Apakah yang menyebabkan terjadinya perbedaan gender?

Pengarusutamaan gender mulai mendapat perhatian dari pemerintah, salah satunya dengan memperluas kesempatan perempuan untuk bekerja di berbagai bidang, termasuk birokrasi pemerintahan. Akan tetapi masih banyak instansi yang memiliki jumlah pegawai perempuan yang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pegawai laki-laki. Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta merupakan salah satu instansi pemerintah yang secara keseluruhan memiliki jumlah pegawai perempuan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pegawai laki-laki. Sebagai sebuah instansi pemerintah, maka diharapkan sudah tidak ada lagi bias gender. Dalam skripsi yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketimpangan Gender Pada Posisi Jabatan Struktural (Studi Kasus di Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta) ini memiliki dua tujuan yaitu mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya ketimpangan gender pada posisi jabatan struktural di Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta dan mengetahui apakah kesetaraan gender dan peningkatan pemberdayaan perempuan telah diperhatikan di Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta. Adapun faktor-faktor yang dimaksud dalam skripsi ini adalah faktor sosiokultural dan faktor struktural. Faktor sosio-kultural terdiri dari aspek prioritas pendidikan dan persepsi perempuan di sektor publik. Faktor struktural terbagi menjadi dua aspek pula yaitu perbedaan prioritas pekerjaan dan praktik penentuan jabatan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Dari hasil penelitian dengan melakukan wawancara terhadap beberapa sumber, dapat diketahui bahwa : 1) Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta memprioritaskan sarjana lulusan Fakultas Teknik. Saat ini disarankan untuk mengambil pendidikan S2 agar dapat mengembangkan karier tetapi kebanyakan pegawai perempuan tidak mengambil kesempatan tersebut; 2) Masing-masing perempuan memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai prioritas antara karier dengan keluarga; 3) Pegawai perempuan yang berada di jabatan struktural pun tidak dipermasalahkan di dinas tersebut selama pegawai tersebut memiliki kualitas; 4) Tidak ada perbedaan prioritas pekerjaan antara laki-laki dan perempuan, proporsi pekerja tergantung jabatan yang mereka miliki dan disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi pekerjaan masing-masing; 5) Pada praktik penentuan jabatan, seluruh kualifikasi terdapat di Anjab. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa ternyata ketimpangan gender pada posisi jabatan struktural di Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta bukan dikarenakan adanya bias gender di dinas tersebut, melainkan lebih didominasi oleh faktor sosio-kultural.

Gender mainstreaming began to receive attention from the government, one of them with expanding opportunities for women in various fields, including the government bureaucracy. However, there are many agencies that have a number of female employees less than the number of male employees. Transportation Agency of Yogyakarta is one of the government agencies that collectively have a number of female employees less than the number of male employees. As a government agency, it is expected that there is no longer a gender bias. In the thesis entitled The Factors Affecting Gender Inequality In Structural Positions (Case Study at Department of Transportation in Yogyakarta) has two purposes, namely to know what are the factors that influence the occurrence of gender inequality in structural positions in the Department of Transportation in Yogyakarta and determine whether gender equality and women's empowerment have noticed an increase in the Department of Transportation in Yogyakarta. The factors referred to in this thesis is a socio-cultural and structural factors. Socio-cultural factors consist of aspects of educational priorities and perceptions of women in the public sector. Structural factors are also divided into two aspects, namely the difference determining work priorities and practices determining job positions. The research method used is a qualitative research method. From the results of research by conducting interviews with several sources, it can be seen that : 1) Transportation Agency of Yogyakarta prioritize graduates of the Faculty of Engineering. Currently it is advisable to take the S2 education in order to develop an employee's career but most women do not take the chance; 2) Every woman has a different perception of the priorities between career with family; 3) Employees of women who are in a structural position was not at issue in the agency for the employee to have quality; 4) There is no difference between the relative priorities of men and women, the proportion of workers depending on their positions and adapted to the duties and functions of each job; 5) In practice the determination of positions, all the qualifications contained in Anjab. The conclusion of this study is that the gender inequality turns on the structural positions in Yogyakarta City Department of Transportation is not due to gender bias in the agency, but rather is dominated by socio-cultural factors.

Kata Kunci : Gender, Jabatan Struktural, Faktor Sosio-Kultural, Faktor Struktural