Bagaimana cara menanggulangi ideologi ideologi yang bertentangan dengan tujuan dan cita-cita negara

apakah yang dimaksud tanggung jawab​

apakah yang dimakaud hak​

apakah yang dimaksud kewajiban​

jelaskan peranan Joko Widodo dalam hubungan internasional​

bagaimana kita mengaitkan pembelajaran pkn dengan norma islam agar anak anak tidak terlalu terpengaruh perkembangan digital​

Buatlah ringkasan/rangkuman tentang hal-hal yang penting dari halaman buku PPKN ini!!

1. keragaman budaya bangsa Indonesia dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara terutama di sektor... a. pariwisatab. pendidikanc. perindustriand. … pemerintahan​

quizzapa yang di maksud norma kehidupan ?sebutkan macam macam norma !pake penjelasan !​

Apa yg ada didalam hari dan tahun tapi tidak ada didalam bulan dan minggu jam

jelaskan pendapat anda undang undang dan hukum yang di atur saat ini apakah ada yang tidak sesuai.jika iya jelaskan dan berikan contoh​

Bagaimana cara menanggulangi ideologi ideologi yang bertentangan dengan tujuan dan cita-cita negara

Bagaimana cara menanggulangi ideologi ideologi yang bertentangan dengan tujuan dan cita-cita negara

Pada Rabu, 10 Februari 2021, Akademi Ilmu Pancasila menyelenggarakan kegiatan Kuliah Ilmu Pancasila dan Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan bertempat di Hotel Merlynn Park, Jakarta. Tenaga Profesional Bidang Ideologi dan Strategi Lemhannas RI Brigjen TNI (Purn.) A. R. Wetik, S.IP.,M.Sc., yang mewakili Gubernur Lemhannas RI menyampaikan materi mengenai Membumikan Pancasila: Tantangan, Hambatan dan Solusi.

“Pancasila bukan hanya ideologi bagi rakyat Indonesia, tapi juga budaya, falsafah hidup, juga sebagai cita hukum atau dasar negara yang tertanam dalam jiwa masyarakat Indonesia dan tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan berbangsa,” ungkap Wetik. Lebih lanjut Wetik menyampaikan bahwa budaya Pancasila yang digali dari bumi kita, harus disosialisasikan untuk dibumikan kembali ke bumi nusantara.

Wetik juga menyampaikan dengan kondisi masyarakat Indonesia yang heterogen, haruslah memiliki visi yang sama sebagai bangsa, yaitu merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Sebagaimana tercantum pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Visi ini dapat tercapai bila negara menjalankan fungsinya yang tetap berpegang teguh pada nilai-nilai yang disepakati bersama. Nilai-nilai yang ada pada setiap bangsa Indonesia, yang tidak lain adalah Pancasila dengan berbagai instrumennya. Wetik berharap, Pancasila dapat diajarkan kepada masyarakat secara baik sehingga menjadi perilaku sehari-hari yang membudaya, terutama pada generasi muda.

Dalam kegiatan tersebut turut hadir Wakil Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Dr. Hariyono, M.Pd. dan Pengajar Utama Akademi Ilmu Pancasila Brigjen TNI (Purn.) Harsanto Adi.

Bagaimana cara menanggulangi ideologi ideologi yang bertentangan dengan tujuan dan cita-cita negara

Bagaimana cara menanggulangi ideologi ideologi yang bertentangan dengan tujuan dan cita-cita negara
Lihat Foto

ANTARA/Yogi Rachman

Gapura replika burung Garuda Pancasila di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Sabtu (17/8/2019).

SEBAGAI negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku, ras, golongan, agama, dan kepercayaan, Indonesia harus memiliki landasan ideologi yang dapat menginklusi keberagaman.

Ideologi Pancasila dan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” (Unity in Diversity) yang memiliki makna “walaupun berbeda-beda pada hakikatnya Indonesia tetap satu” merupakan dua pondasi ideologis vital dalam konteks Indonesia yang multikultural.

Tidak hanya berfungsi sebagai ideologi saja, Pancasila juga merupakan falsafah dan pandangan hidup yang merekatkan segala perbedaan, serta memiliki fungsi sentral dalam berbagai aspek kehidupan seperti aspek pendidikan, sosial, dan ekonomi bangsa.

Pancasila pada dasarnya terkandung dalam nilai-nilai budaya masyarakat salah satunya dapat kita lihat dari lirik lagu daerah kebanggaan masyarakat Jawa Barat, “Manuk Dadali” yang merupakan simbol dari Pancasila yang mengajarkan kerukunan dan keharmonisan dalam hidup bermasyarakat.

Kita juga dapat melihat nilai-nilai yang diadopsi dari Pancasila melalui alat musik tradisional angklung yang melibatkan banyak pemain untuk menghasilkan harmoni musik yang indah dan selaras.

Filosofi angklung adalah kebersamaan, pemersatu, disiplin, dan saling menghormati sesama yang menghasilkan keharmonisan dan keindahan.

Oleh karena itu, basis dari Pancasila pada dasarnya dekat dengan nilai-nilai budaya yang sudah lebih dulu dipraktikan dan diamalkan masyarakat Indonesia.

Sebaga dasar negara, Pancasila telah dirumuskan melalui diskusi panjang dan hati-hati oleh para founding fathers Indonesia. Setelahnya, lahirlah kemudian perangkat-perangkat negara seperti undang-undang dasar, sistem ketatanegaraan, dan lain-lain. 

Pasca kemerdekaan Indonesia hingga saat ini Pancasila telah teruji dan masih bertahan sebagai ideologi yang paling tepat untuk Indonesia.

Akan tetapi, perjalanan Pancasila sejak dilahirkan pada 1 Juni 1945 bukan berarti tanpa masalah.

Berbagai ideologi tandingan dan gerakan yang menentang Pancasila pernah dilakukan oleh berbagai oknum dan kelompok.

Tidak hanya berpotensi pada disintegrasi bangsa, ideologi-ideologi tersebut juga telah banyak memakan korban jiwa, seperti yang tercatat dalam perjalanan sejarah Indonesia sebagai sebuah bangsa.

Sebut saja gerakan 30 September, DI TII, NII, GAM, Gerakan Papua Merdeka, Permesta, dan lain-lain.

  • Christine Franciska, Heyder Affan
  • BBC Indonesia

Bagaimana cara menanggulangi ideologi ideologi yang bertentangan dengan tujuan dan cita-cita negara
Bagaimana cara menanggulangi ideologi ideologi yang bertentangan dengan tujuan dan cita-cita negara

Sumber gambar, INSTAGRAM / JOKOWI

Keterangan gambar,

"Pancasila itu jiwa dan raga kita," kata Jokowi.

Gerakan 'Saya Pancasila' menggema di media sosial - sebuah pengingat yang dianggap penting oleh berbagai kalangan untuk melawan arus perlawanan yang semakin nyata.

"Pancasila itu jiwa dan raga kita. Ada di aliran darah dan detak jantung kita, perekat keutuhan bangsa dan negara," kata Presiden Joko Widodo dalam sebuah klip singkat di Instagram.

Berlatar bendera merah putih, Jokowi mengakhiri video 34 detik itu dengan kalimat, "Saya Jokowi, saya Indonesia, saya Pancasila."

Pernyataan kuat dari presiden ini muncul dua hari menjelang hari lahir Pancasila, 1 Juni, seiring penyelenggaraan Pekan Pancasila, mulai tanggal 29 Mei-4 Juni mendatang. Sejumlah kementerian dan pejabat pemerintah pun kompak menyematkan tagar 'Saya Pancasila' dalam cuitan di akun media sosial.

"Pancasila adalah pelaksanaan nilai-nilai agama warga Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. #SayaPancasila," kata Menteri Agama Lukman Saifuddin.

Tagar itu telah digunakan lebih dari 38.000 kali, namun tanggapan pengguna media sosial nyatanya tidak selalu mendukung. Dalam kicauan menteri agama di atas misalnya, sejumlah orang membalas.

"Terapkan Pancasila menggunakan sistem Islam, agar nilai-nilai Pancasila dapat terwujud dengan baik dan konsekuen," kata @AgusTrisa. "Pancasila. Ketuhanan yang maha esa. Artinya esa apa? Satu. Kalau Tuhan nya lebih dari satu Pancasila bukan?" tanya yang lain.

Ancaman terhadap ideologi Pancasila amat nyata, kata pengamat politik LIPI, Syamsuddin Haris. "Ancamannya sangat serius, sebab apa yang dilakukan oleh kelompok-kelompok radikal itu kan ingin membatalkan apa yang sudah disepakati oleh pendiri bangsa," katanya.

Bagaimana cara menanggulangi ideologi ideologi yang bertentangan dengan tujuan dan cita-cita negara
Bagaimana cara menanggulangi ideologi ideologi yang bertentangan dengan tujuan dan cita-cita negara

Sumber gambar, Getty Images

Awal Mei lalu, pemerintah telah mengumumkan wacana pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang dianggap bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar.

Walau belum resmi dibubarkan, sejumlah perguruan tinggi di Indonesia mulai melarang kegiatan yang diduga berafiliasi atau mendukung organisasi itu. Sementara HTI dengan tegas memprotes tindakan ini karena dinilai bertentangan dengan hukum.

Syamsudin Haris menilai upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengingatkan kembali semangat Pancasila adalah hal penting yang dilakukan.

"Pancasila memang terancam sebagai ideologi nasional bangsa. (Gerakan ini) penting, sebab kalau tidak, maka kelompok-kelompok yang menamakan diri 'Bela Agama', 'Bela Islam' menganggap Pancasila itu tidak penting malah mungkin digantikan dengan yang lain," sambungnya.

Tapi tentu, lanjutnya, butuh upaya lain yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi ancaman tetapi tidak mudah. "Bahwa narasi Pancasila diulang-ulang, saya kita sifatnya mengingatkan. Untuk jangka pendek, enggak ada yang bisa dilakukan kecuali itu. Dalam jangka panjang butuh kerja keras, khususnya pendidikan."

Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid mengatakan Pekan Pancasila akan diisi dengan sejumlah kegiatan termasuk pameran dokumen asli ketika para pendiri negara mendiskusikan landasan negara, tujuan, cita-citanya.

"Karena selama ini orang dapat itu dari pelajaran sejarah tapi sudah dalam bentuk rangkumannya saja," katanya kepada BBC Indonesia.

Bagaimana cara menanggulangi ideologi ideologi yang bertentangan dengan tujuan dan cita-cita negara
Bagaimana cara menanggulangi ideologi ideologi yang bertentangan dengan tujuan dan cita-cita negara

Sumber gambar, JOKOWI / INSTAGRAM

Keterangan gambar,

Ada banyak hal yang harus dilakukan selain kampanye 'Saya Pancasila', kata pengamat politik LIPI.

Hilmar mengatakan agak aneh jika ada kelompok-kelompok yang mengatakan bahwa pemikiran mereka tidak terwakili atau tidak 'nyambung' dengan Pancasila.

"Negara ini didirikan oleh para pendiri republik dengan pemikiran yang bermacam-macam. Dan semuanya terwakili. Nah sekarang jika ada pemikiran yang tidak terwakili dalam sejarah itu, harus kita tanya balik. Lah memang situ aliran pemikirannya dari mana datangnya kok bisa tidak ada dalam sejarah pemikiran di republik ini?"

Dia menambahkan pameran ini adalah upaya untuk memberi akses pada publik sehingga masyarakat bisa mengetahui langsung dan menilai sendiri perjalanan bangsa Indonesia. "Yang paling penting yang ingin kita sampaikan bahwa paham kebangsaan itu memerlukan kedalaman, kedalaman sejarah," papar Hilmar.

"Kalau pengetahuan yang mendalam ini kita punya, dengan segala macam lika-liku dan nuansanya, kita menjadi bangsa yang bisa memandang masa lalu, masa kini, dan masa depan dengan perspektif. Itu yang sekarang kita tidak punya. Dan menurut saya ini meninggalkan kemanusiaan kita," lanjutnya.

Pada 2016 lalu, Jokowi melalui Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016 telah menetapkan hari lahir Pancasila sebagai hari libur nasional,