Bagaimana cara mengenali gejala gejala autisme?

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kasus gangguan sprektrum autisme pada anak-anak terbilang cukup tinggi. Hingga saat ini, penyebab anak autis masih belum diketahui secara pasti, tetapi faktor genetik dan lingkungan diduga kuat berpengaruh. Mendeteksi ciri autisme sejak dini penting dilakukan untuk dapat mengendalikan dan mendidik anak autis dengan baik agar menjadi mandiri dan produktif.

Berdasarkan data dari Center of Disease Control (CDC) di Amerika, prevalensi anak dengan gangguan spektrum autisme di tahun 2018 yakni 1 dari 59 anak. Sedangkan WHO memprediksi ada 1 dari 160 anak-anak di dunia yang menderita autisme.

Tidak ada pengobatan yang bisa menyembuhkan autisme secara keseluruhan, tetapi ada beberapa metode terapi yang bisa dilakukan untuk membantu anak autis mengembangkan kemampuannya untuk berkomunikasi, berinteraksi, serta belajar.

Artikel Terkait: Perlukah Anak Autis Mengonsumsi Makanan Khusus? Ini Jawabannya!

15 Ciri Anak Autisme dari Ringan hingga Berat

Gejala atau ciri ciri tanda autisme bisa dideteksi sejak masih bayi. Namun, ada beberapa ciri ciri yang secara umum bisa terlihat dengan jelas pada rentang usia 2 hingga 4 tahun. Berikut adalah beberapa ciri dari anak autisme yang perlu Parents ketahui.

1. Tak Merespons Jika Dipanggil Namanya di Usia 12 Bulan

Anak-anak dengan autisme mungkin tidak menganggap ucapan manusia sebagai hal yang menarik dan menyenangkan, karena koneksi yang lebih lemah pada bagian otak yang berfungsi untuk mengenali suara. Salah satu ciri ciri autisme yang dapat dideteksi sejak dini adalah ketika anak tidak merespons ketika namanya dipanggil.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

2. Jarang Membuat Gestur Tertentu

Mereka yang mengidap autisme biasanya jarang membuat gestur tertentu untuk menunjukkan ketertarikan atau berekspresi secara sederhana, misalnya menunjuk suatu objek, melambaikan tangan, atau menggelengkan kepala.

Hal ini dikarenakan mereka tidak paham apa makna dari gerakan atau gestur tertentu tersebut.

3. Sulit untuk Tertidur

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Penelitian menunjukkan bahwa beberapa anak autis tidak dapat melepaskan hormon melatonin dari tubuhnya pada waktu yang tepat. Hormon ini bekerja untuk mengatur siklus jam biologis tubuh dan siklus tidur-bangun. Mereka cenderung memliki tingkat melatonin yang tinggi pada siang hari dan lebih rendah di malam hari.

Selain itu alasan lainnya adalah meningkatnya kepekaan terhadap rangsangan seperti sentuhan atau suara pada anak autis sehingga mereka sulit untuk tertidur nyenyak. Kecemasan berlebih juga bisa saja memengaruhi kualitas tidur mereka.

4. Ekspresi yang Datar, Tak Bisa Mengekspresikan Emosi

Autisme menyebabkan seseorang kesulitan untuk mengenali emosi, ekspresi wajah, dan isyarat emosional lain seperti nada suara dan bahasa tubuh. Bagi mereka, sulit untuk memahami bagaimana nada digunakan untuk mengubah arti kata sehingga mereka terdengar berbeda dengan orang lain, misalnya intonasi suara yang datar dan monoton.

Pada otak anak autis, terdapat konektivitas yang lemah antara korteks selektif suara dan amigdala yang memproses emosi. Hal ini menjelaskan mengapa anak autis sering kali mengalami kesulitan untuk menginterpretasikan konten emosional yang disampaikan dalam tuturan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

5. Respons Negatif terhadap Informasi Sensorik Tertentu

Anak autis terkadang terlalu sensitif atau justru tidak sensitif sama sekali terhadap informasi sensorik tertentu seperti suara, cahaya, bau, rasa dan lain sebagainya. Indra mereka cenderung menerima terlalu banyak atau terlalu sedikit informasi dari lingkungan sekitarnya.

Ketika anak terlalu peka terhadap rangsangan sensorik tertentu umumnya ia akan menunjukkan respons negatif seperti menutup telinga ketika mendengar suara yang keras atau hanya makan makanan dengan tekstur atau rasa tertentu.

Sebaliknya jika ia tidak peka (hiposensitivitas) biasanya ia akan mencari pengalaman sensorik tertentu misalnya mencari benda untuk disentuh atau dicicipi, dan menggosok-gosokkan kaki atau tangan ke benda tertentu.

Artikel Terkait: Mengenal Tentang Autisme Lebih Dekat agar Tak Salah Kaprah Dalam Memahami

6. Terlihat Sering Mengulangi Gerakan

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Gerakan berulang atau tindakan yang berulang-ulang melibatkan satu atau seluruh bagian tubuh hingga benda atau mainan adalah ciri ciri autisme. Jenis aktivitas ini dikenal sebagai stimulasi diri atau stimming.

Stimming dapat membantu anak-anak mengelola informasi sensorik yang besar bagi mereka. Anak autis yang mengalami hipersensitivitas terhadap informasi sensorik tertentu dapat melakukan stimming untuk mengurangi beban sensorik yang berlebihan. Ada pula yang melakukan stimming untuk membantu menenangkan diri agar perhatian mereka bisa terfokus.

7. Menghindari Kontak Mata

Bagi individu normal, menghindari kontak mata umumnya dianggap sebagai tanda ketidakpedulian sosial. Namun bagi penyandang autis, kontak mata kebanyakan menyebabkan mereka menjadi tidak nyaman dan stres. Ini merupakan ciri anak autisme yang paling umum.

Para peneliti menemukan bahwa bagian otak yang diaktifkan oleh kontak mata yang disebut dengan sistem subkortikal, diaktifkan secara abnormal pada otak penyandang autis. Area otak inilah yang bertanggung jawab untuk memicu ketertarikan alami bayi kepada wajah atau membantu mereka berpaling ke wajah yang mereka anggap familier.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

8. Lebih Suka Menyendiri

Jika anak tampak tidak menyadari keberadaan anak lain atau terlihat tidak dapat memelajari keterampilan bermain baru melalui observasi, keterlibatan sosial atau komunikasi verbal, ini dapat menjadi salah satu ciri dari autisme.

Anak autis cenderung lebih suka bermain sendiri dengan permainan khas mereka, misalnya menumpuk mobil-mobilan, dijatuhkan, kemudian ditumpuk kembali. Hal ini dikarenakan mereka memiliki keterampilan meniru yang rendah, tidak bisa mengembangkan kemampuan bermain simbolik, serta kurangnya kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi.

9. Terlambat Berbicara

Menurut penelitian yang dilakukan di Universitas Stanford, pada penyandang autisme jalur otak yang menghubungkan pengenalan ucapan ke pusat penghargaan otak terhubung secara berbeda dengan yang biasanya terjadi pada otak yang sedang berkembang.

Sekitar 40% anak dengan gangguan spektrum autisme tidak berbicara sama sekali, dan di antara 25% hingga 30% mengembangkan beberapa keterampilan bahasa selama masa bayi, tetapi kemudian perlahan menghilang. Dalam beberapa kasus ada yang baru mulai berbicara ketika sudah agak besar. Ini salah satu ciri ciri autisme.

10. Cara Komunikasi yang Tidak Biasa

Penyandang autis yang bisa berbicara mungkin saja menggunakan bahasa atau cara-cara yang tidak biasa. Kebanyakan dari mereka tidak dapat memasukkan kata ke dalam kalimat dengan benar. Ada pula yang hanya bisa mengucapkan satu kata dalam satu waktu atau mengulangi kata dan frasa tertentu.

Tak jarang ada beberapa anak autis yang mengalami kondisi echolalia, atau mengulangi apa saja yang dikatakan orang lain. Selain itu, terdapat anak autis yang dapat berbicara dengan baik tetapi sulit untuk mendengar dan memahami apa yang orang lain katakan.

11. Sering Mengalami Kecemasan Berlebih

Faktanya, ciri anak autis lainnya adalah dua kali lebih mungkin mengalami kecemasan dibandingkan anak lainnya. Sekitar 40% dari anak autis didiagnosis dengan setidaknya satu gangguan kecemasan dan ketakutan ekstrem (fobia) terhadap hal tertentu.

Hiper-reaktivitas atau reaksi yang berlebih (terlalu peka) sering kali dihubungkan dengan alasan anak autis lebih sering mengembangkan kecemasan berlebih. Selain itu, kesulitan untuk menyaring dan mengabaikan hal-hal yang mereka dengar, lihat, sentuh, dan rasakan juga berkaitan.

12. Hiperaktif dan Impulsif

Kontrol impuls adalah salah satu hal yang sulit bagi mereka penyandang autis. Perasaan frustasi atau marah yang wajar bagi orang lainnya dapat membuat anak autis merasa kewalahan.

Hal ini terjadi karena masalah kontrol impuls yang terkait dengan aspek otak yang bertanggung jawab atas fungsi eksekutif seperti perencanaan, pengorganisasian, penalaran, pemecahan masalah, multitasking, dan hambatan perilaku. Pada otak anak autis, terjadi disfungsi pada bagian ini.

Artikel Terkait: 5 Tips Mengasuh Anak Autis, Berdasarkan Pengalaman Pribadi!

13. Mengikuti Rutinitas secara Patuh dan Kaku

Anak autis akan mengalami kesulitan jika terjadi sesuatu yang mereka tidak ketahui sebelumnya atau tidak bisa diprediksi. Hal ini terjadi karena mereka merasa stres lantaran tidak memahami apa yang terjadi di sekitar mereka.

Obsesi dan rutinitas membantu mereka untuk mengelola stres dan kecemasan. Oleh karena itu, mereka membutuhkan rutinitas yang sudah terjadwal sebelumnya.

14. Kesulitan Belajar di Beberapa Bidang Tertentu

Anak-anak dengan spektrum autism berkembang dengan kecepatan berbeda di area yang berbeda. Bisa saja mereka mengalami keterlambatan dalam bahasa dan sosial, tetapi kemampuan berjalan dan bergeraknya hampir sama dengan anak-anak lain.

Mereka mungkin lihai bermain puzzle atau menyusun balok, tetapi mengalami masalah dengan aktivitas sosial seperti berbicara atau berteman. Anak autis cenderung memelajari keterampilan yang terkesan sulit terlebih dahulu sebelum menguasai yang mudah.

15. Minat dan Perilaku yang Tidak Biasa

Respons dari penyandang autis sering kali terlihat tidak biasa terhadap rangsangan sentuhan, penciuman, suara, pemandangan, rasa, dan perasaan. Mereka juga mungkin saja memiliki kebiasaan makan yang tidak normal, misalnya hanya ingin makanan tertentu atau justru memakan benda asing seperti tanah atau batu (kondisi ini disebut pica).

Suasana hati dan reaksi emosional anak autis bisa saja terlihat tidak normal, contohnya tertawa atau menangis pada waktu yang tidak biasa dan tidak menunjukkan respons emosional yang sesuai dengan keadaan. Mungkin pula mereka takut pada hal yang tidak berbahaya tetapi tidak takut pada hal yang bahaya.

Peran orangtua dan keluarga sangat penting dalam pengasuhan anak autis. Dengan mengetahui ciri ciri autisme, Parents bisa segera mengintervensi sejak dini dan menemukan solusi yang tepat setelah berkonsultasi dengan tenaga kesehatan yang memang ahli di bidangnya. Semoga informasi ini dapat bermanfaat.

Artikel telah ditinjau oleh:
dr. Gita Permatasari, MD
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi

Baca Juga:

id.theasianparent.com/terapi-anak-autis

id.theasianparent.com/perbedaan-down-syndrome-dan-autis

id.theasianparent.com/kelebihan-anak-autis

Kisah Rekomendasi

  • Seorang ayah ungkapkan 7 tanda anak autis yang wajib Parents ketahui
  • Ketahui Manfaat Terapi Okupasi untuk Anak Autisme
  • Hamil lagi setelah dua bulan melahirkan, ibu ini menyambut kehadiran buah hati dengan suka cita
  • 9 Tips Proses Melahirkan Normal dengan Cepat dan Aman