

Kegiatan bercocok tanam dapat memberikan manfaat tersendiri bagi orang yang melakukannya (petani) selain dapat memperoleh hasil produk pertanian yang tinggi, memberikan keuntungan secara ekonomi, bercocok tanam juga menjadikan tubuh lebih sehat, menambah unsur keindahan atau mempunyai nilai estetika bagi yang melihatnya serta bercocok tanam juga dijadikan sebagai hobi bagi beberapa orang sehingga dalam pelaksanaannya tidak menimbulkan rasa bosan melainkan senang. Lahan pertanaman yang luas seperti pesawahan identik dengan sistem tanam konvensional yaitu dengan menjadikan tanah sebagai media tanam utama. Akan tetapi perlu diketahui bahwa media tanam yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya tanaman tidak hanya menggunakan tanah saja, seperti bunyi syair pada sebuah lagu Tongkat, kayu dan batu jadi tanaman itu merupakan gambaran betapa kayanya sumberdaya alam yang dimiliki Indonesia. Oleh karena itu, media tanam selain tanah sangat banyak untuk digunakan pada budidaya tanaman seperti menggunakan air, cocopeat, arang sekam, pasir, kerikil, spons, kapas, gabus dan masih banyak yang lainnya. Keterbatasan lahan bukan sebagai penghalang besar ketika akan melakukan kegiatan budidaya tanaman atau bercocok tanam, metode atau sistem penanaman tidak hanya dengan sistem konvensional, banyak metode atau sistem penanaman lain yang dapat digunakan tanpa melibatkan tanah seperti hidroponik, aeroponik dan akuaponik.

Hidroponik merupakan salah satu alternatif yang tepat pada saat kondisi lahan pertanian yang semakin terbatas akibat pergeseran lahan pertanian atau alih fungsi lahan. Teknik bercocok tanam menggunakan hidroponik di Indonesia sudah mulai dikenal sejak tahun 1970 yang merupakan suatu bahan ajar yang diberikan pada salah satu perguruan tinggi di Indonesia. Kemudian sistem budidaya hidroponik mulai dikembangkan sekitar tahun 1980. Perkembangan teknik budidaya dengan sistem hidroponik di Indonesia sangat beragam, sistem substrat merupakan sistem hidroponik yang pertama kali dikembangkan di Indonesia. Tidak jarang orang mengartikan hidroponik sebagai budidaya tanaman tanpa menggunakan media tanah. Hidroponik secara etimologi berasal dari dua suku kata yaitu kata hydro yang memiliki makna air dan ponos yang berarti daya. Sehingga hidroponik dapat diartikan dengan suatu sistem budidaya tanaman yang menjadikan air sebagai komponen utama sebagai media tanam. Sistem budidaya tanaman dengan menggunakan teknik budidaya hidroponik banyak diaplikasikan pada daerah perkotaan karena lahan pertanian yang sudah tidak memadai untuk dijadikan sebagai tempat bercocok tanam atau membudidayakan tanaman secara konvensional seperti pada lahan umumnya.

Dikutip dari berita Kompasiana 28/12/2019, menjelaskan bahwa hidroponik adalah salah satu ilmu yang baru dan digunakan secara komersial selama 40 tahun baru baru ini. Akan tetapi sangat disayangkan, perkembangan sistem budidaya hidroponik di Indonesia termasuk kedalam kategori lambat. Hal tersebut terjadi karena beberapa kelemahan yang dimiliki sistem hidroponik, sehingga perlu untuk dipertimbangkan kembali. Misalnya seperti penggunaan teknologi ketika proses budidaya, perlu tenaga ahli atau yang berwawasan luas terkait teknik budidaya tanaman dengan menggunakan sistem hidroponik serta teknik budidaya dengan menggunakan sistem hidropnik memerlukan investasi yang tinggi.

Hidroponik sangat mudah untuk dibudiayakan sehingga mulai berkembang cepat dimasyarakat, terutama masyarakat perkotaan agar tetap dapat melakukan kegiatan bercocok tanam dengan mudah tanpa harus memiliki lahan pertanian yang luas serta untuk dapat terus menekuni atau mengembangkan kegiatan bertaninya dengan menanam beberapa jenis tanaman seperti tanaman hias dan tanaman hortikultura seperti sayur sayuran dan buahbuahan. Hidroponik dapat dikembangkan secara komersial maupun dikonsumsi pribadi, proses pertumbuhan tanaman yang menggunakan teknik budidaya hidroponik cenderung lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan sistem konvensional. Proses budidaya dengan menggunakan teknik budidaya hidroponik sangat mudah dan efisien yaitu dengan melakukan beberapa tahapan antara lain yaitu pembibitan, persiapan lahan nutrisi, penanaman, perawatan dan panen. Kemudahan dalam budidaya hidroponik juga terbukti dalam hal management waktu, waktu yang diperlukan dalam budidaya tanaman dengan teknik hidroponik lebih cepat atau lebih efisien karena tidak menghabiskan waktu yang lama dalam perawatannya.

Jenis tanaman yang biasa dibudidayakan dengan menggunakan hidroponik adalah dari jenis hortikultura terutama dari jenis sayur sayuran yang mampu memberikan keuntungan tersendiri bagi yang membudidayakan. Metode tanam dengan menggunakan hidroponik mampu mengarahkan untuk penerapan pola hidup lebih sehat dengan melalui budidaya serta mengonsumsi produk hidroponik yang lebih sehat karena pada saat proses budidaya atau pada tahap perawatan seperti pengendalian hama dan penyakit tanaman tidak sering atau tidak banyak menggunakan bahan kimia sintetik (pestisida kimia sintetik), dan tanaman hasil produksi dengan menggunakan teknik hortikultura cenderung memiliki ketahanan yang lebih kuat karena nutrisi dan unsur hara tercukupi. Hal tersebut membuat konsumen lebih tertarik untuk mengonsumsi produk hasil hidroponik yang sehat dan segar. Hidroponik dapat memberikan hasil produksi tanaman yang lebih tinggi karena waktu yang diperlukan dalam proses budidaya menggunakan teknik hidroponik mulai dari pembibitan sampai panen cenderung lebih singkat jika dibandingkan dengan menggunakan teknik budidaya secara konvensional.

Bagi masyarakat perkotaan atau masyarakat pedesaan yang gemar bercocok tanam akan tetapi dihadapkan dengan keterbatasan lahan pertanian, lahan sempit atau bahkan tidak memiliki lahan untuk bercocok tanam sama sekali, itu bukan merupakan penghalang atau hambatan besar sehingga tidak dapat melanjutkan kegiatan bercocok tanam atau budidaya tamnaman. Banyak sekali alternatif lain yang dapat dikembangkan dengan metode bercocok tanam dengan tidak memakai tanah sebagai media tanamnya salah atunya hidroponik. Hidroponik menjadi salah satu alternatif dalam melakukan proses budidaya tanaman, sebagai solusi dalam menghadapi problematika alih fungsi atau pergeseran lahan pertanian. Dengan hidroponik kegiatan bercocok tanam dapat terus berlanjut, hasil produksi tanaman menjadi lebih meningkat dalam waktu yang lebih cepat, dapat memberikan keuntungan atau output yang lebih tinggi atau memiliki nilai jual produk yang tinggi dibandingkan dengan produk lain yang tidak menggunakan hidroponik, dengan teknik budidaya hidroponik maka tanaman budidaya dapat ditanam diluar musim pada jenis tanaman tertentu, serta menghasilkan produk pertanian yang sehat, segar karena minimnya penggunaan bahan kimia sintetik. Hidroponik dapat mendorong pertanian berkelnjutan dengan meningkatkan produktivitas tanaman sehingga kebutuhan pangan dalam negeri dapat terpenuhi.