Berikut ini yang merupakan contoh saluran Islamisasi melalui pendidikan ditunjukkan oleh

Laporan Linda Mandasari

RIAUONLINE, PEKANBARU-Beragam aspek geografi dan geografis persebaran agama di dunia salah satunya agama Islam. Untuk mempelajari suatu agama termasuk agama Islam kita harus dapat memahami proses kelahiran Islam sebagai salah satu dari agama yang ada di dunia.

Saat ini Riau Online akan membahas mengenai Portal Islam, Saluran islamisasi di Indonesia, simak ulasannya berikut ini.

Penyebaran agama Islam di Indonesia berdasarkan kedatangan golongan bangsawan dan rakyat umumnya dan dilakukan secara damai, saluran islamisasi yang berkembang di Indonesia ada 6 yaitu:
Saluran Perdagangan

Indonesia pada tahap permulaan nya ialah melalui saluran perdagangan, sesuai dengan kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 sampai abad ke-16, perdagangan berlangsung antara negeri-negeri di bagian tenggara bagian barat dan timur bahkan Benua Asia yang di mana pedagang pedagang muslim dari Persia Arab dan India turut mengambil bagian nya di Indonesia.

Penggunaan saluran islami jalur perdagangan itu sangat menguntungkan hal ini dapat menimbulkan jalinan di antara masyarakat Indonesia dan pedagang.

Proses islamisasi melalui saluran perdagangan dipercepat oleh kondisi politik dan situasi beberapa kerajaan di mana adipati-adipati pesisir berusaha untuk melepaskan diri dari kekuasaan pusat kerajaan yang sedang mengalami perpecahan.

Hal tersebut dapat digambarkan pada saat mereka berdatangan ke tempat-tempat pusat perdagangan dan kemudian di antaranya ada yang bertempat tinggal baik untuk sementara maupun untuk menetap, setelah itu tempat tinggal mereka berkembang menjadi perkampungan-perkampungan. Perkampungan ini merupakan golongan perdagangan muslim dari negeri-negeri asing yang disebut Pekojan.

Saluran Perkawinan

Ikatan perkawinan merupakan ikatan lahir batin, dengan begitu perkawinan merupakan salah satu dari saluran islamisasi yang paling mudah.

Tujuan dari adanya perkawinan yaitu mencari kedamaian di antara dua individu. Dalam hal ini merupakan suami istri membentuk keluarga yang justru menjadi inti masyarakat dalam, berarti membentuk masyarakat muslim.

Berikut ini yang merupakan contoh saluran Islamisasi melalui pendidikan ditunjukkan oleh


Saluran islamisasi melalui perkawinan antara pedagang atau saudagar dengan wanita pribumi juga merupakan bagian yang erat terjalinnya saluran ini, kemudian diteruskan dengan perkawinan antara Putri kaum pribumi dengan para pedagang Islam.

Melalui jalur perkawinan inilah terlahir seorang muslim yang baru, sebelum menikah mereka diislamkan terlebih dahulu, setelah itu mereka mempunyai keturunan dan lingkungan mereka makin meluas dan akhirnya timbul kampung-kampung atau daerah-daerah dan kerajaan-kerajaan Muslim.

Dari sudut ekonomi para pedagang muslim juga memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi sehingga penduduk pribumi terutama putri putri bangsawan tertarik untuk menjadi istri saudagar saudagar itu.
Saluran Tasawuf

Tasawuf merupakan salah satu saluran yang penting dalam proses islamisasi karena termasuk kategori yang berfungsi untuk membentuk kehidupan sosial bangsa yang meninggalkan bukti-bukti yang jelas pada tulisan-tulisan antara abad ke-13 dan ke 18.

Hal ini berkaitan langsung dengan penyebaran Islam di Indonesia, dalam hal ini para ahli tasawuf selalu berusaha mengamati kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama di tengah-tengah masyarakatnya. Asli tasawuf melakukan pengobatan untuk menyembuhkan penyakit dan lain-lain.

Dengan jalur tasawuf yaitu proses islamisasi dengan mengajarkan teosofi dengan mengkoordinir nilai-nilai budaya bahkan ajaran agama yang diimplementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari dengan mengakomodir nilai-nilai budaya bahkan ajaran agama yang ada yaitu agama Hindu ke dalam ajaran Islam, hal ini tentu saja menjadikan nilai-nilai Islam mudah dimengerti dan diterima oleh masyarakat.

Saluran Pendidikan
Para guru-guru agama, ulama dan juga Raja sangat berperan besar dalam proses islamisasi, mereka menyebarkan agama Islam melalui saluran pendidikan yaitu dengan mendirikan tempat-tempat pengajaran agama Islam seperti pondok pesantren bagi para santri.

Pada umumnya yang seperti kita ketahui bahwa pondok pesantren ini mengajarkan nilai-nilai Islam oleh guru-guru dan juga para kyai bahkan ulama-ulama besar.

Setelah belajar ilmu-ilmu agama dari berbagai kitab, maka akan kembali ke masing-masing kampung atau desa nya untuk menjadi tokoh keagamaan atau menjadi seorang kiai yang menyelenggarakan pesantren lagi.

Saluran Kesenian
Melalui seni seperti seni pahat, seni bangunan, seni ukir, seni tari, seni musik bahkan seni sastra. Contohnya pada seni bangunan masjid terlihat pada masjid kuno Demak Sendang Duwur Agung, Kasepuhan Cirebon masjid Baiturrahman di Aceh, Ternate dan Masjid Agung yang ada di Banten.

Contoh lain dalam seni adalah dengan pertunjukan wayang yang digemari oleh para masyarakat dan juga melalui cerita-cerita wayang itu disisipkan ajaran agama Islam seperti seni gamelan juga dapat mengundang masyarakat untuk melihat pertunjukan tersebut. Selanjutnya diadakan dakwah keagamaan Islam.

Saluran Politik
Ketika seorang Raja memeluk agama Islam, maka rakyat juga akan mengikuti jejak rajanya. Pengaruh kekuasaan Raja memang sangat berperan besar dalam proses islamisasi. Rakyat memiliki sifat kepatuhan yang sangat tinggi dan Raja sebagai panutan bahkan menjadi teladan bagi rakyatnya.

Di Sulawesi Selatan dan Maluku kebanyakan rakyatnya masuk Islam setelah rajanya memeluk agama Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik Raja sangat membantu tersebarnya Islam.

Sekian informasi mengenai Portal Islam, Saluran islamisasi di Indonesia. Semoga informasi yang telah Riau Online berikan bermanfaat bagi pembaca.


Saluran penyebaran Islam di Indonesia dilakukan dengan berbagai cara, antara lain sebagai berikut.

  1. Perdagangan. Perdagangan adalah saluran penyebaran Islam yang paling pertama dan utama. Menurut Tome Pires, sekitar abad VII-XVI M lalu lintas perdagangan di Nusantara sangat ramai. Pada proses ini, para pedagang Nusantara berinteraksi dengan para pedagang asing, termasuk para pedagang Islam dari Gujarat (India) atau Timur Tengah (Mesir dan Arab), yang kemudian saling bertukar pengaruh.
  2. Perkawinan. Para pedagang Islam kemudian bermukim di perkampungan pesisir di Nusantara. Lama-kelamaan, jumlah mereka semakin banyak. Islam pun mulai dikenal oleh penduduk Nusantara. Karakteristik penduduk pesisir yang terbuka terhadap hal-hal baru turut mempermudah penyebaran agama Islam. Para pedagang Islam juga berinteraksi dengan penguasa setempat yang secara perlahan masuk ke lingkaran pusat kekuasaan. Ketika raja-raja dan para bangsawan memeluk Islam, rakyatnya dengan mudah mengikuti. Hal ini menjelaskan mengapa kerajaan-kerajaan Islam Nusantara, seperti Samudera Pasai, Demak, Cirebon, Ternate dan Tidore, berawal dari wilayah pesisir. Perkawinan para pedagang Islam yang bermukim di Nusantara kemudian menikah dengan perempuan-perempuan pribumi, baik rakyat biasa maupun bangsawan. Hal ini berdampak positif terhadap penyebaran agama Islam. Para pedagang yang menikahi para perempuan pribumi mensyaratkan mereka untuk terlebih dahulu memeluk Islam. Anak-anak hasil pernikahan mereka pun cenderung mengikuti agama yang dianut orang tuanya. 
  3. Pendidikan. Perkembangan Islam yang semakin luas mendorong munculnya para ulama dan mubalig. Mereka menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren. Di pondok pesantren, para santri yang datang dari berbagai daerah menimba ilmu keislaman. Setelah lulus pesantren, mereka kemudian menyebarkan Islam di daerah asal mereka. Saluran ini sangat efektif untuk memperluas penyebaran Islam hingga daerah terpencil. Contoh pesantren tersebut, antara lain Pesantren Sunan Giri (Surabaya) yang didirikan oleh Sunan Giri. Santri pesantren ini banyak yang berasal dari Maluku.
  4. Tasawuf. Ajaran tasawuf banyak dijumpai pada cerita babad dan hikayat. Ajaran ini mudah berkembang karena ajaran agama Islam melalui tasawuf disesuaikan dengan pola pikir masyarakat yang masih berorientasi agama Hindu. Tokoh penyebar Islam melalui tasawuf, antara lain Hamzah Fansuri, Syamsuddin as-Sumatrani, Nuruddin ar-Raniri, dan Sunan Bonang.
  5. Kesenian. Agama Islam juga disebarkan lewat kesenian, antara lain lewat seni pertunjukan wayang (oleh Sunan Kalijaga) dan seni musik gamelan (oleh Sunan Bonang). Kesenian sebelumnya tidak dilarang, tetapi diperkaya dengan nilai-nilai keislaman

Dengan demikian, saluran penyebaran Islam di Indonesia adalah perdagangan, perkawinan, pendidikan, tasawuf, dan kesenian.

Indonesia merupakan Negara multikultural, tidak hanya memiliki keragaman adat istiadat, budaya, bahasa dan etnis, tetapi juga memiliki keragaman kepercayaan. Dalam keragaman kepercayaan, meski Hindu dan Budha merupakan agama tertua yang masuk ke Indonesia tetapi saat ini Indonesia merupakan Negara dengan mayoritas pemeluk agama Islam terbesar di dunia.

Dalam sejarahnya, penyebaran agama Islam di Indonesia berlangsung secara cepat. Ajaran yang memuat nilai ketakwaan pada Tuhan, kedamaian, dan kesetaraan antar manusia menarik minat masyarakat Indonesia untuk menerima dan memeluk agama Islam. Hal ini tercermin dengan adanya kerajaan-kerajaan Islam atau kesultanan di berbagai wilayah Indonesia.

Terdapat beberapa saluran penyebaran pengaruh Islam di Indonesia sehingga bisa tersebar dan perkembangannya pesat di nusantara, antara lain melalui saluran perdagangan, saluran perkawinan, saluran tasawuf, pendidikan, dan seni budaya.

Saluran yang digunakan dalam proses Islamisasi di Indonesia pada awalnya melalui perdagangan dari para pedagang Arab, Persia, maupun Gujarat. Hal ini sesuai dengan perkembangan lalu lintas pelayaran dan perdagangan dunia yang ramai mulai abad ke 7 sampai 16 masehi.

Tidak hanya melakukan transaksi niaga, para pedagang dari Arab, Persia dan Gujarat mengenalkan ajaran dan nilai-nilai Islam kepada mitranya dari Indonesia lalu kepada masyarakat sekitar. Sebagai pedagang, mereka bisa bergaul luwes dengan semua orang, sehingga suasana pelabuhan yang ramai menjadi kesempatan baik untuk mengenalkan ajaran Islam.

Selanjutnya, sejumlah pedagang memutuskan untuk menetapkan dan mendirikan perkampungan yang tidak jauh dari pelabuhan maupun Bandar perdagangan. Adanya perkampungan itu membuat interaksi semakin intens dan membuka kesempatan masyarakat sekitar untuk mengenal lebih jauh ajaran Islam, apalagi budi dan suri teladan yang ditunjukan para pedagang semakin menarik banyak orang untuk memeluk agama Islam.

Saluran perkawinan adalah salah satu cara penyebaran Islam di Indonesia. Pedagang muslim yang menetap ada yang menikah dengan putri raja atau putri bangsawan setempat, karena kedudukan pedagang ini terhormat di mata masyarakat. Pihak pedagang mensyaratkan pihak calon istri untuk mengucapkan kalimat syahadat terlebih dahulu sehingga anak-anak hasil pernikahan mereka pun menganut agama Islam yang dianut orang tuanya.

(Baca juga: Wujud Akulturasi Kebudayaan dengan Agama Islam)

Perkawinan dengan putri kalangan bangsawan dan kerajaan juga membawa pengaruh lebih kuat dalam penyebaran Islam karena perkawinan yang membuahkan keluarga muslim yang saleh mempengaruhi istana untuk mendukung penyebaran Islam. Bahkan, semakin banyak kalangan keluarga istana memeluk Islam dan lambat laut kerajaan yang tadinya bercorak Hindu-Budha perlahan menjadi bercorak Islam.

Tasawuf adalah ajaran ketuhanan yang telah bercampur dengan mistik dan hal-hal magis. Kedatangan ahli tasawuf ke Indonesia diperkirakan sejak abad ke 13 yaitu masa perkembangan dan penyebaran ahli-ahli tasawuf dari Persia dan India yang sudah beragama Islam, dan baru berkembang pesat sekitar abad ke 17.

Pengaruh ajaran tasawuf banyak dijumpai dalam seni sastra berupa babad dan hikayat. Ajaran ini terutama berkembang di Jawa karena ajaran Islam melalui tasawuf disesuaikan dengan pola piker masyarakat yang masih berorientasi pada agama Hindu. Adapun tokoh tasawuf nusantara yang terkenal adalah Hamzah Fansuri, Syamsudin as-Sumatrani, Nurrudin ar-Raniri, Sunan Bonang, Syekh Siti Jenar, dan Sunan Panggung.

Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubalig yang menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok pesantren. Pondok pesantren merupakan tempat para pemuda dari berbagai kalangan masyarakat untuk menimba ilmu agama Islam, setelah tamat mereka akan menjadi juru dakwah untuk menyebarkan Islam di daerah masing-masing.

Sebagai lembaga pendidikan Islam, pesantren berperan melahirkan guru agama, kiai, atau ulama. Maka dari pesantren inilah muncul tokoh ulama atau mubalig yang menyebarkan Islam melalui dakwah dan pendidikan. Disamping memberikan dakwah kepada masyarakat, banyak juga lulusan dari pondok pesantren mendirikan pondok-pondok pesantren baru, sehingga saluran pendidikan Islam di Indonesia semakin tersebar.

Berkembangnya agama Islam dapat melalui seni budaya seperti seni bangunan (masjid), seni pahat (ukir), seni tari, seni musik, dan seni sastra. Melalui seni budaya para kalangan ulama seperti Wali Sanga mengajarkan Islam melalui pendekatan budaya agar mudah diterima oleh kalangan masyarakat.

Salah satunya Sunan Bonang yang menciptakan Gending Durama dan kitab Gending Sunan Bonang. Selain itu, ada Sunan Giri yang dikenal sebagai seniman yang menciptakan Gending Asmarandana dan Pucung. Adapun Sunan yang menonjol di antara Wali Sanga adalah Sunan Kalijaga yang memanfaatkan media wayang untuk dakwahnya kepada masyarakat.