Bagaimana cara mengidentifikasi kualitas air yang baik untuk makhluk hidup dan lingkungan makau

RATA-RATA orang Indonesia mengonsumsi air minum dalam kemasan. Tetapi apakah air minum kemasan benar-benar berkualitas?

Bagaimana cara mengidentifikasi kualitas air yang baik untuk makhluk hidup dan lingkungan makau

BANYAK orang beranggapan kalau air minum dalam kemasan menjadi sebuah jaminan kualitas kesehatan. Pasalnya iming-iming Standar Nasional Indonesia dan BPOM yang tercantum di dalam kemasannya membuat orang tak meragukan kualitas dan kesehatannya. Padahal sebenarnya, tak semua air minum dalam kemasan memenuhi standar tersebut. Ada banyak air minum dalam kemasan abal-abal dan dijual dengan harga murah.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI no 97/Menkes/SK/VII/2002, yang dimaksud dengan air minum adalah air yang melalui proses pengolahan yang memenuhi syarat dan langsung diminum. “Kualitas air minum dalam kemasan itu harus memenuhi syarat mikrobiologi, klinis, dan syarat fisik,” kata Ika Setyani, ahli gizi dari MRCCC Siloam Semanggi seperti dilansir CNNIndonesia.com. “Syarat fisik bisa dilihat dari penampilannya, sedangkan syarat mikrobiologi terkait adanya bakteri merugikan seperti E.coli. Kalau syarat kimia terkait zat yang ada dalam air.”

Ika menambahkan jika ketiga syarat tersebut tak dipenuhi, maka air minum dalam kemasan tak bisa dikatakan memenuhi kualitas. Bahayanya, konsumsi air minum kemasan yang tak sehat ini mengandung berbagai bakteri berbahaya yang bisa menyebabkan sakit perut sampai diare.

Lalu bagaimana caranya untuk mengenali ciri-ciri air minum berkualitas?

PERTAMA, syarat fisik. Secara fisik air minum yang sehat haruslah bening (tidak berwarna) dan tidak berbau. Mengutip Buckle KA, dalam buku Ilmu Pangan (1987), air yang bisa diminum haruslah tidak mengandung bahan tersuspensi atau keruh. Selain itu, air minum kemasan yang berkualitas juga harus memiliki suhu di bawah suhu udara di luarnya (dalam suhu ruang).

KEDUA, syarat mikrobiologi.Syarat mikrobiologi ini disebut juga sebagai syarat bakteriologis. Karena digunakan sebagai untuk minum, air minum dalam kemasan harus bebas dari segala macam bakteri yang mencemarinya. “Terutama, harus bebas dari bakteri patogen (penyebab penyakit),” kata Ika. Untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan patogen dalam air minum kemasan tersebut, maka air minum harus diuji di laboratorium.

KETIGA, syarat kimia. Air minum yang sehat juga harus memenuhi syarat kimia yang dibutuhkan. Artinya, air harus mengandung zat-zat tertentu yang dibutuhkan, misalnya zat besi, mangan, dan klorida. Zat tersebut juga harus ada dalam jumlah tertentu. Kekurangan atau kelebihan zat tertentu dalam air akan menyebabkan ketidakseimbangan. Parahnya ini juga akan mengganggu kondisi fisiologis seseorang.

Apa Rasa Air Putih?

AIR minum atau biasa disebut air putih, rasanya apa? Kebanyakan kita akan bilang, tak ada rasanya sama sekali. Tapi kalau tak ada rasanya, kok kita tahu yang sedang kita minum itu air putih?

Sebuah penelitian terbaru telah menyingkapkan jawabannya. Jadi, lidah kita sendiri punya cara tersendiri dalam mendeteksi air putih. Lidah mengetahui bahwa yang kita minum adalah air bukan dengan mencicip air itu sendiri, melainkan dengan mendeteksi acid, atau yang bisa kita sebut asam.

Mamalia, seperti kita manusia, membutuhkan air untuk bertahan hidup. Jadi, mamalia perlu memastikan apakah yang mereka minum itu air atau bukan. Indera pengecap kita sudah berevolusi untuk mendeteksi substansi yang kita perlukan, seperti gula dan garam. “Jadi, mendeteksi air juga perlu indera,” kata Yuki Oka, yang belajar mengenai otak di Institut Teknologi California di Pasadena, seperti dikutip sciencenewsforstudents.org, baru-baru ini.

Oka dan timnya menemukan area di otak yang disebut hypothalamus yang bisa mengontrol rasa haus. Tapi otak sendiri tak bisa mengecap, bukan? Ia harus menerima sinyal dari mulut, yang mempunyai indera pengecap yaitu lidah. “Harus ada sensor yang mengecap air, sehingga kita bisa memilih cairan yang benar,” tutur Oka. Kalau tidak, bisa saja kita meminum cairan lain. Kalau itu racun, waduh, alamat melayang nyawa kita.

Untuk melacak pengecap air ini, Oka dan timnya meneteskan cairan berbeda-beda pada lidah tikus: manis, asam, dan rasa gurih. Mereka juga meneteskan air murni.

Pada saat yang sama, mereka merekam sinyal elektronik dari sel saraf yang tersambung ke indera pengecap. Seperti diduga, tikus menunjukkan respons yang kuat atas rasa-rasa tersebut, termasuk air murni.

Penjelasan ilmiahnya begini: jadi mulut kita itu kan mengandung liur, yang terdiri dari campuran enzim dan molekul lain, termasuk ion bicarbonate, yaitu molekul kecil dengan muatan negatif. Bicarbonate membuat liur dan mulut jadi agak basic, yaitu punya pH lebih tinggi dari air murni.

Ketika air murni masuk ke mulut, ia akan menyapu liur. Maka sebuah enzim di mulut pun kemudian masuk menggantikan ion-ion tadi. Enzim ini terdiri dari karbondioksida dan air untuk membuat bicarbonate. Efek sampingnya, ia juga memproduksi proton.

Nah, bicarbonate itu basic, sedang proton itu asam. Di sinilah, indera pengecap kita mendeteksi asam, seperti halnya mendeteksi rasa asam pada lemon. Tapi bukan berarti air itu rasanya asam lho ya.

Admin dlh | 07 Maret 2022 | 968 kali

Bagaimana cara mengidentifikasi kualitas air yang baik untuk makhluk hidup dan lingkungan makau

MENGENAL PARAMETER UJI KUALITAS AIR

Oleh:

Putu Elvira Yulianthi, S.Si

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang penting dalam suatu ekosistem, dimana air dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk bertahan hidup. Seiring dengan perubahan zaman, terjadi peningkatan jumlah penduduk yang tinggi dari tahun ke tahun dan disertai dengan permasalahan lingkungan, salah satunya adalah masalah pencemaran air. Menurut PP Nomor 82 Tahun 2001, pencemaran air adalah masuknya makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain ke dalam air yang disebabkan karena adanya aktivitas yang dilakukan manusia, sehingga kualitas air menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya.

Industrialisasi dan urbanisasi telah membawa dampak yang signifikan bagi lingkungan. Pembuangan limbah industri dan domestik/rumah tangga ke badan air merupakan penyebab utama terjadinya pencemaran air. Secara umum, ada dua sumber utama pencemaran air, yaitu sumber pencemar air dari titik tetap/tidak bergerak (point sources) dan sumber pencemar air dari titik tidak tetap/bergerak (non point sources). Sumber pencemar dari titik tetap antara lain pabrik, sistem septic tank, fasilitas pengolahan air limbah, dan sumber lain yang jelas membuang polutan ke sumber air. Sementara sumber pencemar tidak tetap lebih sulit diidentifikasi karena tidak dapat ditelusuri kembali. Contohnya seperti sedimen, pupuk, bahan kimia dan limbah dari peternakan hewan, situs konstruksi, serta tambang.

Pencemaran air ini dapat diatasi dengan melakukan berbagai upaya dan kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi permasalahan ini adalah dengan mengukur kualitas air menggunakan parameter uji seperti temperatur, pH, TSS, BOD, COD, dan DO. Data yang diperoleh dari hasil uji kualitas air ini dapat digunakan untuk menentukan langkah-langkah yang tepat dalam penanggulangan masalah pencemaran air.

Temperatur biasanya diukur dengan menggunakan termometer air raksa dengan skala Celcius (oC). Nilai pH air diukur dengan menggunakan pH meter, dimana pengukuran ini bertujuan untuk mengekspresikan kondisi keasaman (konsentrasi ion hidrogen) pada air. Skala pH berkisar antara 1-14, dimana kisaran nilai pH 1-7 termasuk kondisi asam, pH 7-14 termasuk kondisi basa, dan pH 7 adalah kondisi netral. Selanjutnya padatan tersuspensi atau TSS (Total Suspended Solid) digunakan untuk menentukan kepekatan air, efisiensi proses dan beban unit proses. Umumnya TSS dapat berupa lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri, dan jamur. TSS dapat dihilangkan dengan cara flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan sehingga membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan.

BOD (Biological Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen biologis adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan organisme di air untuk memecah (mendegradasi/mengoksidasi) bahan-bahan buangan organik yang ada di dalam suatu perairan. Semakin tinggi nilai BOD maka semakin tinggi pula aktivitas organisme air untuk menguraikan bahan organik, sehingga tingginya kadar BOD dapat mengurangi jumlah oksigen terlarut suatu perairan. Apabila kandungan oksigen terlarut suatu perairan menurun, maka kemampuan bakteri anaerobik dalam memecah bahan buangan organik juga menurun. Hal ini menyebabkan bau yang tidak enak di suatu perairan tercemar.

COD (Chemical Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada di suatu perairan dapat teroksidasi melalui reaksi kimia. Dalam pengujian ini biasanya menggunakan Kalium bikromat (K2CrO7) sebagai sumber oksigen. Semakin banyak Kalium bikromat yang diperlukan, maka semakin banyak oksigen yang diperlukan. Hal ini menunjukkan bahwa suatu perairan yang diuji semakin tinggi tingkat pencemarannya.

DO (Dissolved Oxygen) atau oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan. Dengan bertambahnya kedalaman suatu perairan, maka akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk proses metabolisme serta oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik. Oksigen sendiri memegang peranan penting sebagai indikator kualitas suatu perairan, hal ini dikarenakan oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik.