Berikan 5 contoh akulturasi yang terjadi di masyarakat

KOMPAS.com - Kebudayaan Indonesia semakin kaya dengan masuknya agama Islam.

Adanya proses akulturasi kemudian membuat kebudayaan baru Indonesia bercirikan kebudayaan asli lokal, Hindu-Buddha, dan Islam.

Hasil proses akulturasi antara kebudayaan praIslam dengan setelah masuknya Islam pun tidak hanya berbentuk kebendaan seperti seni bangunan, seni ukir, dan karya sastra, tetapi juga menyangkut pola hidup dan tradisi masyarakat.

Berikut ini contoh akulturasi budaya Islam dengan budaya lokal dari berbagai bidang.

Seni bangunan

Bangunan yang dapat dijadikan contoh wujud akulturasi budaya lokal dengan Islam di Indonesia adalah masjid, makam, dan keraton.

Di berbagai daerah, bangunan masjid mempunyai berbagai bentuk arsitektur sesuai dengan pengaruh budaya masing-masing.

Sebagai bentuk akulturasi, bangunan masjid selain menjadi tempat beribadah juga mempunyai fungsi sebagai pusat kegiatan sosial, politik dan pendidikan Islam.

Selain masjid, wujud akulturasi kebudayaan lokal dan Islam adalah makam.

Makam biasanya dibuat dengan membangun cungkup atau kijing di atasnya.

Dalam Islam, tidak ada ajaran yang mengharuskan menggunakan dua hal tersebut, karena kijing dan cungkup adalah pengaruh dari kebudayaan Hindu-Buddha yang lebih dulu masuk di nusantara.

Tempat tinggal sultan atau keraton juga salah satu perwujudan akulturasi kebudayaan Islam dengan kebudayaan lokal.

Hal ini dapat dilihat pada bangunan keraton kesultanan Islam di Jawa dan beberapa di Sumatera yang merupakan perpaduan arsitektur budaya setempat dengan kebudayaan Islam.

Baca juga: Masjid-masjid Peninggalan Kerajaan Islam dan Ciri-cirinya

Seni ukir

Ketika kebudayaan Hindu-Buddha masuk ke Indonesia, seni ukir dan pahat berkembang pesat.

Buktinya dapat dijumpai pada relief-relief dan patung yang dibuat pada periode Kerajaan Hindu-Buddha.

Berbeda dengan ajaran Islam, yang melarang untuk melukis ataupun membuat tiruan makhluk hidup seperti patung.

Kendati demikian, berkembangnya pengaruh Islam di nusantara tidak membuat seni pahat dan seni ukir hilang.

Seni ukir tetap berkembang dengan berbagai modifikasi, contohnya dapat dijumpai pada ukiran yang terdapat di masjid dan makam-makam Islam.

Dikembangkan juga seni ukir dengan bentuk tulisan Arab atau kaligrafi yang dicampur dengan ragam hias yang lain.

Baca juga: Masuknya Islam ke Nusantara

Aksara dan seni sastra

Ketika Islam masuk ke nusantara, abjad atau huruf-huruf Arab juga mulai digunakan di Indonesia.

Sebagai bentuk akulturasi, huruf Arab yang digunakan masyarakat setempat menjadi lebih sederhana dan dipakai di daerah-daerah dengan penggunaan bahasa daerah.

Huruf Arab ini lebih dikenal dengan huruf Arab gundul, yang mulanya dipakai di Sumatera lalu menyebar ke seluruh Indonesia.

Dalam bidang sastra, banyak karya yang ditulis pada masa pengislaman di Indonesia.

Adapun karya-karya tersebut adalah sebagai berikut.

1. Hikayat

Hikayat adalah karya sastra yang berisi cerita sejarah yang menarik dan terkadang tidak masuk akal.

Beberapa contoh hikayat yang muncul pada masa pengaruh Islam adalah Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Khaidir, Hikayat Sri Rama, Hikayat Pandawa Lima, dan masih banyak lainnya.

2. Babad

Babad berisi cerita sejarah, yang berisi campuran antara fakta, mitos, dan kepercayaan.

Contoh babad adalah Babad Tanah Jawi, Babad Cirebon, dan Babad Mataram.

3. Suluk

Suluk adalah karya sastra berupa kitab-kitab yang isinya menjelaskan tentang tasawuf.

Salah satu contohnya adalah Suluk Wujil, yang berisi ajaran Sunan Bonang kepada Wujil, yakni seorang kerdil yang pernah menjadi abdi di Kerajaan Majapahit.

Baca juga: Peninggalan Kerajaan Mataram Islam

Kesenian

Berikut ini beberapa bentuk kesenian yang muncul pada saat pengislaman di Indonesia.

1. Permainan debus

Permainan debus adalah tarian yang pada puncak acaranya para penari akan menusukkan benda tajam ke tubuhnya tanpa meninggalkan luka.

Tarian ini diawali dengan pembacaan ayat-ayat Al-Quran dan selawat nabi.

2. Seudati

Seudati adalah tarian dari Aceh yang asilnya dimainkan oleh delapan penari sambil menyanyikan lagu yang isinya selawat nabi.

3. Wayang

Ketika Islam masuk ke Indonesia, wayang yang merupakan kebudayaan asli lokal dan pernah mengalami akulturasi dengan budaya Hindu-Buddha, kembali mengalami penyesuaian.

Misalnya pada bentuk tubuh tokoh, di mana tangannya dibuat sangat panjang untuk membedakan dengan manusia sesungguhnya.

Baca juga: Sejarah Penggabungan Tahun Jawa dan Islam

Kalender

Pada masa kekuasaan Sultan Agung dari Kesultanan Mataram, terjadi penggabungan antara kalender Jawa dengan kalender Islam.

Sultan Agung melakukan beberapa penyesuaian dan perubahan mengenai nama-nama bulan pada tahun Saka.

Misalnya bulan Muharam diganti dengan Sura dan Ramadha diganti dengan Pasa.

Kalender ini dimulai pada 1 Muharam tahun 1043 H atau 1 Sura tahun 1555 Jawa, tepatnya pada 8 Agustus 1633.

Tradisi

Sampai saat ini, masyarakat muslim Indonesia masih melakukan upacara-upacara ritual yang memadukan tradisi setempat dengan kebudayaan muslim.

Misalnya Hari Raya Idul Fitri, yang dirayakan dengan silaturahmi antarkeluarga dan tetangga.

Kemudian sebagai bentuk dari rasa hormat terhadap orang tua dan nenek moyang, masyarakat muslim Indonesia juga menjalankan tradisi berziarah.

Selain itu, masyarakat Jawa juga melakukan berbagai kegiatan selamatan dengan bentuk kenduri yang dilakukan pada waktu tertentu.

Referensi:

  • Kau, Sofyan A.P dan Kasim Yahiji. (2018). Akulturasi Islam dan Budaya Lokal: Studi Islam tentang Ritus-ritus Kehidupan dalam Tradisi Lokal Muslim Gorontalo. Malang: Inteligensia Media.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA