Bagaimana pesan Allah dalam surat ar ra d ayat 11 tentang keadaan manusia?

Surat Ar-Ro'du ayat 11

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۚ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ

Arti dari surat ar-rad ayat 11

Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki

keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia

Adapun makna yg terkandung adalah:

1. Bagi setiap manusia ada beberapa malaikat yang menjaganya secara bergiliran di malam dan siang hari, dan ada pula beberapa malaikat yang mencatat amalan-amalannya. Namun yang dimaksud dalam ayat ini adalah malaikat yang menjaga secara bergiliran, yaitu malaikat hafazhah, baik menjaga

badan maupun ruhnya, dari makhluk yang hendak berbuat buruk kepadanya seperti jin, manusia dan lainnya. Mereka juga menjaga semua amalnya.

2. Allah tidak akan mengubah keadaan mereka, selama mereka tidak mengubah sebab-sebab kemunduran mereka. Ada pula yang menafsirkan, bahwa Allah tidak akan mencabut nikmat yang diberikan-Nya, sampai mereka mengubah keadaan diri mereka, seperti dari iman kepada kekafiran, dari taat kepada maksiat dan dari syukur kepada kufur. Demikian pula apabila hamba mengubah keadaan diri mereka dari maksiat kepada taat, maka Allah akan mengubah keadaanya dari sengsara kepada kebahagiaan.

...Berikutnya

Tafsir QS. Ar Ra’d (13) : 11. Oleh Kementrian Agama RI

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah ﷻ menugaskan kepada beberapa malaikat untuk selalu mengikuti manusia secara bergiliran, di muka dan di belakangnya.

Mereka menjaganya atas perintah Allah.

Ada malaikat yang bertugas menjaga manusia di malam hari, dan ada yang di siang hari, menjaga dari pelbagai bahaya dan kemudaratan.
Ada pula malaikat yang mencatat semua amal perbuatan manusia, yang baik atau yang buruk, yaitu malaikat yang berada di sebelah kanan dan kiri.

Malaikat yang berada di sebelah kanan mencatat segala kebaikan, dan yang di sebelah kiri mencatat amal keburukan, dan dua malaikat lainnya, yang satu di depan dan satu lagi di belakang.
Setiap orang memiliki empat malaikat empat pada siang hari dan empat pada malam hari.

Mereka datang secara bergiliran, sebagaimana diterangkan dalam hadis yang sahih:

Ada beberapa malaikat yang menjaga kamu secara bergiliran di malam hari dan di siang hari.

Mereka bertemu (untuk mengadakan serah terima) pada waktu salat Subuh dan salat Ashar, lalu naiklah malaikat-malaikat yang menjaga di malam hari kepada Allah Taala.

Dia bertanya, sedangkan Ia sudah mengetahui apa yang akan ditanyakannya itu, "Bagaimana keadaan hamba-hamba-Ku ketika kamu meninggalkan mereka (di dunia)?" Malaikat menjawab, "Kami datang kepada mereka ketika salat dan kami meninggalkan mereka, dan mereka pun sedang salat."

(Riwayat Bukhari dari Abu Hurairah)


Apabila manusia mengetahui bahwa di sisinya ada malaikat-malaikat yang mencatat semua amal perbuatan dan mengawasinya, maka dia harus selalu menjaga diri dari perbuatan maksiat karena setiap aktivitasnya akan dilihat oleh malaikat-malaikat itu.

Pengawasan malaikat terhadap perbuatan manusia dapat diyakini kebenarannya setelah ilmu pengetahuan menciptakan alat-alat modern yang dapat mencatat semua kejadian yang terjadi pada diri manusia.
Sebagai contoh, alat pengukur pemakaian aliran listrik dan air minum di tiap-tiap kota dan desa telah diatur sedemikian rupa sehingga dapat diketahui berapa jumlah yang telah dipergunakan dan berapa yang harus dibayar oleh si pemakai.

Demikian pula alat-alat yang dipasang di kendaraan bermotor yang dapat mencatat kecepatannya dan mengukur berapa jarak yang telah ditempuh.

Perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat mengungkapkan bermacam-macam perkara gaib, sebagai bukti yang dapat memberi keyakinan kepada kita tentang benarnya teori ketentuan agama. Hal itu juga menjadi sebab untuk meyakinkan orang-orang yang dikuasai oleh doktrin kebendaan, sehingga mereka mengakui adanya hal-hal gaib yang tidak dapat dirasakan dan diketahui hanya dengan panca indera.

Oleh karena itu, sungguh tepat orang yang mengatakan bahwa kedudukan agama dan pengetahuan dalam Islam laksana dua anak kembar yang tidak dapat dipisahkan, atau seperti dua orang kawan yang selalu bersama seiring sejalan dan tidak saling berbantahan.

Malaikat-malaikat itu menjaga manusia atas perintah Allah dan seizin-Nya. Mereka menjalankan tugas dengan sempurna.

Sebagaimana dalam alam kebendaan ada hubungan erat antara sebab dan akibat, sesuai dengan hikmahnya, seperti adanya pelupuk mata yang dapat melindungi mata dari benda yang mungkin masuk dan bisa merusaknya, demikian pula dalam kerohanian, Allah telah menugaskan beberapa malaikat untuk menjaga manusia dari berbagai kemudaratan dan godaan hawa nafsu dan setan.

Allah ﷻ telah menugaskan para malaikat itu untuk mencatat amal perbuatan manusia meskipun kita tidak tahu bagaimana cara mereka mencatat. Kita mengetahui bahwa sesungguhnya Allah sendiri cukup untuk mengetahuinya, tetapi mengapa Dia masih menugaskan malaikat untuk mencatatnya? Mungkin di dalamnya terkandung hikmah agar manusia lebih tunduk dan berhati-hati dalam bertindak karena kemahatahuan Allah melingkupi mereka.

Amal mereka terekam dengan akurat sehingga kelak tidak ada yang merasa dizalimi dalam pengadilan Allah.

Ali bin Abi Talib mengatakan bahwa tidak ada seorang hamba pun melainkan ada malaikat yang menjaganya dari kejatuhan tembok, jatuh ke dalam sumur, dimakan binatang buas, tenggelam, atau terbakar.

Akan tetapi, bilamana datang kepastian dari Allah atau saat datangnya ajal, mereka membiarkan manusia ditimpa oleh bencana dan sebagainya.

Allah tidak akan mengubah keadaan suatu bangsa dari kenikmatan dan kesejahteraan yang dinikmatinya menjadi binasa dan sengsara, melainkan mereka sendiri yang mengubahnya. Hal tersebut diakibatkan oleh perbuatan aniaya dan saling bermusuhan, serta berbuat kerusakan dan dosa di muka bumi.

Hadis Rasulullah ﷺ:

Jika manusia melihat seseorang yang zalim dan tidak bertindak terhadapnya, maka mungkin sekali Allah akan menurunkan azab yang mengenai mereka semuanya.

(Riwayat Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah dari Abu Bakar ash-shiddiq)


Pernyataan ini diperkuat dengan firman Allah:

وَاتَّقُوْا فِتْنَةً لَّا تُصِيْبَنَّ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْكُمْ خَاۤصَّةً

Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. (al-Anfal [8]: 25)

Kaum muslimin pada fase pertama penyebaran Islam telah mengikuti ajaran-ajaran Al-Quran dengan penuh keyakinan dan kesadaran, sehingga mereka menjadi umat terbaik di antara manusia. Mereka menguasai berbagai kawasan yang makmur pada waktu itu, serta mengalahkan kerajaan Roma dan Persia dengan menjalankan kebijaksanaan dalam pemerintahan yang adil, dan disaksikan oleh musuh-musuhnya. Orang-orang yang teraniaya dibela dalam rangka menegakkan keadilan.

Oleh karena itu, agama Islam telah diakui sebagai unsur mutlak dalam pembinaan karakter bangsa dan pembangunan negara.

Setelah generasi mereka berlalu dan diganti dengan generasi yang datang kemudian, ternyata banyak yang melalaikan ajaran agama tentang keadilan dan kebenaran, sehingga keadaan mereka berubah menjadi bangsa yang hina. Padahal sebelum itu, mereka merupakan bangsa yang terhormat, berwibawa, mulia, dan disegani oleh kawan maupun lawan. Mereka menjadi bangsa yang diperbudak oleh kaum penjajah, padahal sebelumnya mereka sebagai penguasa.

Mereka menjadi bangsa yang mengekor, padahal dahulunya mereka merupakan bangsa yang memimpin.

Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah-nya telah mencantumkan sebuah bab dengan judul: Kezaliman dapat Menghancurkan Kemakmuran. Beliau mengemukakan beberapa contoh dalam sejarah sebelum dan sesudah Islam, bahwa kezaliman itu menghancurkan kekuasaan umat Islam dan merendahkan derajatnya, sehingga menjadi rongrongan dari semua bangsa.

Umat Islam yang pernah jaya terpuruk beberapa abad lamanya di bawah kekuasaan dan penjajahan orang Barat.


Apabila Allah menghendaki keburukan bagi suatu kaum dengan penyakit, kemiskinan, atau bermacam-macam cobaan yang lain sebagai akibat dari perbuatan buruk yang mereka kerjakan, maka tak ada seorang pun yang dapat menolaknya dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Allah.

Daftar Isi > Ar-Ra'd > Ar-Ra’d 11

لَهُۥ مُعَقِّبَٰتٌ مِّنۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِۦ يَحْفَظُونَهُۥ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوْمٍ سُوٓءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥ ۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ

Arab-Latin: Lahụ mu'aqqibātum mim baini yadaihi wa min khalfihī yaḥfaẓụnahụ min amrillāh, innallāha lā yugayyiru mā biqaumin ḥattā yugayyirụ mā bi`anfusihim, wa iżā arādallāhu biqaumin sū`an fa lā maradda lah, wa mā lahum min dụnihī miw wāl

Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

« Ar-Ra'd 10 ✵ Ar-Ra'd 12 »

Dapatkan pahala berdakwah dan gratis buku Rahasia Rezeki Berlimpah, klik di sini untuk detailnya

Tafsir Surat Ar-Ra’d Ayat 11 (Terjemah Arti)

Paragraf di atas merupakan Surat Ar-Ra’d Ayat 11 dengan text arab, latin dan artinya. Terdapat bermacam penafsiran dari kalangan mufassir berkaitan isi surat Ar-Ra’d ayat 11, di antaranya sebagaimana tercantum:

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Allah memiliki maliakat yang datang secara bergantian kepada manusia, baik dari depan maupun dari belakangnya, yang menjaganya dari perintah Allah dan menghitung apa-apa yang berasal darinya;kebaiakn maupun keburukan.Sesungguhnya Allah tidak merubah nikmat yang telah Dia berikan kepada suatu kaum, kecuali apabila mereka sendiri yang merubah apa yang Dia perintahkan kepada mereka, lalu mereka berbuat maksiaat kepadaNya. Dan apabila Allah ingin menimpakan malapetaka kepada suatu kelompok, maka tidak jalan untuk menghindarinya, dan tidak ada penolong bagi mereka selain Allah yang akan menangani urusan mereka, yang akan mendatangkan apa-apa yang mereka cintai dan menolak Dari mereka apa-apa yang tidak mereka sukai.

Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)

11. Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- mempunyai malaikat-malaikat yang datang kepada manusia silih berganti, sebagian dari mereka datang di waktu malam, sebagian dari mereka datang di waktu siang, menjaga manusia dengan perintah Allah dari beberapa takdir yang memang Allah tuliskan akan dicegah darinya, mencatat segala perkataan dan perbuatan manusia. Allah tidak merubah keadaan satu kaum, dari keadaan yang baik kepada keadaan buruk yang tidak mereka sukai, hingga mereka sendiri yang merubah apa yang mereka dapati dari keadaan syukur (menjadi keadaan kufur). Bila Allah hendak membinasakan suatu kaum, maka tidak ada yang dapat mencegah kehendak-Nya. Dan kalian -wahai manusia- tidak memiliki penolong yang mengurusi urusan kalian, yang kalian bisa berlindung kepadanya untuk menepis malapetaka yang menimpa kalian.

Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah11. Dan setiap manusia memiliki malaikat-malaikat yang silih berganti untuk menjaganya, mereka menjaganya dengan perintah Allah dan menghitung segala amal perbuatannya, baik itu amal kebaikan maupun keburukan. Allah tidak mengubah kenikmatan yang diberikan kepada suatu kaum, melainkan jika mereka mengubah perintah Allah dengan melanggarnya. Dan jika Allah hendak menguji suatu kaum dengan musibah maka tidak ada yang mampu menghalangi hal itu, dan mereka tidak memiliki penolong selain Allah dalam mencari kebaikan atau menjauhi keburukan. Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: “Para malaikat malam dan para malaikat siang silih berganti menjaga kalian, dan mereka berkumpul pada shalat ashar dan shalat subuh. Kemudian malaikat yang menjaga pada malam hari naik ke langit, lalu Allah menanyai mereka -dan Allah lebih mengetahui tentang mereka-: “Bagaimana kalian tinggalkan hamba-hamba-Ku?” Mereka menjawab: “Kami meninggalkan mereka dalam keadaan shalat dan kami mendatangi mereka ketika mereka dalam keadaan shalat.”

(Shahih Bukhari 13/426 no. 4729, kitab tauhid, bab firman Allah "تعرج الملائكة والروح إليه" dan diriwayatkan Imam Muslim dalam kitab shahihnya 1/439, kitab masjid-masjid, bab keutamaan shalat subuh dan ashar no. 632).

Dapatkan pahala berdakwah dan gratis buku Rahasia Rezeki Berlimpah, klik di sini untuk detailnya

Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah11. لَهُۥ مُعَقِّبٰتٌ (Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran) Mereka adalah para malaikat penjaga yang datang secara bergiliran. مِّنۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِۦ(di muka dan di belakangnya) Yakni para malaikat penjaga itu menjaga manusia dari segala sisi. يَحْفَظُونَهُۥ مِنْ أَمْرِ اللهِ (mereka menjaganya atas perintah Allah) Yakni mereka menjaga sesuai dengan perintah Allah, dan mereka tidak dapat mencegah takdir Allah. Dikatakan bahwa mereka menjaga manusia dari jin. Dikatakan pula bahwa mereka menjaga manusia dari ketetapan Allah dengan perintah-Nya, dan apabila telah datang takdir Allah maka mereka akan menyingkir. إِنَّ اللهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ(Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum) Dari keadaan penuh nikmat dan kesehatan. حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ( sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri) Dengan ketaatan kepada Allah. Maka Allah tidak mencabut kenikmatan yang Allah berikan kepada hamba-Nya sampai seseorang itu merubah kebaikan dan amal shalih mereka menjadi keburukan. وَإِذَآ أَرَادَ اللهُ بِقَوْمٍ سُوٓءًا(Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum) Yakni kebinasaan dan siksaan. فَلَا مَرَدَّ لَهُۥ ۚ( maka tak ada yang dapat menolaknya) Maka tidak akan dapat ditolak. Terdapat pendapat mengatakan maknanya adalah apabila Allah menghendaki keburukan bagi suatu kaum maka Allah akan membutakan hati mereka sehingga mereka memilih sesuatu yang mendatangkan musibah. وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ(dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia)

Yang mengatur urusan mereka dan menjadi pelindung beri mereka, yang mencegah siksaan yang turun kepada kaum itu.

Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia1 ). { لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ } "Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah" barangsiapa yang senantiasa menjaga Allah, niscaya Allah akan menjaganya bahkan sampai ketika binatang buas akan membahayakan dirinya, dan barangsiapa yang selalu menempitkan hak Allah, sungguh ia akan disempitkan pula diantara makhluk-Nya; bahkan dari sesuatu yang ia harapkan kebaikan darinya akan menjadi malapetaka baginya. 2 ). Kapanpun kamu menemukan kekacauan pada dirimu, maka ingatlah kepada nikmat yang belum kamu syukuri atau kesalahan yang telah kamu perbuat; karena sesungguhnya Allah berfirman : { إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ} "Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." 3 ). Ada kelompok manusia yang hidup dalam kesengsaraan, dan kelompok lainnya hidup dalam gelimang harta dan kenikmatan yan berlimpah, kelompok pertama terus mencari jalan keluar dari kesengsaraa itu dengan berpegang kepada ayat Allah : { إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ }, namun kelompok lainnya takut akan kehilangan semua yang mereka nikmati itu, tapi sesungguhnya keselamatan hanya akan berpihak kepada siapa yang melihatnya : { ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَىٰ قَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ } "yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri".[ Al-Anfal : 53 ].

4 ). Bulan suci Ramadhan merupakan musim untuk berbuat perubahan bagi diri setiap muslim menjadi diri yang lebih baik; kesempatan agar kita merubah apa yang ada pada diri kita dari perkata yang buruk, namun sedihnya tidak sedikit dari anak-anak umat islam justru menjadi lebih buruk, siangnya hanya diisi dengan tidur dan melalaikan shalatnya, dan malam mereka diisi dengan bergadang yang tidak bermanfaat bahkan merusak ramadhannya, maka berhati-hatilah ketika kamu menjadi sebab berubahnya nikmat Allah itu menjadi malapetaka bagimu dan bagi masyarakat sekitarmu.

Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

11. Bagi setiap manusia itu ada malaikat-malaikat yang mengikutinya untuk menjaga dan memeliharanya. Mereka adalah para malaikat penjaga yang menjaga manusia dengan perintah dan pertolongan Allah, bukan untuk menolak perintahNya. Dan jika berlaku suatu takdir, maka mereka akan berlepas darinya. Mereka menghitung amal perbuatannya yang baik dan buruk. Sesungguhnya Allah tidak mengubah nikmat atau kesehatan suatu kaum, sampai mereka mengubah ketaatan dan kebaikannya sendiri menjadi kemaksiatan dan keburukan. Jika Allah menghendaki suatu azab dan kehancuran bagi suatu kaum, maka itu tidak akan bisa ditolak. Dan tidak ada bagi mereka selain Allah seorang penolong yang membantu urusan mereka, yang membimbing mereka menuju kebaikan dan melindungi mereka dari keburukan.

Dapatkan pahala berdakwah dan gratis buku Rahasia Rezeki Berlimpah, klik di sini untuk detailnya

Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H11. “Baginya,” yaitu bagi manusia “ada yang selalu mengikutinya bergiliran,” dari kalangan malaikat, mereka silih berganti di malam dan siang hari “di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah,” maksudnya memelihara jasmani dan nyawanya dari setiap orang yang ingin berbuat buruk padanya. Mereka memelihara amalan-amalannya, selalu menyertainya terus menerus. Sebagaimana juga ilmu Allah meliputinya, maka Allah pun telah mengutus para malaikat penjaga kepada hamba-hambaNya, di mana hal itu menjadikan kondisi-konsdisi dan amalan-amalan mereka tidak tersembunyi, juga tidak dilupakan sedikit pun darinya. “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum,” berupa kenikmatan, curahan kebaikan, dan kehidupan yang enak, “sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri,” dengan beralih dari keimanan kepada kekufuran, dari ketaatan menuju maksiat atau dari mensyukuri nikmat-nikmat Allah kepada mengingkarinya, maka Allah akan mencabut semua kenikmatan itu dari mereka. Begitu pula, jikalau para hamba merubah kondisi mereka, dari maksiat menuju ketaatan kepada Allah, niscaya Allah akan merubah kondisi yang menyelimuti mereka sebelumnya berupa kesengsaraan menuju kepada kebaikan, kebahagiaan, dan ghibtah (semangat iri dalam kebaikan) serta rahmat.

“Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum,” berupa siksa, perkara yang berat, serta hal yang mereka benci, maka sesungguhnya kehendakNya pasti terlaksana pada mereka. Karena “tidak ada yang dapat menolaknya,” tidak ada seorang pun yang mampu menghindarkan mereka darinya. “Dan sekali-kali taka da pelindung bagi mereka selain Dia,” yang menangani urusan-urusan mereka, mendatangkan hal-hal yang disukai bagi mereka dan menyingkirkan hal-hal yang dibenci mereka. Maka, hendaklah mereka berhati-hati agar tidak berkutat pada perkara-perkara yang dibenci oleh Allah, karena dikhawatirkan siksa Allah akan menimpa mereka, yang tidak bisa ditolak dari kaum yang telah berbuat jahat.

Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid NabawiMakna kata : (لَهُۥ مُعَقِّبَٰتٞ) lahuu mu’aqqibaat : para malaikat yang bergantian siang dan malam. (مِنۡ أَمۡرِ ٱللَّهِۗ) min amrillah : atas perintah dan izin Allah ta’ala. (لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ) laa yughayiru maa bi qaumin : tidak akan merubah apa yang dimiliki suatu kaum berupa kesehatan dan kenikmatan menjadi ujian dan azab. (مَا بِأَنفُسِهِمۡۗ) maa bianfusihim : berupa kebersihan dan kesucian iman dan ketaatan menjadi dosa dan kesalahan. (وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ ) wa maa lahum min duunihi miw waal : dan mereka tidak memiliki selain Allah yang dapat menunaikan urusan mereka dan menyelamatkan mereka dari azab. Makna ayat : Firman-Nya : (لَهُۥ مُعَقِّبَٰتٞ مِّنۢ بَيۡنِ يَدَيۡهِ وَمِنۡ خَلۡفِهِۦ يَحۡفَظُونَهُۥ) boleh dhamir (kata ganti) pada kata (لَهُۥ) kembali kepada (مُسۡتَخۡفِۢ بِٱلَّيۡلِ وَسَارِبُۢ بِٱلنَّهَارِ ) sehingga makna dari al-mu’aqqibaat adalah penjaga dan pengawal yang menjaga raja—atas izin Allah—menurut pandangan mereka. Namun jika Allah berkehendak baginya keburukan, maka tidak ada yang dapat menolaknya, dan ia tidak memiliki pelindung yang melindunginya dan menolongnya selain Allah. Kata ganti juga dapat kembali kepada Allah, sehingga makna dari al-mu’aqqibaat adalah para malaikat penjaga, para penulis kebaikan dan keburukan, sehingga makna (مِنۡ أَمۡرِ ٱللَّهِۗ) atas perintah dan izin dari Allah ta’ala. Firman-Nya : (إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمۡۗ) Allah mengabarkan tentang sunnah dari sunnah-sunnah-Nya yang telah berjalan pada makhluk-Nya, bahwa Dia tidak akan menghilangkan nikmat dari suatu kaum berupa kesehatan, keamanan, kelapangan karena keimanan dan amal saleh mereka hingga mereka mengganti apa yang jiwa mereka miliki berupa kebersihan dan kesucian dengan melakukan dosa dan tenggelam di dalamnya, sebagai hasil dari berpalingnya mereka dari kitab Allah, tidak peduli dengan syariat-Nya, tidak memperhatikan batasan-batasan-Nya, tenggelam di dalam syahwat, dan mengikuti jalan kesesatan. Firman-Nya : (وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوۡمٖ سُوٓءٗا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ) sebuah kabar dari-Nya, bahwa jika Dia menginginkan kepada suatu kaum, person, atau kelompok sebuah keburukan yaitu apa saja yang menyulitkan mereka berupa bala dan azab, maka tidak ada yang dapat menolaknya bagaimanapun dan pasti akan mengenai mereka, dan mereka tidak punya pelindung selain Allah yang mampu menghindarkan mereka dari azab, adapun permberian dari Allah seandainya mereka kembali kepada, memohon ampunan, dan bertaubat kepada-Nya, maka Dia akan menghilangkan dari mereka semua keburukan dan menjauhkan dari mereka azab. Pelajaran dari ayat : • Para penjaga dan pengawal bagi yang menggunakan mereka untuk menjaganya (tidak bisa menjaga kecuali) atas izin Allah, tidak pula bermanfaat menolak apa yang telah Allah tetapkan sama sekali.

• Penetapan akidah bahwa setiap orang memiliki malaikat yang bergantian menjaganya siang dan malam seperti para pencatat yang mulia, penjaga manusia dari para setan dan jin.

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.ISurat Ar-Ra’d ayat 11: Bagi setiap manusia ada beberapa malaikat yang menjaganya secara bergiliran di malam dan siang hari, dan ada pula beberapa malaikat yang mencatat amalan-amalannya. Namun yang dimaksud dalam ayat ini adalah malaikat yang menjaga secara bergiliran, yaitu malaikat hafazhah, baik menjaga badan maupun ruhnya, dari makhluk yang hendak berbuat buruk kepadanya seperti jin, manusia dan lainnya. Mereka juga menjaga semua amalnya. Allah tidak akan mengubah keadaan mereka, selama mereka tidak mengubah sebab-sebab kemunduran mereka. Ada pula yang menafsirkan, bahwa Allah tidak akan mencabut nikmat yang diberikan-Nya, sampai mereka mengubah keadaan diri mereka, seperti dari iman kepada kekafiran, dari taat kepada maksiat dan dari syukur kepada kufur. Demikian pula apabila hamba mengubah keadaan diri mereka dari maksiat kepada taat, maka Allah akan mengubah keadaanya dari sengsara kepada kebahagiaan. Seperti azab dan perkara yang tidak mereka inginkan.

Yang akan menghindarkan azab itu. Oleh karena itu, hendaknya orang yang tetap berada di atas perbuatan yang dimurkai Allah berhati-hati jika nanti Allah timpakan siksaan yang tidak dapat ditolak.

Dapatkan pahala berdakwah dan gratis buku Rahasia Rezeki Berlimpah, klik di sini untuk detailnya

Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Ar-Ra’d Ayat 11

Tidak saja mengetahui sesuatu yang tersembunyi di malam hari dan yang tampak di siang hari, Allah, melalui malaikat-Nya, juga mengawasinya dengan cermat dan teliti. Baginya, yakni bagi manusia, ada malaikat-malaikat yang selalu menjaga dan mengawasi-Nya secara bergiliran, dari depan dan dari belakangnya. Mereka menjaga dan mengawasinya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah yang mahakuasa tidak akan mengubah keadaan suatu kaum dari suatu kondisi ke kondisi yang lain, sebelum mereka mengubah keadaan diri menyangkut sikap mental dan pemikiranmereka sendiri. Dan apabila, yakni andaikata, Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum'dan ini adalah hal yang mustahil bagi Allah'maka tak ada kekuatan apa pun yang dapat menolaknya dan tidak ada yang dapat menjadi pelindung bagi mereka selain dia. Melanjutkan penyebutan tanda-tanda kekuasaan-Nya pada ayatayat yang lalu, beberapa ayat berikut Allah berbicara tentang kilat, halilintar, mendung, dan air hujan. Allah berfirman, dialah Allah, tuhan yang mahakuasa, yang memperlihatkan kilat kepadamu, yakni seberkas cahaya yang memancar dan menghilang secara cepat, yang kadangkala menimbulkan ketakutan pada diri kamu, dan kadangkala menimbulkan harapan yang menggembirakan'yakni pertanda segera turun hujan. Dan dia pula yang menjadikan mendung yang akan menurunkan hujan.

Dapatkan pahala berdakwah dan gratis buku Rahasia Rezeki Berlimpah, klik di sini untuk detailnya

Demikian berbagai penjabaran dari berbagai mufassirin berkaitan isi dan arti surat Ar-Ra’d ayat 11 (arab-latin dan artinya), moga-moga menambah kebaikan untuk kita. Bantulah usaha kami dengan mencantumkan tautan ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.