Bagaimana upaya Anda untuk membangun nasionalisme di kalangan kaum milenial saat ini?


Selasa, 2020-11-10 - 00:14:53 WIB

Pandemi Covid-19 harus menjadi perhatian semua pihak dan setiap warga negara Indonesia dengan memahami langkah yang harus dilakukan. Dibutuhkan kesadaran protokol kesehatan dalam setiap melakukan aktivitas. Disisi lain juga harus dibangun kesadaran warga untuk menjaga stabilitas ekonomi keluarga dan menjadi pelopor kepedulian bagi orang-orang terdekat.

Dosen Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Widya Mataram (UWM), Nany Noor Kurniyati, SE., MM., M.Sc menuturkan, semangat Hari Pahlawan yang selalu diperingati pada tanggal 10 November menjadi motivasi masyarakat Indonesia untuk lebih meningkatkan jiwa patriotik dan nasionalisme yang tinggi. Selama pandemi Covid-19 diperlukan tindakan yang bernilai kepahlawanan seperti semangat pantang menyerah, semangat pengorbanan, dan mengutamakan kepentingan bangsa.

Saling memahami untuk tolong-menolong dan menanggung beban kesulitan orang-orang disekitar diharapkan selalu muncul dalam situasi pandemi Covid 19, ucap Nany pada Senin (9/11/2020).

Salah satu yang menjadi kebanggaan kita, lanjut Nany, masih terjaganya semangat kebersamaan dan gotong-royong sebagai jatidiri bangsa Indonesia. Hal itu tampak dari kebersamaan melakukan pengamanan lingkungan, penyemprotan disinfektan, kampanye menyerukan pola hidup sehat dengan melakukan cuci tangan, menggunakan masker dan menjaga jarak.

Salah satu hal penting yang harus menjadi perhatian disamping kesehatan adalah menjaga pertumbuhan ekonomi agar tetap stabil. Sektor ekonomi harus segera bangkit setelah banyak sektor usaha yang terpuruk yang bermuara pada terjadinya gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Upaya yang dapat terus didorong adalah menciptakan kewirausahaan baru, ungkapnya.

Dosen Manajemen itu menjelaskan, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan untuk memotivasi diri dalam berbagai aktivitas, baik dalam aktivitas kerja maupun berwirausaha. Warga harus mengubah pola pikir subyektif agar menjadi pribadi terbuka, menerima perbedaan, toleransi dan dapat berbaur serta bersosialisasi dalam lingkungannya.

Mengubah pola pikir yang subyektif ini mencakup tiga hal diantaranya keseimbangan antara melakukan hal-hal besar dan hal-hal yang sepele, mengubah pola pikir dari memenuhi kebutuhan diri sendiri menjadi memenuhi kebutuhan orang lain, dan fokus pada pelaksanaan tanggung jawab, kata Nany.

©HumasWidyaMataram


Share Berita