Dibalik keindahan warna yang ditampilkan tersimpan fakta bahwa bahan yang digunakan untuk pewarna produk tekstil ternyata lumayan banyak lho. Tidak hanya terbatas pada bahan pewarna alami saja namun saat ini dikembangkan pula sumber pewarna baru yang lebih praktis dari sisi pemakaian dan lebih banyak jumlahnya. Pengertian Pewarna Tekstil Pewarna tekstil dapat didefinisikan sebagai salah satu unsur yang memiliki peran sangat penting dalam visualisasi suatu produk tekstil. Baik itu dalam bentuk benang, bahan kain, pakaian dan berbagai macam jenis produk kerajinan tekstil lainnya keberadaan bahan pewarna mutlak diperlukan. Sumber : http://www.handmadelife.com.au/ Tujuan utama digunakannya zat warna pada bahan tekstil yaitu untuk memperbaiki atau meningkatkan warna suatu produk sehingga menciptakan citra tertentu yang membuat produk tekstil jadi lebih menarik. Dengan demikian produk tekstil yang dihasilkan akan memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Sumber : https://shop.lauritzengardens.org/ Jenis-Jenis Bahan Pewarna Tekstil Berdasarkan sumbernya zat pewarna tekstil sendiri secara umum dapat dibedakan menjadi dua varian yakni berupa zat pewarna alami (natural dye) dan zat pewarna sintetis (synthetic dye). Bila pewarna alami itu sumber utamanya dari tumbuhan maka pewarna sintetis biasanya dibuat dari suatu zat kimia. 1. Zat Pewarna Alami Zat pewarna alami (natural dyes) merupakan zat warna yang diperoleh dari ekstrak tumbuhan baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahan pewarna alam yang bisa digunakan untuk tekstil dapat diambil pada tumbuhan bagian daun, buah, kulit kayu, kayu atau bunga. Sumber : https://www.allfiberarts.com/ Beberapa jenis tanaman penghasil warna yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pewarna alami diantaranya berupa tarum, jambu biji, kunyit, indigofera, jalawe, teh, secang, bawang merah, kelapa, kesumba, manggis, serta tanaman tingi, jambal dan tegeran. Sumber : https://www.folkfibers.com/ a. Tarum Tarum merupakan bahan alami pewarna kain yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan warna biru. Bagian tanaman yang diambil adalah daunnya. b. Jambu Biji Jambu biji merupakan bahan alami pewarna kain yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan warna hijau. Sama halnya dengan tarum, bagian tanaman jambu biji yang diambil adalah aunnya. b. Kunyit Kunyit (Curcuma domestica val) merupakan tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan warna kuning. Bagian tanaman yang diambil adalah rimpang atau umbi akar. c. Indigofera Indigo (Indigofera tinctoria) merupakan tanaman perdu yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan warna biru. Bagian tanaman yang diambil adalah daun/ranting. d. Jalawe Jalawe (Terminalia bellirica) merupakan jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan warna hijau kecoklatan. Bagian tanaman yang diambil adalah bagian kulit buahnya. e. Teh Teh (Camelia sinensis) merupakan tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan warna coklat. Bagian yang diolah menjadi pewarna adalah daun yang telah tua. f. Secang Secang (Caesaslpinia Sapapan Lin) merupakan tanaman keras yang diambil bagian kayu, untuk menghasilkan warna merah. Warna merah ini didapat dari hasil oksidasi, setelah sebelumnya dilakukan pencelupan berwarna kuning. g. Bawang Merah Bawang merah (Allium ascalonicium L) merupakan tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan warna jingga kecoklatan. Bagian yang diolah menjadi pewarna adalah bagian kulit. h. Kelapa Kelapa (Cocos nucifera) merupakan jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan warna krem kecoklatan. Bagian yang dijadikan bahan pewarna adalah sabut kelapa atau biasa disebut sepet. i. Kesumba Kesumba termasuk dalam kelompok buah rambutan yang dapat dimanfaatkan untuk pewarna alami kain namun buah ini tumbuh liar di hutan. Bagian penting dari buah ini yang akan dijadikan pewarna yaitu bijinya. j. Manggis Memiliki kulit buah yang cukup unik, buah manggis juga mempunyai banyak manfaat termasuk untuk mewarnai kain putih polos. Bagian kulit buah manggis ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber warna merah, merah keunguan dan ungu. k. Tanaman Tingi, Jambal dan Tegeran Tanaman tingi (Ceriops condolleana), jambal (Pelthopherum pterocarpum) dan tegeran (Cudrania javanensis) dapat diambil kulit dan kayunya kemudian dicampur menjadi satu untuk menghasilkan warna soga pada kain batik. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal setidaknya terdapat tiga tahap proses pewarnaan alam yang harus dikerjakan, yakni berupa: a. Proses mordanting (proses awal/pre-treatment).b. Proses pewarnaan (pencelupan). c. Proses fiksasi (penguatan warna). Khusus untuk proses fiksasi terdapat tiga jenis bahan yang sering digunakan karena pengaruhnya cukup aman terhadap lingkungan. Bahan fiksasi ini selain menguatkan ikatan zat warna alam dengan kain juga sangat menentukan arah warna yang berbeda. a. Tawas menghasilkan warna muda sesuai warna aslinya.b. Kapur menghasilkan warna menengah atau arah kecoklatan. c. Tunjung menghasilkan warna yang lebih tua atau mengarah ke warna hitam. Zat pewarna alami umumnya mudah diserap oleh bahan tekstil yang sama-sama terbuat dari bahan alami seperti halnya serat tumbuhan dan serat hewan, tetapi tidak dengan tekstil bahan sintetis. a. Serat Alam Dari Tanaman Serat alam yang diperoleh dari tanaman dinamakan serat selulosa (cellulose). Ciri paling khas dari serat selulosa yang membedakannya dengan serat lain yaitu:
Contoh serat yang termasuk ke dalam jenis ini antara lain serat dari batang tanaman misalnya serat flax (linen) dan rami, serat dari buah, serat dari daun dan serat dari biji misalnya serat kapas. b. Serat Alam Dari Hewan Serat alam yang diperoleh dari serat hewan tersebut dinamakan serat protein (proteine). Ciri paling khas dari serat proteine yang membedakannya dengan serat lain yaitu:
Contoh serat alam yang diperoleh dari hewan antara lain berupa serat rambut unta (camel) dan kelinci, serat wol dari bulu domba/biri, serat sutra dari kepompong ulat sutera. 2. Zat Pewarna Sintetis Zat pewarna sintetis merupakan zat pewarna buatan yang diciptakan menurut reaksi-reaksi kimia tertentu sehingga sifatnya lebih stabil. Zat warna ini umumnya sangat mudah dijumpai karena ketersediaannya sangat melimpah dan memiliki keragaman warna yang sangat banyak bila dibandingkan pewarna alami. Sumber : https://www.ebay.co.uk/ Zat warna sintetis dapat menghasilkan warna yang pas dan juga sangat mudah diserap oleh bahan tekstil dari kategori serat alami maupun tekstil berbahan serat sintetis. Tapi sayangnya pewarna sintetis ini juga mempunyai kelemahan yaitu belum tentu aman untuk manusia dan alam. Sumber : https://jandjcrafts.ca/ Zat perwarna sintetis yang biasa dipakai dalam industri tekstil biasanya merupakan turunan hidrokarbon aromatik seperti benzena, toluena, naftalena dan antrasena yang diperoleh dari arang batubara (coal, tar, dyestuff). Berikut beberapa contoh bahan pewarna sintetis yang biasa dipakai dalam industri tekstil. a. Zat Warna Direk Zat warna direk termasuk ke dalam jenis zat warna yang dapat mencelup serat selulosa secara langsung dengan tidak memerlukan sesuatu senyawa mordan. Beberapa jenis zat warna direk dapat mencelup serat-serap protein. b. Zat Warna Asam Zat warna asam merupakan zat warna yang dalam pemakaiannya memerlukan bantuan asam mineral atau asam organik untuk membantu penyerapan warna. Zat warna asam banyak digunakan untuk mencelup serat protein dan poliamida. c. Zat Warna Basa Zat warna basa termasuk golongan zat warna yang larut dalam air. Sifat utama dari zat warna basa adalah warnanya sangat cerah, intensitas warnanya sangat tinggi namun ketahanan sinar dan ketahanan cucinya kurang baik. d. Zat Warna Napthol Zat warna napthol merupakan zat warna sintetis yang terdiri dari komponen naptol sebagai komponen dasar dan garam diazonium (garam naptol) yang menjadi komponen pembangkit warna. Untuk melarutkan dalam air zat warna ini sendiri diperlukan zat pembantu kostik soda. e. Zat Warna Belerang Zat warna belerang biasa untuk mewarnai kain katun menjadi gelap. Zat warna ini umumnya tidak larut di dalam air, tetapi dapat larut dalam larutan natrium sulfida sebagai larutan pereduksi, dengan atau tanpa penambahan natrium karbonat. f. Zat Warna Pigmen Zat warna pigmen sebenarnya merupakan zat warna yang tidak larut dalam segala macam pelarut karena tidak mempunyai afinitas terhadap segala macam g. Zat Warna Dispersi Zat warna dispersi merupakan jenis bahan pewarna yang kelarutannya kecil dalam air dan merupakan kelarutan dispersi, terutama digunakan untuk mewarnai serat-serat sintetik yang bersifat hidrofob misalnya poliester. h. Zat Warna Bejana Zat warna bejana termasuk golongan zat warna yang tidak larut dalam air dan tidak dapat mewarnai serat selulosa secara langsung. Dalam pemakaiannya, zat warna ini harus direduksi terlebih dahulu membentuk larutan. i. Zat Warna Bejana Larut (Indigosol) Zat warna bejana larut atau Indigosol merupakan zat warna yang ketahanan lunturnya baik, berwarna rata dan cerah. Warna dari indigosol ini dapat timbul setelah dibangkitkan dengan natrium nitrit dan asam sulfat atau asam florida. j. Zat Warna Reaktif Zat warna reaktif merupakan zat warna yang larut dalam air dan mengadakan reaksi dengan serat selulosa, karena itulah daya tahan warna dan sinarnya sangat baik. Zat warna ini bisa digunakan untuk pencelupan dan pencapan (printing) bahan kain. Perbedaan Pewarna Alam dan Sintetis Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa zat pewarna alami ( dan zat pewarna sintetis secara umum jelas memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Beberapa hal yang membedakan kedua jenis bahan pewarna tekstil tersebut yaitu:
Sekalipun ketersediaan zat warna sintetis lebih terjamin, bahannya lebih mudah diperoleh dan penggunaannya lebih praktis namun penggunaan zat warna alam yang merupakan kekayaan budaya warisan nenek moyang sampai sekarang masih tetap dijaga lho. Bahkan belakangan ini pemanfaatannya justru kian meningkat. Teknik Pewarnaan Bahan Tekstil Dengan memanfaatkan berbagai bahan pewarna yang sudah disebutkan di atas, pewarnaan kain dalam industri tekstil secara umum dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu proses yarn dyeing dan proses fabric dyeing. 1. Yarn Dyeing Yarn dyeing atau pencelupan benang dapat didefinisikan sebagai proses mewarnai/memberi warna pada benang secara merata. Proses ini umumnya hanya perlu dilakukan pada benang-benang yang membutuhkan warna, sedangkan untuk benang yang putih atau natural tidak perlu dicelup. Untuk melakukan proses pencelupan benang sendiri, bahan pewarna benang yang dipakai harus disesuaikan dengan jenis benangnya.
Dewasa ini yarn dyeing biasa dilakukan dalam bentuk cone (cheese) maupun dalam bentuk hank menggunakan package dyeing machine. Dari proses ini akan diperoleh yarn dyed yang kemudian kemudian bisa diproses lebih lanjut (dengan cara weaving atau knitting) menjadi bahan kain. 2. Fabric Dyeing Proses fabrik dyeing kurang lebih sama dengan proses pencelupan benang, hanya saja yang dicelup atau diwarnai bukan benang melainkan lembaran kain. Dalam proses ini jenis zat warna yang dipergunakan harus sesuai dengan jenis kain yang akan dicelup supaya hasil yang didapatkan jadi lebih maksimal. Berdasarkan teknologi yang digunakan proses fabric dyeing secara umum dapat dilakukan dengan sistem batch maupun continuous dyeing.
Selain menggunakan kedua metode di atas, proses pewarnaan kain sebenarnya dapat juga dilakukan dengan system printing sehingga menghasilkan kain dengan desain tertentu. Mesin printing yang biasa dipakai untuk membuat printed fabric bisa berupa flat screen printing machine atau rotary printing machine.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pewarnaan bahan tekstil diantaranya:
Demikian pembahasan singkat mengenai jenis bahan pewarna dan aplikasinya dalam industri tekstil. Kalau sahabat Fitinline kebetulan sedang mencari bahan kain berkualitas untuk membuat sandang atau keperluan lainnya anda bisa melihat-lihat dulu koleksi kain kami Di Sini. Semoga bermanfaat.
Belum ada komentar untuk saat ini. Close |