Bahan pengawet yang diperbolehkan untuk mengawetkan makanan adalah

Ketahui berbagai jenis pengawet makanan yang di dalamnya menggunakan bahan kimia dan bisa membahayakan kesehatan.

Bahan pengawet yang diperbolehkan untuk mengawetkan makanan adalah

Klikdokter.com, Jakarta Industri makanan saat ini sudah berkembang pesat, sehingga banyak jenis makanan yang diperkenalkan kepada masyarakat lewat berbagai platform. Meski demikian, Anda harus tetap waspada terhadap bahan pengawet makanan tersebut, yang mungkin saja mengandung bahan kimia berbahaya.

Seputar pengawet makanan

Makanan sehat sebenarnya adalah makanan yang tidak mengandung bahan yang dapat merugikan tubuh ketika dikonsumsi. Sayangnya, untuk memperkaya mutu dari makanan, biasanya produsen menambahkan bahan tertentu.

Baca Juga

Tak jarang, bahan yang ditambahkan tersebut kerap menggunakan bahan kimia dan mungkin dapat menimbulkan masalah kesehatan. Bahan ini pun ditambahkan secara sengaja bukan untuk menambah citarasa, warna, tekstur dan penampilan dari makanan, tetapi untuk membuat makanan lebih tahan lama ketika disimpan.

Di antara beragam pewarna, pengawet, penyedap rasa, pemucat, pengental, dan antioksidan, bahan pengawet termasuk yang paling sering digunakan untuk meningkatkan mutu makanan sekaligus memperpanjang umur makanan, sehingga terhindar dari pertumbuhan kuman penyebab penyakit.

Pengawet makanan sendiri ditambahkan dalam makanan dengan berbagai cara. Berikut ini adalah beberapa bentuk teknik penambahan bahan pengawet dalam makanan:

  1. Pencampuran. Untuk bahan makanan berbentuk cairan atau setengah cair.
  2. Pencelupan. Diberikan kepada bahan makanan berbentuk padat.
  3. Penyemprotan. Dapat ditambahkan dalam makanan padat yang membutuhkan konsentrasi bahan pengawet cukup tinggi karena makanan mudah rusak.
  4. Pengasapan. Teknik ini digunakan untuk bahan makanan yang dikeringkan.

Selain tekniknya, jika pembuat makanan ingin menambahkan bahan pengawet harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut:

  1. Kualitas tidak berubah
  2. Mudah dilarutkan
  3. Aman dalam dosis pemakaian
  4. Aktivitasnya tidak menghambat enzim pencernaan
  5. Meningkatkan umur penyimpanan makanan

Meski terdapat bahan pengawet makanan yang dianggap aman, Anda tetap perlu waspada saat akan membeli produk makanan. Selain itu, ketahui tingkat keamanan bahan pengawet yang digunakan dalam makanan tersebut.

Bahan pengawet bisa terbuat dari bahan alami maupun kimia. Nah, berikut ini adalah beberapa jenis bahan pengawet kimiawi yang perlu Anda ketahui beserta tingkat keamanannya jika dikonsumsi: 

Merupakan bahan kimia makanan yang sering digunakan untuk mengawetkan buah-buahan, digunakan pada kecap dalam botol, margarin, saos tomat dan minuman ringan. Asam benzoat memiliki kandungan antibakteri, sehingga makanan yang diberikan bahan ini akan terlindung dari perkembangan bakteri.

Asam sitrat merupakan jenis bahan pengawet yang aman untuk dikonsumsi manusia. Biasanya bahan ini digunakan untuk menambah rasa asam pada makanan dan untuk mencegah perkembangan jamur serta bakteri penyebab penyakit di dalam makanan.

Sulfur dioksida sering digunakan untuk mengawetkan sari buah, buah kering ataupun sirup. Bahan kimia ini aman digunakan dengan syarat diberikan sesuai takarannya.

Jenis bahan kimia ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan jamur dan biasa diberikan pada bahan makanan seperti roti dan kue yang terbuat dari tepung.

Bahan kimia ini banyak digunakan karena tidak berbau, tidak berasa dan tidak menimbulkan efek samping untuk kesehatan. Manfaatnya untuk mencegah perkembangan jamur dan bakteri di dalam makanan.

Karena sifatnya antiseptik, boraks dapat membunuh kuman di dalam makanan. Meski kerap digunakan sebagai pengawet makanan seperti bakso dan mi, sebenarnya boraks tidak aman ditambahkan pada makanan karena efeknya sangat berbahaya bagi tubuh.

Bahan kimia ini memang dapat digunakan sebagai pengawet, namun bukan untuk makanan. Penggunaan formalin dalam makanan dapat menyebabkan keracunan. Dan jika digunakan dalam takaran yang berlebihan dapat memicu muntah darah, kejang ataupun kencing darah.

Meksipun beberapa bahan kimia di atas aman digunakan untuk mengawetkan makanan, namun Anda tetap harus bijak menggunakannya dengan memperhatikan dosis dan aturan pakai agar tetap aman dikonsumsi.

Beberapa gejala yang sering terjadi akibat penggunaan bahan pengawet makanan yang berlebihan adalah muntah, sakit kepala, diare atau muncul gejala alergi seperti gatal, kemerahan di kulit dan bengkak di beberapa area tubuh.

Karena beberapa bahan pengawet makanan dari bahan kimia juga berbahaya bila dikonsumsi, ada baiknya Anda lebih berhati-hati sebelum membeli produk makanan berpengawet. Agar lebih aman, sebaiknya hindari konsumsi makanan yang mengandung pengawet, dan beralihlah kepada makanan sehat seperti sayur dan buah.

[NP/ RVS]

Bahan pengawet yang diperbolehkan untuk mengawetkan makanan adalah
Suka100%
Bahan pengawet yang diperbolehkan untuk mengawetkan makanan adalah
Sedih0%
Bahan pengawet yang diperbolehkan untuk mengawetkan makanan adalah
Lucu0%
Bahan pengawet yang diperbolehkan untuk mengawetkan makanan adalah
Kaget0%
Bahan pengawet yang diperbolehkan untuk mengawetkan makanan adalah
Marah0%

Menambahkan pengawet dapat memperpanjang umur simpan makanan. Namun, bijaklah saat memilih bahan pengawet untuk makanan Anda.

10 Feb 2020|Rieke Saraswati

Ditinjau olehdr. Karlina Lestari

Selain dari bahan alami seperti garam dan gula, ada pengawet makanan buatan yang termasuk aman

Sudah bukan rahasia lagi bahwa banyak makanan yang ditambahkan pengawet selama proses pembuatannya demi menjaga mutu dan kesegarannya. Pengawet itu sendiri merupakan bahan tambahan pangan untuk mencegah atau menghambat pembusukan yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur.Pengawet makanan sering dikaitkan dengan efek kesehatan yang menyeramkan. Meski begitu, tidak semua pengawet berbahaya. Gula dan garam adalah contoh bahan pengawet makanan yang alami. Selain keduanya, ada beberapa pengawet buatan yang masih dinilai aman untuk dikonsumsi manusia dalam kadar normal.

Bahan pengawet makanan buatan yang aman dikonsumsi

Melalui Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) No. 36 Tahun 2013, BPOM telah mengatur lima jenis bahan pengawet buatan yang boleh ditambahkan dalam makanan serta batas maksimum penggunaannya. Apa saja?Asam sorbat dapat ditemukan secara alami dalam buah-buahan, terutama jenis beri. Tapi ketika digunakan sebagai pengawet, asam ini harus diolah terlebih dulu.Asam sorbat paling sering dipakai untuk mengawetkan makanan seperti wine, keju, roti, kue-kue, serta daging.Bahan pengawet buatan ini efektif dalam menghambat pertumbuhan jamur, yang dapat merusak makanan dan menyebabkan penyakit.Meski dinilai aman untuk penggunaan reguler dan tidak terkait dengan risiko penyakit serius, asam sorbat bisa memicu alergi pada beberapa orang. Reaksi alergi yang timbul biasanya tergolong ringan.2. Asam benzoat dan natrium benzoatAsam benzoat lebih banyak digunakan dalam bentuk garamnya, yakni natrium benzoat. Versi asamnya tidak bisa larut dalam air.Natrium benzoat bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang berpotensi berbahaya, sehingga dapat mencegah pembusukan.Pengawet makanan buatan ini sangat efektif untuk mengawetkan makanan asam seperti soda, jus lemon kemasan, saus salad (dressing), kecap, dan bumbu lainnya.Hanya saja, keamanan natrium benzoat masih kerap dipertanyakan. Berbagai penelitian telah mengaitkan bahan pengawet makanan ini dengan peningkatan risiko peradangan, attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), dan obesitas.Masih dibutuhkan studi lebih lanjut dan lebih luas untuk membuktikan efek samping bahan pengawet makanan ini.Dikenal juga sebagai sulfur dioksida. Sulfit banyak digunakan untuk mengawetkan makanan seperti daging, buah-buahan, jus buah, sayur, sirup, wine, dan selai.Pengawet buatan ini mampu mencegah mikroorganisme masuk ke dalam makanan, sehingga mutu dan kualitasnya tetap terjaga. Selain itu, sulfit juga dapat membantu dalam mempertahankan warna makanan.Sulfit bisa menyebabkan alergi pada beberapa orang, dan ini lebih rentan terjadi pada orang-orang yang mengidap asma. Jika Anda adalah penderita asma dan merasa kekambuhan gejala dipicu oleh bahan pengawet makanan ini, Anda bisa melakukan tes alergi untuk memastikannya.Bila hasil tes menunjukkan bahwa Anda alergi terhadap sulfit, Anda disarankan untuk menghindari jenis pengawet ini.Cermati bagian label pada kemasan sebelum membeli makanan atau minuman apapun. Sulfit bisa dicantumkan dengan istilah lain, seperti potassium bisulfite atau metabisulfite.Baik nitrat maupun nitrit dapat ditemukan pada sayur dan mampu diproduksi sendiri oleh tubuh manusia.Nitrat dan nitrit berguna untuk mencegah pertumbuhan bakteri berbahaya, menambah rasa asin pada makanan, serta memberi warna merah atau merah muda pada daging. Keduanya sering dimasukkan ke dalam daging olahan, seperti sosis, bacon, dan ham.Kedua bahan pengawet buatan ini kerap dianggap sebagai penyebab daging olahan bisa meningkatkan risiko kanker. Meski demikian, belum ada penelitian yang benar-benar dapat membuktikan klaim tersebut.Masalah baru bisa timbul jika nitrit terkena panas tinggi sekaligus tercampur asam amino. Proses ini dapat mengubah nitrit menjadi senyawa yang bernama nitrosamine. Ada banyak jenis nitrosamine dan sebagian besar diketahui dapat menyebabkan kanker.5. NisinNisin adalah bahan pengawet makanan buatan yang dihasilkan dari bakteri asam laktat bernama Lactococcus lactis subspesies lactis.Menurut banyak penelitian, nisin dapat melawan berbagai jenis bakteri Gram-positif dan spora. Akan tetapi, senyawa ini dinilai kurang efektif dalam membasmi bakteri Gram-negatif, ragi, dan jamur.Nisin banyak digunakan untuk mengawetkan keju alami maupun olahan, produk susu, roti, makanan kaleng, daging serta ikan, yoghurt, saus salad (dressing), dan minuman beralkohol.

Baca Juga

Kenali 4 Jenis Syok yang Bisa Mengancam Nyawa AndaWasabi adalah “Sambal” untuk Sushi yang Banyak ManfaatnyaMengulik Nutrisi dan Manfaat Natto, Olahan Kedelai dari Jepang

Catatan dari SehatQ

Hampir setiap makanan olahan diproses dengan pengawet, entah itu yang alami seperti garam dan gula atau yang buatan.Bahan pengawet makanan bertujuan untuk membuat makanan lebih tahan lama dan tetap aman dikonsumsi.Tidak semua bahan pengawet makanan itu berbahaya. Ada beberapa pengawet makanan yang aman dikonsumsi dalam kadar tertentu.Meski begitu, terlalu banyak mengonsumsi makanan olahan berarti Anda telah memasukkan banyak pengawet ke dalam tubuh. Hal ini bisa meningkatkan risiko obesitas, hipertensi, penyakit jantung, hingga kanker.Oleh karena itu, senantiasa perhatikan komposisi bahan-bahan yang digunakan dalam label yang tercantum di kemasan. Jangan sampai justru merugikan kesehatan Anda.

makanan sehatalergimakanan tidak sehat

BPOM RI. https://asrot.pom.go.id/img/Peraturan/PerKa%20BPOM%20No.%2036%20Tahun%202013%20tentang%20Batas%20Maksimum%20Pengawet.pdf
Diakses pada 10 Februari 2020
Live Strong. https://www.livestrong.com/article/288335-the-most-common-food-preservatives/
Diakses pada 10 Februari 2020
Live Strong. https://www.livestrong.com/article/317156-the-health-risks-of-sulfur-dioxide-in-dried-fruits/
Diakses pada 10 Februari 2020
Healthline. https://www.healthline.com/health/food-nutrition/what-is-sorbic-acid
Diakses pada 10 Februari 2020
Healthline. https://www.healthline.com/nutrition/sodium-benzoate
Diakses pada 10 Februari 2020
Healthline. https://www.healthline.com/nutrition/are-nitrates-and-nitrites-harmful
Diakses pada 10 Februari 2020
Science Direct. https://www.sciencedirect.com/topics/agricultural-and-biological-sciences/nisin
Diakses pada 10 Februari 2020

Makan makanan pedas bisa menambah nafsu makan. Selain itu, makanan pedas juga bermanfaat untuk menjaga kesehatan jantung dan menurunkan kolesterol jahat karena mengandung capsaicin.

Manfaat hati sapi untuk kesehatan ada beragam, mulai dari menjaga kesehatan tulang hingga bantu redakan stres. Meski begitu, tidak semua orang dianjurkan untuk mengonsumsinya.

30 Apr 2022|Nina Hertiwi Putri

Dibandingkan dengan minuman soda biasa, soda diet mengandung kalori sangat sedikit, bahkan nyaris nol. Meski terlihat lebih baik dari soda biasa, jika dikonsumsi terlalu sering, efeknya justru buruk bagi tubuh.

15 Sep 2021|Azelia Trifiana

Dijawab Oleh dr. Farahdissa

Dijawab Oleh dr. Vina Liliana