Ayat al-qur'an yang pertama kali turun bertepatan dengan tanggal

idkuu, Jakarta Nuzulul Quran adalah waktu turunya Al-Qur’an yang bertepatan dengan malam yang disebut Lailatul Qadar. Allah SWT menurunkan Al-Qur’an pada Lailatul Qadar.

Namun begitu, Nuzulul Quran sering diperingati pada malam 17 Ramadhan, sementara umum diketahui bahwa malam Lailatul Qadar jatuh pada sepertiga malam yang terakhir bulan Ramadhan. Mengapa bisa berbeda?

Advertisement

BACA JUGA: Pemerintah Optimistis Mudik Lebaran Tahun Ini Jadi Langkah Awal Indonesia Menuju Endemi COVID-19

BACA JUGA: Bantah Pakai Sabu Waktu Live TikTok, Caisar YKS Berani Tes Urine

Baca Juga

  • Bonceng Suami Naik Motor, Body Lesti Kejora Bikin Iri Emak-Emak
  • Lebaran Usai, Atlet Indonesia Langsung Fokus ke SEA Games 2021
  • Arus Mudik Berakhir, Polri Catat Angka Kecelakaan Turun 31 Persen Dibandingkan 2019

Allah SWT berfirman, إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ. وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ. لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ. تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ. سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

Artinya: "Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (QS. Al-Qadr 1-5).

Dalam sebuah riwayat disebutkan, Ibnu Abbas RA menjelaskan bahwa Al-Qur’an yang diturunkan pada Lailatul Qadar baru kemudian secara berangsur diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. (HR. Ath-Thabrani). Sementara itu Nuzulul Qur’an sering diperingati pada tanggal 17 Ramadhan karena tanggal saat Rasulullah SAW berusia 41 tahun, beliau mendapatkan wahyu pertama kali. Yaitu Surat Al-‘alaq ayat 1-5 di gua Hira, Jabal Nur, kurang lebih 6 km dari Makkah.

Makna memperingati malam Nuzulul Qur'an yaitu mengingatkan kembali pentingnya menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, bisa memotivasi kepada umat Islam untuk selalu membaca Al-Qur'an agar hidupnya berkah dan ada dalam ridlo Allah Swt.

Dalam tradisi Islam, Nuzululqur'an terjadi pada 610 M, saat Nabi Muhammad menerima wahyu pertama dari Malaikat Jibrīl, sebagai awal dari turunnya ayat-ayat Al-Qur’an. Peristiwa ini terjadi di Gua Hira, di kaki Jabal Nur, dekat Makkah.[1] Pendapat terkenal menyatakan bahwa peristiwa ini terjadi pada 17 Ramadan.[2] Namun menurut Mubarakpuri, tanggal peristiwa ini terjadi pada 21 Ramadan sebelum Matahari terbit (10 Agustus 610) – saat Nabi Muhammad berusia 40 tahun, 6 bulan, dan 12 hari Hijriah, atau 39 tahun, 3 bulan, dan 22 hari Masehi.[3]

Berdasarkan kisah Nabi Muhammad, saat ia berada di Gua Hira, dekat Makkah, Malaikat Jibril datang memberikan perintah, "Bacalah!" Ia menjawab, "Aku tak mampu membaca." Kemudian Malaikat Jibril memeluknya lalu melepaskannya sebanyak tiga kali dan akhirnya Jibril mewahyukan lima ayat pertama Surah Al-Alaq. "(1) Bacalah, dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. (2) Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. (3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Mahamulia. (4) Yang mengajarkan dengan Qalam (pena). (5) Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Bukhari 4953).

Sebelum

Artikel utama: Muhammad

Muhammad lahir dan dibesarkan di Makkah. Saat ia berusia 40 tahun, ia menghabiskan waktunya untuk bermunajat dan mempertanyakan aspek penciptaan manusia.[4][halaman dibutuhkan] Ia menentang jahiliah, kesenjangan sosial, ketidakadilan, diskriminasi terhadap wanita, perang antarsuku, dan penyalahgunaan kekuasaan suku pada masa pra-Islam.[5] Kebobrokan akhlak dari masyarakat pada masa itu dan keinginan untuk mencari kebenaran sejati membuat Nabi Muhammad memilih menyendiri di Gua Hira, 3 mil jauhnya dari Mekah.[6][4][halaman dibutuhkan]

Sewaktu

 

Pintu masuk Gua Hira.

Dalam tradisi Islam, Jibril datang menghampiri Nabi Muhammad dan berkata, "Bacalah!" Muhammad menjawab, "Aku tak mampu membaca". Kemudian Malaikat Jibril memeluknya lalu melepaskannya sebanyak tiga kali, dan akhirnya Jibril membacakan lima ayat pertama dari Surah Al-Alaq:[7][8][9][10][11][12][13]

“Bacalah, dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Mahamulia. Yang mengajarkan dengan Qalam (pena). Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”[Qur'an 96:1-5][butuh rujukan]

Setelah

Cemas dengan kejadian tersebut, Nabi Muhammad mendatangi kediaman Khadijah dan ia meminta untuk diselimuti. Keduanya pun mendatangi anak paman Khadijah yang beragama Nasrani, Waraqah bin Naufal. Dalam tradisi Islam, Waraqah, setelah diceritakan kejadian tersebut, mengakui tanda-tanda kenabian,[4][halaman dibutuhkan][14] dan meyakini bahwa wahyu yang diterima Nabi Muhammad berasal dari Allah.[15] Waraqah berkata: "Wahai saudaraku, apa yang terjadi atas dirimu?" Setelah Nabi menceritakan kisah Nuzululqur'an, Waraqah menjawab: "Inilah Namus (malaikat) yang pernah diutus Allah kepada Nabi Musa. Semoga aku masih diberi kehidupan ketika engkau diusir kaummu." Muhammad bertanya: "Apa mereka akan mengusirku?" Waraqah menjawab: "Ya betul, belum ada seorang pun yang diberi Wahyu seperti engkau kecuali pasti dimusuhi orang. Apabila aku masih mendapati hari ini niscaya aku akan menolongmu sekuat-kuatnya." Setelah beberapa waktu, Waraqah meninggal dunia.[16]

Pewahyuan ini kemudian diikuti masa fatrah dan Malaikat Jibril datang untuk kedua kalinya saat Nabi Muhammad mendengar suara dari langit dan melihat malaikat itu "duduk di antara langit dan Bumi", lalu turunlah ayat-ayat pertama Surah Al-Muddassir.

At-Tabari dan Ibnu Hisyam melaporkan bahwa Nabi Muhammad meninggalkan Gua Hira setelah pewahyuan, tetapi kemudian kembali lagi untuk menyendiri lagi, meski kemudian ia pulang lagi ke Mekkah. Tabari dan Ibnu Ishaq menulis bahwa Nabi Muhammad berkata pada Zubair:[16]

"Ketika aku sedang mendaki gunung, aku mendengar suara dari langit "Wahai Muhammad! Engkau adalah Rasul Allah dan akulah Malaikat Jibril." Aku menengadahkan kepalaku ke langit untuk berbicara siapa yang berbicara itu, dan Malaikat Jibril muncul dalam wujud manusia dengan kaki di bawah ufuk, seraya berkata, "Wahai Muhammad! Engkau adalah Rasul Allah dan akulah Malaikat Jibril." Aku menatapnya, tidak bergerak, lalu aku mulai memalingkan wajahku darinya, tetapi ke arah langit mana pun yang aku lihat, aku melihatnya seperti sebelumnya."

Para pakar biografi memiliki pendapat berbeda terkait masa antara pewahyuan Nabi Muhammad yang pertama dan kedua. Ibnu Ishaq menulis bahwa tiga tahun setelah Nuzululqur'an hingga ia berdakwah. Imam Bukhari menyebut Surah Al-Muddassir sebagai wahyu kedua, tetapi Surah Al-Qalam memiliki klaim kuat sebagai wahyu kedua.[17]

  • Al Qur'an
  • Muhammad
  • Jibril
  • Surat Al Alaq
  • Ramadhan

  1. ^ Weir, T.H.; Watt, W. Montgomery (2012-04-24). "Ḥirāʾ". Dalam Bearman, P.; Bianquis, Th.; Bosworth, C.E.; van Donzel, E.; Heinrichs, W.P. Encyclopaedia of Islam (edisi ke-2nd). Brill Online. Diakses tanggal 7 October 2013. 
  2. ^ Sholiha, Mira Desviani (2021-04-28). "Kapan Nuzulul Qur'an Terjadi pada Ramadhan 2021? Berikut Arti, Waktu, dan Peristiwanya - Pikiran Rakyat Bekasi - Halaman 2". bekasi.pikiran-rakyat.com. Diakses tanggal 2021-08-21. 
  3. ^ Mubārakpūrī, Ṣafī R. (1998). When the Moon Split (A Biography of the Prophet Muhammad). Riyadh: Darussalam. hlm. 32. 
  4. ^ a b c Shibli Nomani. Sirat-un-Nabi. Vol 1 Lahore
  5. ^ Husayn Haykal, Muhammad (2008). The Life of Muhammad. Selangor: Islamic Book Trust. hlm. 79–80. ISBN 978-983-9154-17-7. 
  6. ^ Bogle, Emory C. (1998). Islam: Origin and Belief. Texas University Press. hlm. 6. ISBN 0-292-70862-9. 
  7. ^ Muhammad Mustafa Al-A'zami (2003), The History of The Qur'anic Text: From Revelation to Compilation: A Comparative Study with the Old and New Testaments, pp. 25, 47–8. UK Islamic Academy. ISBN 978-1872531656.
  8. ^ Brown (2003), pp. 72–3.
  9. ^ Sell (1913), p. 29.
  10. ^ Bukhari volume 1, book 1, number 3
  11. ^ Sahih al-Bukhari 3392; In-book reference: Book 60, Hadith 66l USC-MSA web (English) reference: Vol. 4, Book 55, Hadith 605.
  12. ^ Sahih Muslim 160 a; In-book reference: Book 1, Hadith 310; USC-MSA web (English) reference: Book 1, Hadith 301.
  13. ^ Ibn Ishaq, Sirat Rasul Allah, p. 106.
  14. ^ Sell (1913), p. 30.
  15. ^ Juan E. Campo (2009). "Muhammad". Encyclopedia of Islam. New York. hlm. 492. ISBN 978-0-8160-5454-1. 
  16. ^ a b
    • Translated by Alfred Guillaume (1967). The life of Muhammad (sira of ibn ishaq). Oxford University Press. ISBN 0196360331. 
    • At-Tabari 2/207
    • The Sealed Nectar
  17. ^ Bennett, Clinton (1998). In Search of Muhammad . Cassell. hlm. 41. ISBN 0826435769. 

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Nuzululqur%27an&oldid=19954475"

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA