MyanmarKrisis Ekonomi, Jutaan Warga Myanmar Hidup dalam KesusahanSejak kudeta militer Februari lalu, banyak warga kehilangan mata pencarian. Harga komoditas kebutuhan sehari-hari pun melonjak. Kondisi ini memparah penderitaan rakyat Myanmar. Show
Ekonomi dan sistem perbankan Myanmar lumpuh sejak kudeta militer pada Februari 2021 Aye Mar duduk bersama tujuh anaknya di rumahnya di Rangoon, Myanmar. Dia khawatir makanan yang telah dibeli tidak cukup menghilangkan rasa lapar mereka. "Kami harus memberi makan anak-anak agar mereka tidak kelaparan," kata Aye Mar. Ekonomi dan sistem perbankan nasional telah lumpuh sejak militer merebut kekuasaan dan melengserkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi pada Februari 2021. Keluar rumah dan mencari nafkah juga tidak mudah dilakukan karena warga dibayangi ketakutan akan tindakan kekerasan oleh aparat militer. Bahkan hingga saat ini, krisis di Myanmar telah menewaskan lebih dari 800 warga sipil. Hidup jadi lebih sulitPBB memperingatkan, jutaan warga Myanmar terancam kelaparan dalam beberapa bulan mendatang. Penjual makanan bernama Wah Wahmengatakan kenaikan harga sejak kudeta membuat banyak pelanggannya tidak lagi mampu membeli semangkuk ikan kering. "Saya tidak bisa menjualnya karena pelanggan tidak mampu membelinya ... bahkan jika saya menjualnya dengan harga 500 kyat (Rp 4.700) per mangkuk," kata Wah Wah kepada AFP. "Setiap orang harus mengeluarkan uang dengan hati-hati, karena tidak ada yang punya pekerjaan. Kami hidup dalam ketakutan karena tidak tahu apa yang akan terjadi," tambahnya.
"Kami dalam masalah"Ayah tiga anak, Win Naing Tun, mengatakan mereka yang sebelumnya mampu makan daging babi secara rutin terpaksa beralih ke produk ikan. Kemudian mereka yang biasa makan ikan dan sayuran, "sekarang hanya bisa makan nasi putih pakai garam," ujar Win Naing Tun. Krisis ekonomi menghantam keras kehidupan warga di daerah terpencil. Seperti di negara bagian Kachin, harga beras saat ini lebih mahal hampir 50%. Biaya pengangkutan produk pertanian ke kota-kota juga melonjak karenaharga bahan bakar yang naik 30% sejak kudeta. Program Pangan Dunia PBB (WFP) memperkirakan bahwa dalam enam bulan ke depan, sebanyak lebih dari 3,4 juta orang terancam kelaparan di Myanmar. Pihaknya bersiap untuk melipatgandakan bantuan makanan darurat untuk rakyat Myanmar. Program donasi makanan masyarakat akar rumput terbukti sangat diminati di Rangoon, ibu kota komersial Myanmar. "Mereka senang saat kami menyumbangkan makanan. Beberapa bahkan menangis," kata sukarelawan May, bukan nama sebenarnya. Salah seorang warga lainnya, Ni Aye, mengatakan dia dan suaminya sekarang tidak punya penghasilan sama sekali dan bergantung pada makanan program donasi. "Kami dalam masalah ... Jika kondisi ini terus berlanjut, kami akan kelaparan," kata Ni Aye. Lain halnya dengan Aung Kyaw Moe, yang sedang mempertimbangkan untuk kembali ke desa asalnya setelah pabrik di Rangoon tempat dia bekerja ditutup. Moe mengatakan bahwa dia tidak memiliki simpanan uang dan putus asa dalam menghidupi sembilan anggota keluarganya. "Semuanya di luar kendali kami." ha/ae (AFP) Laporan PilihanKTT ASEAN 2021: Dialog Tidak Akan Cukup Menyelesaikan Konflik di MyanmarPenyelenggaraan KTT ASEAN diharapkan dapat mengendalikan krisis politik di Myanmar. Banyak pihak mendesak para pemimpin negara Asia Tenggara mengedepankan tindakan tegas untuk mengembalikan pemerintahan sipil Myanmar. Bisnis Menggiurkan Anak Istri Petinggi Militer di MyanmarTentara Myanmar mengontrol sebagian besar ekonomi melalui dua konglomerasi. Sejumlah perwira tinggi, termasuk panglima Min Aung Hlaing, menjalankan usaha yang dikelola keluarga. DW menyelidiki bisnis anak-anaknya.
Konten terkaitSetahun Setelah Kudeta, Nasib Myanmar Semakin Tidak MenentuPada 1 Februari 2021 Jendral Min Aung Hlaing mengkudeta pemerintahan sipil Myanmar, serta membui ribuan tokoh dan pegiat demokrasi. Laku junta militer gagal meredupkan perlawanan yang kini menjalar jadi perang terbuka. Hukuman Penjara kepada Aung San Suu Kyi Memicu Kemarahan GlobalJunta Myanmar menjatuhkan hukuman dua tahun penjara kepada Aung San Suu Kyi. Pemerintah dan organisasi internasional mengecam putusan tersebut dan mengatakan Suu Kyi tidak menerima pengadilan yang adil. Anak Perempuan Afganistan Mulai Dijual Keluarga untuk Bertahan HidupSituasi di Afganistan kian memburuk, ditambah kekeringan berkepanjangan. Setelah perabot habis dijual untuk biaya sehari-hari, keluarga Afganistan terpaksa menjual anak mereka. |