Bagaimana perbedaan kedua jenis pasar tersebut terkait dengan tempat dan fasilitas yang ada

Secara umum pasar merupakan tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi jual beli. Dalam perkembangannya, pasar kini punya banyak jenis. Dua diantaranya adalah pasar modern dan pasar tradisional. Lalu, apa perbedaan keduanya? Baca selengkapnya penjelasan berikut ini.


Sebenarnya makna pasar sendiri kini mengalami banyak perubahan. Khususnya pada zaman komunikasi modern seperti saat ini, dimana “pasar” tidak harus dikaitkan dengan suatu tempat, sehingga memungkinan penjual dan pembeli bertransaksi tanpa harus saling melihat wajah satu sama lain.

Perbedaan Pasar Modern dan Pasar Tradisional

Secara histori pasar lebih dikenal dalam bentuk pasar fisik seperti pasar modern dan pasar tradisional. Adapun perbedaan keduanya kami jelaskan di bawah ini:

1. Pasar Modern

Bagaimana perbedaan kedua jenis pasar tersebut terkait dengan tempat dan fasilitas yang ada


Sesuai dengan namanya pasar modern dalam kegiatannya sehari-hari dikelola dengan manajemen modern. Pada umumnya pasar modern ini terdapat di kawasan perkotaan, sebagai tempat jual beli  barang dan jasa dengan mutu pelayanan yang baik kepada konsumen.

Dengan target pengunjung dari kalangan masyarakat kelas menengah ke atas, pasar modern menyediakan variasi jenis produk barang yang beragam dengan kualitas yang relatif lebih terjamin dibandingkan yang ada di pasar tradisional. Untuk keamanan konsumen, produk-produk yang akan masuk ke dalam pasar modern harus mengikuti sistem penyeleksian atau penyortiran terlebih dahulu. Bahkan kualitas baik sayuran maupun buah-buahan yang ada di pasar modern tergolong kualitas unggul.

Dari segi harga, perbedaan yang paling mencolok antara pasar modern dan pasar tradisional adalah produk di pasar modern disertai label harga dengan menggunakan sistem bercode sehingga konsumen dapat melihat label harga yang sudah tertera pada barang tersebut. Sehingga di pasar modern, kamu tidak bisa melakukan aktivitas tawar menawar. 

Perbedaan dalam cara menyediakan produk barang dan jasanya inilah yang membuat banyak orang beralih ke pasar modern untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari dibandingkan ke pasar tradisional. 

Jenis-jenis Pasar Modern

Macam-macam pasar modern diantaranya:

  • Hypermarket, yaitu pasar modern dengan skala besar yang memiliki luas ruangan lebih dari 5.000 m2. Contoh bisnis retailing yang masuk dalam kategori pasar modern hypermarket adalah Carrefour, Hypermart, Giant, Lotte Mart dan lain-lain.
  • Supermarket, yaitu pasar modern yang menyediakan kebutuhan sehari-hari secara eceran dengan luas area 400 m2 sampai dengan 5.000 m2. Supermarket lebih banyak menjual produk makanan dan bahan pokok dengan komposisi kurang lebih 70%-nya, 30% lainnya berupa perlengkapan mandi, pakaian dalam, dan sebagainya. Contoh pasar modern yang tergolong dalam supermarket adalah Superindo.
  • Minimarket, yaitu gerai yang menyediakan produk-produk kebutuhan sehari-hari secara eceran dengan fasilitas pelayanan yang lebih modern. Luas ruang minimarket kurang dari 200 m2. Contoh minimarket yaitu Indomart dan Alfamart.
  • Departement store, yaitu menjual berbagai macam kebutuhan gaya hidup seperti pakaian anak, wanita, pria, sepatu dan tas, parfum dan lain sebagainya. Departement store memiliki luas ruangan lebih dari 400 m2.
  • Factory outlet, yaitu toko ritel yang menjual kebutuhan fashion atau pakaian jadi dari merek-merek yang terkenal.
  • Convenience store, yaitu toko ritel yang mirip dengan minimarket dalam hal produk yang dijual, dengan mengandalkan ruang publik terbuka seperti SPBU, stasiun, dan sebagainya. Prdouk yang dijual didominasi makanan, minuman, dan juga menyediakan jasa layanan seperti alat penyeduh kopi maupun mie instan. Jenis pasar modern ini memiliki luas ruangan antara 200 m2 hingga 450 m2. Contoh Convenience store diantaranya adalah 7-Eleven, Circle K, Lawson, Indomaret Point, dan Bright yang merupakan milik Pertamina.

2. Pasar Tradisional

Bagaimana perbedaan kedua jenis pasar tersebut terkait dengan tempat dan fasilitas yang ada


Pasar tradisional merupakan asal muasal pasar sebelum adanya pasar modern. Pasar tradisional ini dikelola secara sederhana dengan mengedepankan manajemen tradisional. 

Pada umumnya pasar tradisional tersebut didirikan oleh masyarakat atau pemerintah desa di kawasan pinggiran perkotaan/jalan atau lingkungan rumah penduduk. Sehingga di kawasan pasar tradisional biasanya terdiri dari warung, kios dagangan, toko kelontong, pedagang kaki lima, dan lain sebagainya. 

Untuk jenis barang antara pasar tradisional dengan pasar modern relatif hampir sama, yakni menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari dengan variasi jenis yang beragam. Yang membedakannya adalah jarang bisa ditemukan hasil pertanian yang berkualitas unggul di pasar tradisional. 

Dari segi harga, pasar tradisional tidak memiliki label harga yang pasti karena harga yang ditentukan penjual harus disesuaikan dengan besarnya keuntungan yang mereka inginkan.

Itulah ulasan mengenai perbedaan pasar modern dan pasar tradisional. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Bagi setiap orang tentunya memiliki preferensi atau kesukaan sendiri-sendiri dimana ia ingin berbelanja. Pilihan di tangan kamu, mau pilih berbelanja di pasar modern ataukah pasar tradisional.

Identitas istilah pasar lekat dengan pemahaman pasar tradisional, di mana istilah ini menggambarkan kondisi bertemunya penjual dan pembeli secara langsung dan merupakan tempat terjadinya transaksi. Hal ini membuat pasar tradisional dan modern punya tempatnya masing-masing dihati masyarakat.

Pasar tradisional juga akrab dengan aktivitas nego harga atau mencapai kesepakatan harga produk antara penjual dan pembeli by personal. Pemahaman tersebut relatif sempit karena hanya menjelaskan dari sisi pasar tradisional saja.

Pada kenyataannya, dalam kehidupan sehari-hari kita sudah muncul pasar modern. Pasar modern ini bukan semata pasar tradisional yang dibenahi secara fisik sehingga memperlihatkan bangunan pasar yang lebih besar. Pasar modern merupakan reformasi pasar tradisional yang tidak sekadar tentang bangunan fisik.

Meskipun dalam pasar modern, jual-beli produknya tidak jauh berbeda dengan pasar tradisional, namun ciri khas dari pasar modern ini adalah menghilangkan “budaya” nego harga seperti di pasar tradisional.

Apakah hanya itu saja perbedaan keduanya? Jawabannya, tidak. Ada beberapa perbedaan yang cukup signifikan antara pasar tradisional dan modern. Penjabarannya bisa dilihat melalui poin-poin berikut ini.

1. Penentuan Kesepakatan Harga

Seperti yang sudah disebutkan di atas, ciri khas atau pembeda antara pasar modern dan tradisional adalah di bagian penentuan harga yang disepakati. Kalau di pasar tradisional, sangat mungkin pembeli melakukan nego harga dan memengaruhi penjual agar menurunkan harga produknya.

Di pasar modern, pembeli bisa seperti tidak memiliki daya untuk memengaruhi harga produk. Bila penjual sudah menetapkan nominal tertentu untuk produk yang dijual, angka itulah yang harus dibayar pembeli bila ingin mendapatkannya.

Baca Juga: Modal Usaha: Pra-syarat Bisnis yang Perlu Diperhitungkan Dengan Baik

Penurunan harga ini sangat mungkin terjadi namun bila penjual ingin memberikannya. Misalnya, penjual memberikan potongan harga melalui promosi yang digelar.

2. Kelas Produk yang Dijual

Ciri khas yang cukup lekat dengan pasar modern adalah kelas produk yang dijual relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pasar tradisional. Meskipun tidak menutup kemungkinan penjual di pasar modern juga menjajakan produk yang sama persis dengan produk di pasar tradisional, mereka yang berdagang melalui pasar modern dapat memberikan varian yang berbeda.

Misalkan sama-sama menjual produk sayur, spesifiknya merupakan wortel. Kamu bisa mendapatkan wortel di pasar tradisional, tapi pasar modern menyediakan varian lain seperti Baby Carrots, Wortel Nantes, Wortel Imperator, Wortel Danvers, Wortel Chantenay, dan jenis wortel lainnya.

Bagaimana perbedaan kedua jenis pasar tersebut terkait dengan tempat dan fasilitas yang ada
Ilustrasi perbedaan produk yang dijual di pasar tradisonal dan modern – Sumber: Pixabay.com

Bukan sekadar berbeda dari jenis varian tapi mungkin wortel-wortel tersebut memiliki keunggulan dari segi pupuk organik dan mungkin bebas pestisida. Faktor inilah yang kemudian menjadikan produk di pasar modern dikenal memiliki kelas yang berbeda dengan produk di pasar tradisional.

3. Promo – terkait dengan Tingkat Persaingan

Pasar modern tidak menyediakan kesempatan pembeli untuk melakukan nego harga. Padahal ketika membicarakan transaksi dalam konteks Indonesia, masyarakat kita masih relatif sensitif terhadap harga.

Baca Juga: Ide Bisnis Produk Daur Ulang: Meraup Untung dengan Prinsip 3R

Produk mana yang dipertimbangkan lebih murah (baik eksplisit dari harga atau mempertimbangkan masa penggunaannya) akan lebih mungkin dipilih dibandingkan produk dengan harga yang lebih mahal.

Kondisi ini kemudian mengharuskan penjual untuk bisa bersaing secara harga dengan para pesaingnya, baik itu sesama penjual di pasar modern maupun penjual di pasar tradisional. Promo menjadi salah satu solusi untuk menggaet konsumen dan meningkatkan penjualan.

Diskon, cash back, Buy 1 Get 1 Free, adalah segelintir bentuk promosi yang dimaksud. Di pasar tradisional, promo tidak terlalu kentara sebagai bagian dari proses jual-beli. 

4. Sistem Pembayaran

Baik di pasar tradisional maupun pasar modern, pembayaran dengan uang tunai merupakan transaksi yang paling umum. Namun, di pasar modern lebih mungkin digunakan sistem pembayaran lain. Misalnya pembeli tidak sedang membawa uang tunai yang cukup untuk membayar, mereka bisa menggunakan opsi pembayaran tunai dengan kartu debit atau pembayaran kredit.

Baca Juga: Penjelasan UMKM Secara Lengkap dan Hal-hal yang Perlu Diketahui Calon Pelaku Usaha

Kredit lebih normal dikenal dengan istilah utang. Kalau di pasar modern, pembeli bisa ngutang ketika mereka memiliki kartu kredit yang dikeluarkan bank. Kalau di pasar tradisional, bukan tidak mungkin pembeli ngutang dengan cara mengatakannya langsung ke penjual. Meskipun pada akhirnya apakah utang itu diterima atau tidak juga berdasar kebijakan penjualnya.

Ada lagi sistem pembayaran baru yang lumrah dilakukan pada transaksi di pasar modern, yaitu pembayaran dengan kode QR atau QRIS. QRIS sendiri merupakan standarisasi penyedia sistem pembayaran dengan kode QR.

Nantinya ketika akan membayar, pembeli hanya tinggal melakukan scanning kode QR melalui handphone. Meskipun tidak menggunakan uang tunai secara langsung, namun opsi pembayaran ini tergolong sebagai pembayaran non-kredit karena tidak ada hutang yang ditimbulkan setelah transaksi.

5. Perbedaan Waktu Operasional Pasar Tradisional dan Modern

Jam operasional pasar modern dan pasar tradisional memiliki perbedaan tentunya. Bahkan sesama pasar tradisional saja terkadang ada waktu operasional yang berbeda. Misalkan di Jawa ada pasar yang hanya dibuka pada hari atau weton tertentu.

Pasar Kliwon hanya dibuka pada hari dengan weton Kliwon. Atau beberapa wilayah juga ada yang memiliki Pasar Senen dan Pasar Kemis yang hanya buka di hari Senin dan hari Kamis.

Bagaimana perbedaan kedua jenis pasar tersebut terkait dengan tempat dan fasilitas yang ada
Ilustrasi perbedaan waktu operasional di pasar tradisonal dan modern – Sumber: Pixabay.com

Pada umumnya, waktu operasional pasar tradisional dan modern itu sama secara hari. Artinya, kedua jenis pasar ini buka setiap hari namun di jam yang berbeda. Jam operasional pasar tradisional umumnya sejak subuh hingga siang hari. Sedangkan pasar modern biasanya baru buka sejak pukul 8 pagi hingga 10 malam.

Meskipun sekilas ada perbedaan yang menjadi ciri khas masing-masing, sejatinya kedua bentuk pasar ini hadir sebagai tempat untuk memfasilitasi pertemuan penjual dan pembeli. Kalau ditanya lebih baik mana, keduanya memiliki keunggulan masing-masing.

Beberapa orang mungkin memiliki pandangan dan preferensinya sendiri terhadap pasar modern maupun pasar tradisional. Jadi, urusan pilih belanja di pasar yang mana, kembali lagi pada kebutuhan dan keputusan pembeli.