Bagaimana cara kita agar terhindar dari sifat munafik jelaskan

Oleh Ahmad Faisal

REPUBLIKA.CO.ID, Dalam sebuah riwayat dari Abdullah bin Amru, Rasulullah SAW pernah bersabda, ''Tanda orang munafik ada tiga. Jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, jika diberi amanah ia berkhianat. (HR Bukhari). Dalam HR Muslim ada penambahan, ''Walaupun ia puasa, shalat, dan mengaku sebagai Muslim.''

Menurut para ulama, penipuan, makar, pengelabuan dengan menampakkan kebaikan dan menyembunyikan kejahatan, termasuk dalam nifak. Ibnu Rajab al-Hanbali dalam Jami'u l-Ulum wa l-Hikam membagi nifak dalam dua jenis.

Pertama, nifak besar (akbar) yang biasa dikenal dengan nifak i'tiqady. Pelakunya berkamuflase mengaku beriman kepada Allah SWT, malaikat, kitab-kitab suci, para rasul, dan hari akhir.

Namun, di balik itu ia mendustakan semua atau sebagiannya. Nifak seperti ini ada pada zaman Muhammad SAW dahulu. Saat itu, Abdullah bin Ubay menjadi panutan kaum munafik. Ia menyebarkan isu bahwa antara Ummul Mukminin Aisyah dan Shafwan bin Mu'aththal ada affair.

Kedua adalah nifak kecil (asghar) yang bersifat amali. Biasanya si pelaku bersikap hipokrit (munafik) dengan menampakkan kebaikan yang sejatinya tidak demikian. Sebagian ciri-ciri nifak jenis ini seperti dusta, ingkar janji, dan khianat.

Sudah jamak diketahui bahwa dusta dalam berbicara adalah sifat yang tidak terpuji. Apalagi kalau dusta kepada orang yang percaya akan kejujuran si pembicara. Dalam al-Musnad ada sebuah hadis bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, ''Sebuah pengkhianatan yang besar jika kamu berbicara dengan saudaramu dan ia percaya kepadamu (bahwa kamu tidak akan berdusta), sedangkan kamu berdusta kepadanya.''

Sedangkan ingkar janji adalah perkara yang dilarang keras dalam Islam, baik dalam urusan yang besar maupun remeh. Abdullah bin Amir pernah bercerita, ''Suatu ketika Muhammad SAW berkunjung ke rumah kami. Ketika itu aku masih kecil. Tatkala aku hendak keluar rumah untuk bermain, ibuku memanggilku, Abdullah! sini ibu punya sesuatu untukmu.''

Maka Rasulullah bertanya, ''Apa yang akan kamu berikan buat anakmu?'' ''Akan kuberi kurma,'' jawab ibuku. Rasulullah SAW berkata, ''Seandainya kamu tidak memberi apa-apa kepada anakmu maka kamu dicatat telah berbuat dusta.'' (HR Abu Daud).

Mengenai amanah, ia merupakan perwujudan kepercayaan orang kepada yang diamanahi. Sangat tidak wajar jika ada orang yang menitipkan barangnya kepada pengkhianat. Selayaknya seorang Muslim membalas kepercayaan saudaranya dengan menjaga amanah yang dibebankan kepadanya.

Menjaga diri dari tiga sifat di atas sangatlah perlu. Jika tiga sifat itu bersemayam dalam diri seseorang dan tidak segera diobati, maka pada gilirannya akan menggiring pada nifak akbar yang ancamannya tidak ada selain api neraka.

sumber : Pusat Data Republika

Munafik – Sebelum menuduh orang lain bersikap munafik, sadari apakah justru kamu salah satunya?

Coba ingat kembali, setiap hari kamu dihadapkan dengan masalah dan tantangan untuk diatasi, dan setiap keputusan yang kamu buat untuk menanganinya, kamu tentu ingin terlihat baik di hadapan semua orang.

Namun, seringkali saat kamu merasa belum cukup baik, mulai muncul keinginan untuk melakukan hal yang tidak sesuai dengan jati dirimu sendiri. Bahkan kadang, kamu rela membohongi dirimu sendiri agar terlihat baik di mata orang lain.

Lantas, bagaimana cara untuk menghindari kemunafikan dalam hidupmu sendiri, dan mempertahankan kepercayaan yang telah kamu bangun dengan susah payah? Simak carannya di bawah ini!

Lawan sikap munafik dengan cara pikir yang rasional

Jika kamu memiliki kecenderungan menjawab sesuatu yang berlawanan dengan yang kamu rasakan, cobalah untuk berani melawannya.

Hal yang biasa disebut disonansi kognitif tersebut adalah sesuatu yang dialami setiap kali kamu menemui ketidak-konsistenan dalam hidup.

Pikiran sadarmu tahu, bahwa apa yang kamu lakukan sama saja dengan membohongi diri sendiri. Itulah mengapa, untuk menghindari kemunafikan, kamu harus menggunakan disonansi kognitif dan mengajarkan pikiran sadarmu untuk tidak terus-menerus menuruti niat menjadi munafik.

Latih bagian dirimu yang berpikir rasional untuk bisa lebih menguasai dan melawan cara berpikir secara tidak rasional dan menuntun ke jalan yang keliru. Hal ini tentu tidaklah mudah.

Sebab belajar mendengarkan disonansi kognitif membutuhkan latihan. Tetapi, semakin kamu fokus padanya, kamu akan semakin dekat dengan kebenaran.

Jangan sering mengumbar janji agar terhindar dari kemunafikan

Hayo, siapa yang suka terbiasa membuat janji dengan banyak orang? Nyatanya, membuat janji bisa jadi perangkap kemunafikan terbesar, lho!

Ingatlah, bahwa kebenaran tentang sebuah janji adalah bahwa tidak ada manusia yang benar-benar memiliki kekuatan untuk seratus persen menepatinya.

Membuat janji kepada siapa pun pada dasarnya berbohong, dan kemudian mencoba menemukan cara untuk mewujudkannya. Jika kamu memiliki integritas yang cukup baik, kamu tidak perlu membuat janji karena kepercayaan yang datang dengan konsistensi yang orang lihat dalam dirimu sudah cukup. 

Jangan terlena dengan kekuasaan yang kamu miliki

Saat menjadi pemimpin dalam sebuah kelompok, semakin banyak otoritas yang kamu miliki, semakin besar godaanmu untuk menjadi orang munafik. Sebab, sebagian besar pemimpin selalu ingin terlihat baik di mata semua orang.

Dalam sebuah penelitian di Universitas Northwestern, para peneliti belajar bahwa semakin banyak kekuatan yang diberikan seseorang atas orang lain, semakin besar pula kemungkinan mereka menyalahgunakannya dan tidak melihat masalah dengan tindakan mereka.

Apa yang mereka temukan adalah bahwa jika kamu melihat dirimu sebagai pemegang kekuasaan yang sah, kamu cenderung menilai orang lain lebih keras daripada menilai diri sendiri.

Sebab, kamu melihat dirimu layak mendapatkan kekuatan, sementara orang lain tidak. Sehingga kamu merasa pantas menjadi “lebih baik” dibanding orang lain.

Hal ini tentu tidak terjadi pada semua pemimpin ya. Namun, jika kamu mulai tergoda untuk bersikap demikian, ingatlah untuk segera menghiraukannya.

Munafik bisa dihindari dengan tidak terlalu mempercayai semua orang

Sejumlah fakta ditemukan oleh para peneliti di Northeastern University ketika mereka menguji orang untuk mempelajari suatu tindakan tertentu.

Mereka membandingkan tindakan yang sama oleh orang yang berbeda, ketika salah satu dari orang-orang itu adalah bagian dari kelompok tempat mereka berasal.

Hasilnya, seseorang cenderung lebih mungkin menerima kemunafikan dari teman-temannya sendiri, daripada orang asing atau seseorang yang tidak memiliki minat yang sama dengannya. Padahal, hal tersebut belum tentu menjamin bahwa orang-orang di sekitarmu punya niat baik padamu.

Sehingga, alangkah baiknya untuk tetap memiliki batasan dalam menaruh kepercayaan pada orang-orang di sekitarmu.

Bukan berarti kamu menganggap mereka semua pengkhianat, namun akan lebih baik jika kamu bisa saling membandingkan perspektif dirimu sendiri dengan orang lain. Sehingga, hal tersebut akan membentukmu jadi orang yang lebih terbuka dalam menghadapi segala situasi.

Akui dan sudahi

Wajar jika kamu menganggap ini adalah langkah tersulit. Sebab, setiap orang pasti cendernung takut akan bagaimana mereka dihadapkan dengan rasa malu atas kesalahan yang telah diperbuat.

Ingatlah, manusia seringkali munafik tanpa makna. Mereka bukan jahat, mereka hanya orang-orang yang membenarkan tindakan mereka sendiri. Mereka akan dianggap jahat dan salah, ketika sudah sadar bahwa dirinya munafik namun tetap melakukannya secara berulang untuk mendapat keuntungan.

Jika kamu mengakui itu salah, mulailah untuk mengurangi kebiasaan bersikap demikian.

Melakukan hal yang benar bisa jadi sangat sulit, tetapi pikirkan betapa menyenangkannya menjadi orang benar, hingga membuatmu tidak perlu merasa cemas perihal membohongi diri sendiri.

Kamu pun tak perlu ragu untuk meminta pertolongan seseorang yang ahli jika merasa sulit mengurangi sikap munafik. Melakukan konseling online bersama aplikasi psikolog online Riliv bisa jadi langkah awalmu untuk melakukan perubahan.

Sumber:

  1. lifehacker.com/how-to-cope-when-you-realize-youre-a-hypocrite-1829522417
  2. riskology.co/hypocrisy/

Ditulis oleh : Diva Mosaik

Baca juga:

Dear Parents, Inilah 5 Bentuk Toleransi di Keluarga

Arti Be Yourself: Be You At Your Best!

5 Kiat Jitu Menghilangkan Malas: Jadi Tetap Produktif!

7 Cara Menjauhi Sifat Munafik Dalam Islam  – Saudara seiman, munafik itu sangat sulit untuk dikenali. Pada lembaran ini dutadakwah akan menerangkannya. Biasanya orang-orang yang terjangkit sifat munafik sangat mudah menirukan perbuatan orang-orang yang beriman. Ia mengerjakan shalat, puasa, akan tetapi hatinya lalai.

Jadi mereka yang secara fisiknyamengerjakan shalat, puasa, akan tetapi hatinya lalai.  “Dan apabila ia mengerjakan puasa dan shalat, ia menyangka bahwa dirinya seorang muslim.” (HR Muslim).

Orang Munafiq

Orang-orang yang munafik biasanya akan menggunakan lisannya untuk berdusta, dan telah mengaku dirinya beriman, padahal tidak. Sebagaimana firman allah SWT dalam surat Al-Baqarah : 14:15

وَإِذَا لَقُواْ الَّذِينَ آمَنُواْ قَالُواْ آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْاْ إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُواْ إِنَّا مَعَكْمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ، اللّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ

Artinya: “Apabila mereka menjumpai orang orang mukmin, mereka berkata, ‘Kami telah beriman.’ Namun jika mereka menyendiri beserta dedengkot dedengkotnya, mereka berkata, ‘Sesungguhnya kami di pihak kalian. Hanya saja kami hendak mengolok olok kaum mukmin. Allah akan mengolok olok mereka dan menelantarkan mereka dalam kedurhakaan, sedangkan mereka dalam keadaan bimbang.”

Di antara sikapanya Orang Munafiq

Sikapnya orang munafiq sebgaiamana diterangkan dala sebuah hadits yang artinya:

Empat sikap yang barangsiapa terdapat pada dirinya keempat sikap itu, maka dia adalah seorang munafik tulen. Barangsiapa yang pada dirinya terdapat salah satu dari sikap itu, maka pada dirinya terdapat salah satu sikap munafik, sampai dia meninggalkannya. Yaitu, apabila dipercaya dia berkhianat, apabila berbicara dia berdusta, apabila berjanji dia menipu, dan apabila bertengkar dia curang.” (Shahih Bukhari).

Menjauhi Sifat Munafiq

Marilah kita jauhi sifat munafik, karena orang-orang munafik tidak akan memperoleh pertolongan Allah SWT. Sebagaimana diterangkan dalam Al-qur’an;

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيراً

Artinya; “Sesungguhnya orang orang munafik itu akan dicampakkan ke dalam kerak neraka dan kamu tidak akan melihat mereka memperoleh penolong.” (QS. An-isaa : 145)

Adapun cara menjauhi atau menghindari sifat munafik dalam Islam adalah sebagai berikut:

1. Melatih Diri Untuk Ikhlas kepada Allah SWT

Tanamkan pada diri untuk selalu ikhlas kepada Allah SWT. Dalam hal apapun, ibadah, dan segalanya karena Allah SWT.

2. Menepati janji dan Jujur

Sebagaimana yang telah disebutkan hadist mengenai sifat munafik bahwasanya “Jika berjanji, maka ia ingkari. Apabila berbicara, ia berdusta. Jika membuat perjanjian, tidak dipenuhi. Jika diberi amanat, ia khianat.” Ini semua termasuk amalan kemunafikan. Siapa yang membiasakan sifat sifat termasuk, maka ia bisa terjatuh pada kemunafikan yang besar. Wal’iyadzu billah” (kepada Allah lah sobat berlindung).

3. Memohon Perlindungan Dari Godaan Syeitan

Setan adalah musuh nyata manusia, bahkan kita harus selalu ingat, bahwa setan selalu memerintahkan untuk selalu lalai dalam beribadah. Semoga kita senantiasa selalu dilindungi dari godaan syetan. Setiap perkataan sobat mestilah jujur, hendaklah sobat menepati janji, menunaikan amanah, tidak berbuat zalim ketika berselisih.

4. Shalat Berjama’ah

Poin selanjutnya adalah shalat berjama’ah, terutama bagi kaum laki-laki. Karena hal ini dapat membebaskan seseorang dari sifat nafik atau kemunafikan. “Siapa yang menunaikan shalat berjama’ah selama 40 dengan memperoleh takbiratul ihram imam, maka ia akan ditetapkan terbebas dari dua hal, yakni terbebas dari neraka dan terbebas dari kenifakan.”(HR At Tirmidzi).

Mengapa demikian? karena hal tersebut sulit dilakukan orang munafik, munafik hanya ingin terlihat bagus dihadapan manusia saja, sedangkan yang tulus karena Allah pastilah akan bisa melakukan hal tersebut.

5. Memperbanyak Sedekah

Memperbanyak sedekah, yakni sedekah yang banyak namun tidak terlihat. Seperti hadist “Sedekah merupakan bukti“. Maksud bukti disini adalah bukti keimanan, sedekahlah dengan uang yang halal.

6. Memperbanyak Dzikir

“Dan mereka tidak berzikir kecuali sedikit.”(QS: 3: 142). Orang yang munafik, hatinya akan selalu lalai dari mengingat Allah SWT karena dia tidak sebenar-benarnya lillahita’ala karena Allah SWT.

7. Membiasakan Berakhlak Terpuji

“Ada dua sifat yang tidak akan pernah tergabung dalam hati orang yang munafik, yaitu perilaku luhur dan pemahaman dalam agama.” (HR. Tirmidzi). 

Berakhlak yang baik dan dengan pemahaman agama yang mendalam tidak bisa dimiliki oleh orang yang munafik. Oleh karena itu, berlakulah dengan akhlak yang baik dan terpuji.

7 Cara Menjauhi Sifat Munafik

Demikianlah penjelasan mengenai 7 Cara Menjauhi Sifat Munafik Dalam Islam Semoga kita senantiasa selalu dilindungi dari sifat munafik. dan semoga bermanfaat. Terimakasih 🙂

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA