Bagaimana tanggapan tentang dakwah nabi muhammad d madinah

Nabi Muhammad pertama kali berdakwah melalui jamuan makan keluarga.

MGROL100

Dakwah Nabi Muhammad Pertama Melalui Jamuan Makan Keluarga. Foto: Ilustrasi Nabi Muhammad SAW

Rep: Ali Yusuf Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Sebelum berdakwah kepada umatnya, Rasulullah SAW berdakwah kepada ahli keluarganya. Rasulullah mengumpulkan mereka dalam jamuan makan (Iqram) untuk menyampaikan bahwa Tidak ada Tuhan selain Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW utusan Allah SWT.

Baca Juga

Dakwah kepada kerabat terdekat ini sesuai perintah Allah SWT dalam surat Syu'ara ayat 214 yang artinya.

"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat."

Syekh Maulana Muhammad Yusuf Al Kandahlawi mengatakan, setelah turun ayat tersebut beliau mengumpulkan seluruh kaum keluarganya hingga terkumpul 30 orang dalam jamuan makan itu. Mereka semua telah menikmati makanan dan minuman yang disajikan. 

Ali berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada mereka yang hadir, "Siapakah di antara kalian yang mau menjamin agamaku dan janjiku dan kelak dia akan bersamaku di dalam Jannah dan akan menjadi penggantiku di dalam keluargaku? "

Riwayat lain oleh Ahmad juga dari Ali bin Abu Thalib Rasulullah telah mengundang Bani Abdul Muthalib. Jumlah mereka kurang dari 10 orang. Mereka semua menikmati hidangan berupa sup kambing dan minuman yang banyak sekali.

Rasulullah SAW juga menyediakan hidangan makanan untuk mereka dan mereka yang hadir telah memakannya hingga kenyang. Sedang makanan tersebut tetap seperti keadaan semula, seolah-olah belum disentuh atau dijamah oleh siapapun.

Kemudian Rasulullah SAW menjamu mereka dengan minuman yang diisikan ke dalam cawan-cawan agak kecil. Mereka pun meminumnya yang diisikan ke dalam cawan oleh Rasulullah sendiri.

"Mereka pun meminumnya hingga habis dan minuman tersebut tetap seperti semula, seolah-olah belum terjamah atau belum diminum," kata Syekh Maulana Muhammad Yusuf Al Kandahlawi dalam kitabnya 'Hayatus Sahabah'.

Rasulullah pada saat itu bersabda, "Hai Bani Abdul Muthalib, sesungguhnya aku diutus kepada kalian khususnya, dan kepada seluruh manusia umumnya," kata Rasulullah.

Rasulullah SAW melanjutkan sabdanya; 

"Sesungguhnya kalian telah melihat alamat ini (mukjizat Nabi Muhammad SAW) yaitu makanan yang tetap seperti semula, tidak berkurang walau sudah dimakan sebagaimana yang telah kalian saksikan," katanya.

"Siapakah di antara kalian yang mau berbait kepadaku untuk menjadi saudaraku dan sahabat-sahabatku?" 

Namun, tawaran itu tidak ada seorangpun yang berdiri untuk menyambut seruan Nabi SAW. Namun hanya ada satu yang menyambut seruan Rasulullah SAW itu, dia adalah Ali bin Abdul Muthalib.

"Aku pun berdiri menerima ajakan beliau sedangkan ketika itu aku adalah orang yang paling mudah dan di antara mereka," katanya.

Namun, Rasulullah SAW bersabda: 

"Duduklah kamu!" 

Kemudian Rasulullah menyuruh lagi kepada mereka yang hadir hingga tiga kali dari semua seruan itu. "Aku yang bangkit, tapi beliau selalu bersabda duduklah kamu."

Setelah 3 kalinya, barulah Rasulullah memukulkan tangannya ke atas tanganku tanda setuju demikian tercantum dalam kitab tafsir Ibnu Katsir juz 3 halaman 350 dirayakan oleh Al bazzar dari Ali ra. Dikatanya ketika diturunkan ayat Syuara ayat 214. 

"Dan berilah peringatan kepada kerabat kerabatmu yang terdekat"

tirto.id - Strategi dakwah Rasulullah di Madinah berubah setelah menerima berbagai gangguan dan siksaan dari kafir Quraisy Makkah. Rasulullah pun berpikir untuk mengubah strategi dakwahnya.

Terlebih, dalam tiga tahun terakhir di Makkah, sejak 620-622 M, Nabi Muhammad SAW kedatangan sekelompok orang Yatsrib dari Kabilah Aus dan Khazraj yang menyambut baik ajaran Islam.

Advertising

Advertising

Dakwah Islam yang ditolak di tanah kelahirannya, Makkah, ternyata memperoleh dukungan dari daerah lain.

Pada 621 M, Nabi Muhammad kedatangan tujuh orang dari Kabilah Khazraj dan Aus untuk masuk Islam dan melakukan perjanjian di tempat yang bernama Aqabah.

Perjanjian tersebut dikenal dengan Perjanjian Aqabah I yang berisi iktikad untuk tidak menyekutukan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak, tidak saling memfitnah, dan tidak durhaka pada Nabi Muhammad.

Setahun setelahnya, pada 622 M, orang-orang Yatsrib datang lagi dengan maksud melakukan Perjanjian Aqabah II, sekaligus mengundang Nabi Muhammad SAW untuk hijrah ke Yatsrib.

Di Perjanjian Aqabah II, Rasulullah memiliki kesan bahwa Islam telah siap berkembang di Yatsrib atau Madinah.

Keputusan hijrah ke Madinah ini bukanlah keputusan hijrah yang pertama. Sebelumnya, umat Islam sudah pernah berhijrah ke Habasyah atau Ethiopia (615 M).

Lantas, ketika melihat potensi berkembangnya Islam di Madinah, Nabi Muhammad memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk berhijrah secara sembunyi-sembunyi menuju Madinah.

Baca juga: Kisah Teladan Nabi Muhammad: Cara Puasa Rasulullah di Bulan Ramadan

Strategi Dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah

Setelah hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad SAW menerapkan sejumlah strategi dakwah untuk menjadikan Madinah sebagai pusat pemerintahan Islam di kala itu. Apa saja strategi dakwah Rasulullah di Madinah?

Berikut ini penjelasannya sebagaimana dikutip dari uraian "Sejarah Dakwah Rasulullah SAW di Mekah dan Madinah" yang terbit di Jurnal IAIN Pontianak.

1. Mendirikan Rumah Ibadah

Setelah beberapa bulan Rasulullah sampai di Madinah, beliau memerintahkan umat Islam untuk membangun masjid di tanah yang dibeli dari dua anak yatim, yaitu Sahal dan Suhail asuhan Mu'adz bin Afra.

Masjid itu kelak dikenal sebagai Masjid Nabawi, sebagai pusat dakwah, selain untuk melaksanakan ibadah, dan mengajarkan nilai-nilai persaudaraan.

Tidak hanya itu, Masjid Nabawi juga menjadi sarana penting untuk merundingkan masalah-masalah yang dihadapi umat Islam.

2. Menciptakan Persaudaraan Baru

Umat Islam yang meninggalkan Makkah ke Madinah dikenal sebagai golongan Muhajirin dan orang-orang Madinah disebut kaum Anshar.

Ketika berhijrah ke Madinah, banyak kaum muslimin Makkah yang menderita kemiskinan karena meninggalkan harta kekayaan mereka di Makkah.

Untuk mengatasi hal tersebut, Nabi Muhammad SAW mengikat persaudaraan baru antara kaum Muhajirin dan Anshar. Sebagai misal, Abu Bakar dipersaudarakan dengan Kharijah bin Zuhair, Ja'far ibnu Abi Thalib dengan Mu'az ibnu Jabal, dan lain sebagainya.

Persaudaraan yang dibangun atas ukhuwah agama dan disatukan sendiri oleh Nabi Muhammad itu memiliki pertalian erat, serta kekuatan utuh dalam Islam.

3. Perjanjian dengan Masyarakat Non-Muslim Madinah

Selain mempunyai hubungan baik dengan kabilah-kabilah Arab di Madinah, Nabi Muhammad kemudian membuat perjanjian damai dengan masyarakat Yahudi dan non-muslim Madinah.

Perjanjian itu dikenal dengan sebutan Piagam Madinah yang berisi pernyataan bahwa para warga muslim dan non-muslim di Yatsrib (Madinah) adalah satu bangsa, dan orang Yahudi dan Nasrani, serta non-muslim lainnya akan dilindungi dari segala bentuk penistaan dan gangguan.

Piagam Madinah yang berisi 47 pasal itu mengatur perpolitikan, keamanan, kebebasan beragama, serta kesetaraan di muka hukum, perdamaian, dan pertahanan Madinah di masa itu.

4. Membangun Pranata Sosial dan Pemerintahan

Nabi Muhammad SAW mendakwahkan Islam di Madinah bukan hanya dalam bentuk agama, melainkan juga sistem politik, pemerintahan, militer, dan lain sebagainya.

Karena itu juga, ayat-ayat Al-Quran yang turun di di periode Madinah (ayat-ayat Madaniah) sebagian besar berisi aturan muamalah dan pembinaan hukum.

Strategi dakwah Nabi Muhammad adalah strategi membentuk pratana sosial dan pemerintahan dalam bentuk negara Islam, yang pusat pemerintahannya di Madinah.

Dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW di Madinah memperoleh sambutan beragam.

Ada yang menerimanya dengan tangan terbuka, ada yang menolaknya terang-terangan, dan ada juga yang diam-diam tidak suka atas dakwah tersebut, namun tidak berani berterus-terang karena umat Islam berjumlah mayoritas di Madinah.

Hikmah di Balik Kisah Hijrah

Laman NU Online menulis, semua langkah Rasulullah dalam perjalanan hijrah adalah tugas penerapan syariat (wadhifah tasyri‘iyyah) yang mesti dijalankan. Ketika itu sudah dilaksanakan, Rasulullah tinggal mengaitkan hatinya kepada Allah dan bersandar hanya pada petunjuk dan pertolongan-Nya. Maka, setiap Muslim harus menyadari bahwa mereka dilarang menyandarkan segala sesuatu kecuali kepada Allah, tanpa mengabaikan prinsip kausalitas (sebab akibat).

Ada Mukjizat paling menonjol dalam perjalanan hijrah Rasulullah, yaitu ketika beliau berhasil keluar dari rumahnya tanpa diketahui kaum musyrik yang sudah mengepung rumah dan berjaga-jaga di setiap sudut.

Mukjizat ini menjadi semacam maklumat bagi kaum musyrik di setiap tempat dan waktu bahwa penindasan dan penyiksaan yang dialami Rasulullah dan para sahabat dalam perjuangan membela agama, tidak serta-merta mengindikasikan bahwa Allah menelantarkan mereka dan mereka jauh dari kemenangan.

Sama-sekali tidak! Kaum musyrik dan semua musuh Islam jangan merasa senang dulu. Sebab, pertolongan Allah amat dekat dan jalan menuju kemenangan selalu ada, kapan pun dan di mana pun.

Baca juga:

Baca juga artikel terkait NABI MUHAMMAD SAW atau tulisan menarik lainnya Abdul Hadi
(tirto.id - hdi/tha)

Penulis: Abdul Hadi Editor: Dhita Koesno Kontributor: Abdul Hadi