Dalam kehidupan sehari-hari kita cukup sering menjumpai senyawa asam basa baik dari makanan maupun barang yang digunakan. Salah satunya adalah detergen yang digunakan untuk mencuci pakaian, merupakan zat yang bersifat basa. Show
Asam basa merupakan larutan elektrolit. Larutan tersebut dapat pula dikenal dengan ciri khas, seperti asam mempunyai rasa masam contohnya cuka dapur, vitamin C, maupun jeruk nipis. Sedangkan basa mempunyai rasa pahit dan licin bila dipegang, seperti detergen, pasta gigi, maupun kapur sirih. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, ada beberapa para ahli menjelaskan sifat asam dan basa melalui sebuah teori secara rinci. Setidaknya, ada 3 teori asam basa menurut para ahli antara lain:
Teori ArrheniusAhli kimia yang berasal dari Swedia yaitu Svante Arrhenius menghubungkan sifat keasaman dengan ion Hidrogen (H+) pada tahun 1884. Asam Menurut ArrheniusAsam adalah zat yang apabila dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion H+ dalam larutan. Misalnya: asam sulfat (H2SO4, asam kuat) dan asam karbonik (H2CO3, asam lemah). Dengan persamaan reaksi sebagai berikut: Berdasarkan persamaan reaksi tersebut maka ciri khasnya adalah: "Dalam pelarut air, zat tersebut mengion menjadi hidrogen yang bermuatan positif dan ion yang bermuatan negatif akan disebut dengan sisa asam." Pada reaksi di atas:
Basa Menurut ArrheniusBasa adalah zat yang apabila dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion OH– dalam larutan Misalnya: Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2) dan Tembaga (II) Hidroksida (Cu(OH)2). Dimana, persamaan reaksi basa tersebut antara lain: Berdasarkan persamaan reaksi tersebut maka ciri khasnya adalah: "Dalam pelarut air, zat tersebut mengion menjadi ion hidroksida yang bermuatan negatif dan ion yang bermuatan positif akan disebut dengan sisa basa." Pada reaksi di atas:
Teori Bronsted-LowryPada tahun 1923, ahli kimia Johannes Nicolaus Bronsted dan Thomas Martin Lowry mengembangkan definisi asam dan basa berdasarkan kemampuan (donor) atau menerima (akseptor) proton (ion H+). Menurut konsep Bronsted dan Lowry:
Senyawa yang bertindak sebagai asam-basa Bronsted-Lowry disebut amfoter. Perhatikan reaksi berikut ini: Pada reaksi tersebut, Asam Klorida (HCl) menyumbangkan proton (H+) pada ammonia (NH3) dan membentuk ion Ammonium yang bermuatan positif (NH4+) dan ion Klorida yang bermuatan negatif (CI–). Sehingga NH3 merupakan basa Bronsted-Lowry karena menerima proton. Pada bagian produk, Cl- disebut dengan basa konjugasi dari HCl dan NH4+ disebut dengan asam konjugasi dari basa NH3. Contoh lainnya adalah reaksi antara HCl dengan air. Pada larutan berair, HCl disebut asam karena mendonorkan proton ke H2O kemudian H2O berubah menjadi ion hidronium (H3O+) dan HCl menjadi Cl-. Molekul H2O merupakan basa karena menerima ion H+ (akseptor proton). Selain merupakan sebuah contoh basa Arrhenius karena dapat menghasilkan ion OH- ketika dilarutkan dalam air, amonia juga merupakan basa Bronsted-Lowry karena menerima proton dari H2O. Molekul H2O merupakan asam Bronsted-Lowry karena menyumbangkan proton ke NH3. Perhatikan reaksi berikut ini: Molekul H2O bersifat basa jika bereaksi dengan HCl karena menerima proton dari HCl. Molekul H2O disebut juga zat amfoter karena sifatnya yang dapat bertindak sebagai asam dan basa. Teori Asam-Basa LewisPada tahun 1923, Gilbert Newton Lewis seorang ahli kimia dari UC Berkeley mengusulkan teori alternative untuk menggambarkan asam dan basa. Teorinya menjelaskan tentang asam dan basa berdasarkan struktur dan ikatan.
Lewis menjelaskan lebih lanjut bahwa reaksi asam basa merupakan reaksi serah terima pasangan elektron, sehingga terbentuk suatu ikatan kovalen koordinasi. Sebagai contoh adalah reaksi antara BF3 dan N(CH3)3: Berdasarkan definisi Lewis, BF3 merupakan asam karena mampu menerima sepasang elektron sedangkan NH3 merupakan basa karena menyumbangkan sepasang elektron. Berdasarkan contoh reaksi asam basa ini, Lewis menyatakan bahwa: "Asam adalah suatu molekul atau ion yang dapat menerima pasangan electron, sedangkan basa adalah suatu molekul atau ion yang dapat memberikan pasangan elektronnya." Contoh lainnya adalah reaksi antara Na2O dan SO3 yang menghasilkan Na2SO4 tanpa terbentuk air seperti reaksi di bawah ini: Basa lewis dari reaksi di atas adalah ion oksida sedangkan sulfur trioksida adalah asam Lewis. Reaksi di atas menggambarkan keterbatasan teori Bronsted-Lowry yaitu proton tidak diikutsertakan (tidak ada H+). Beberapa keunggulan asam basa Lewis
Perbedaan Sifat Asam dan Basa
Soal Latihan
Page 2
Secara umum suatu larutan dapat bersifat asam, basa, dan netral atau garam. Sifat keasaman larutan tersebut, apakah dia bersifat asam atau basa dapat diketahui dengan menggunakan indikator asam-basa. Berdasarkan rentang nilai pH (derajat keasaman), asam berarti larutan yang memiliki nilai pH dibawah 7, sedangkan basa memiliki pH di atas 7, dan larutan dikatakan bersifat netral jika larutan tersebut memiliki nilai pH 7. Sifat-sifat Larutan AsamLarutan asam mempunyai sifat-sifat seperti berikut:
Sifat-sifat Larutan BasaLarutan basa mempunyai sifat-sifat seperti berikut:
Identifikasi Asam-BasaSenyawa-senyawa asam-basa dapat diidentifikasi secara aman menggunakan indikator. Indikator merupakan zat warna yang warnanya berbeda jika berada dalam kondisi asam dan basa. Indikator yang biasa digunakan antara lain kertas lakmus, indikator alami, larutan indikator buatan, dan indikator dalam bentuk alat. Jenis Indikator Asam dan Basa1. Kertas LakmusCara yang paling sederhana untuk mengidentifikasi sifat asam, basa dan netral adalah dengan menggunakan kertas lakmus. Kertas lakmus adalah kertas indikator yang dapat berubah warna ketika di basahi dengan atau dicelupkan pada larutan asam atau basa. Kertas lakmus terdiri dari 2 (dua) jenis, yakni lakmus biru dan lakmus merah.
Contoh kasus: Suatu larutan diteteskan pada lakmus merah dan biru, larutan tersebut merubah warna lakmus merah menjadi biru dan pada lakmus biru tetap biru (tidak mengalami perubahan warna), jadi dapat disimpulkan bahwa sifat larutan tersebut bersifat basa. Untuk mempermudah dalam penggunaan kertas lakmus untuk mengidentifikasi sifat asam, basa dan netral, dirangkumkan sebagai berikut:
2. pH UniversalKertas pH universal adalah salah satu jenis indikator asam basa yang berbentuk kertas seperti lakmus. Suatu kertas pH Universal memiliki beberapa warna. Warna pada kertas pH Universal menunjukkan skala nilai pH yang dimulai dari pH 1 sampai pH 14. Oleh karenanya kertas pH Universal tidak hanya berfungsi untuk mengetahui sifat asam-basa, tapi juga dapat untuk mengetahui dan mengukur nilai pH suatu larutan. Cara kerja indikator universal adalah dengan mengalami perubahan warna menjadi warna tertentu yang menunjukkan nilai pH larutan yang diuji. Cara menggunakan pH universal sama dengan cara penggunaan kertas lakmus, yaitu dengan cara dicelupkan ke dalam larutan yang ingin diuji atau diukur nilai keasaman/kebasaannya.
3. Larutan Indikator SintetisLarutan indikator adalah suatu zat yang memiliki warna berbeda dalam larutan yang bersifat asam, basa, ataupun netral. Karena memiliki warna yang berbeda dalam masing-masing larutan, indikator dapat digunakan untuk membedakan sifat-sifat larutan, apakah itu asam, basa, atau netral. Ada banyak macam jenis larutan indikator buatan, namun yang sering dijumpai dan biasa digunakan di laboratorium adalah larutan indikator fenolftalin (pp), metil merah dan metil jingga. Contoh larutan indikator asam basa sintetis
4. Indikator AlamiIndikator alami adalah indikator yang berasal dari ekstrak bahan alami, biasanya bersumber dari tumbuhan-tumbuhan yang berwarna. Contoh indikator alami adalah daun mahkota bunga (bunga sepatu, bogenvil, mawar), kunyit, kulit manggis dan sebagainya. Penggunaan indikator alami ini dapat dilakukan dengan mengekstrak bahan kemudian ditambakan dengan air lalu digunakan sebagai indikator. Contoh indikator kulit manggis:
5. pH MeterInstrumen pH meter merupakan alat yang dapat mengukur derajat keasamaan atau kebasaan suatu larutan. Identifikasi asam basa dengan pH meter dapat dilakukan dengan membaca nilai pH larutan menggunakan alat. Nilai pH yang terbaca akan menunjukkan larutan tersebut bersifat asam atau basa.:
Page 3
Dalam kehidupan sehari-hari kita cukup sering menjumpai senyawa asam basa baik dari makanan maupun barang yang digunakan. Salah satunya adalah detergen yang digunakan untuk mencuci pakaian, merupakan zat yang bersifat basa. Asam basa merupakan larutan elektrolit. Larutan tersebut dapat pula dikenal dengan ciri khas, seperti asam mempunyai rasa masam contohnya cuka dapur, vitamin C, maupun jeruk nipis. Sedangkan basa mempunyai rasa pahit dan licin bila dipegang, seperti detergen, pasta gigi, maupun kapur sirih. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, ada beberapa para ahli menjelaskan sifat asam dan basa melalui sebuah teori secara rinci. Setidaknya, ada 3 teori asam basa menurut para ahli antara lain:
Teori ArrheniusAhli kimia yang berasal dari Swedia yaitu Svante Arrhenius menghubungkan sifat keasaman dengan ion Hidrogen (H+) pada tahun 1884. Asam Menurut ArrheniusAsam adalah zat yang apabila dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion H+ dalam larutan. Misalnya: asam sulfat (H2SO4, asam kuat) dan asam karbonik (H2CO3, asam lemah). Dengan persamaan reaksi sebagai berikut: Berdasarkan persamaan reaksi tersebut maka ciri khasnya adalah: "Dalam pelarut air, zat tersebut mengion menjadi hidrogen yang bermuatan positif dan ion yang bermuatan negatif akan disebut dengan sisa asam." Pada reaksi di atas:
Basa Menurut ArrheniusBasa adalah zat yang apabila dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion OH– dalam larutan Misalnya: Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2) dan Tembaga (II) Hidroksida (Cu(OH)2). Dimana, persamaan reaksi basa tersebut antara lain: Berdasarkan persamaan reaksi tersebut maka ciri khasnya adalah: "Dalam pelarut air, zat tersebut mengion menjadi ion hidroksida yang bermuatan negatif dan ion yang bermuatan positif akan disebut dengan sisa basa." Pada reaksi di atas:
Teori Bronsted-LowryPada tahun 1923, ahli kimia Johannes Nicolaus Bronsted dan Thomas Martin Lowry mengembangkan definisi asam dan basa berdasarkan kemampuan (donor) atau menerima (akseptor) proton (ion H+). Menurut konsep Bronsted dan Lowry:
Senyawa yang bertindak sebagai asam-basa Bronsted-Lowry disebut amfoter. Perhatikan reaksi berikut ini: Pada reaksi tersebut, Asam Klorida (HCl) menyumbangkan proton (H+) pada ammonia (NH3) dan membentuk ion Ammonium yang bermuatan positif (NH4+) dan ion Klorida yang bermuatan negatif (CI–). Sehingga NH3 merupakan basa Bronsted-Lowry karena menerima proton. Pada bagian produk, Cl- disebut dengan basa konjugasi dari HCl dan NH4+ disebut dengan asam konjugasi dari basa NH3. Contoh lainnya adalah reaksi antara HCl dengan air. Pada larutan berair, HCl disebut asam karena mendonorkan proton ke H2O kemudian H2O berubah menjadi ion hidronium (H3O+) dan HCl menjadi Cl-. Molekul H2O merupakan basa karena menerima ion H+ (akseptor proton). Selain merupakan sebuah contoh basa Arrhenius karena dapat menghasilkan ion OH- ketika dilarutkan dalam air, amonia juga merupakan basa Bronsted-Lowry karena menerima proton dari H2O. Molekul H2O merupakan asam Bronsted-Lowry karena menyumbangkan proton ke NH3. Perhatikan reaksi berikut ini: Molekul H2O bersifat basa jika bereaksi dengan HCl karena menerima proton dari HCl. Molekul H2O disebut juga zat amfoter karena sifatnya yang dapat bertindak sebagai asam dan basa. Teori Asam-Basa LewisPada tahun 1923, Gilbert Newton Lewis seorang ahli kimia dari UC Berkeley mengusulkan teori alternative untuk menggambarkan asam dan basa. Teorinya menjelaskan tentang asam dan basa berdasarkan struktur dan ikatan.
Lewis menjelaskan lebih lanjut bahwa reaksi asam basa merupakan reaksi serah terima pasangan elektron, sehingga terbentuk suatu ikatan kovalen koordinasi. Sebagai contoh adalah reaksi antara BF3 dan N(CH3)3: Berdasarkan definisi Lewis, BF3 merupakan asam karena mampu menerima sepasang elektron sedangkan NH3 merupakan basa karena menyumbangkan sepasang elektron. Berdasarkan contoh reaksi asam basa ini, Lewis menyatakan bahwa: "Asam adalah suatu molekul atau ion yang dapat menerima pasangan electron, sedangkan basa adalah suatu molekul atau ion yang dapat memberikan pasangan elektronnya." Contoh lainnya adalah reaksi antara Na2O dan SO3 yang menghasilkan Na2SO4 tanpa terbentuk air seperti reaksi di bawah ini: Basa lewis dari reaksi di atas adalah ion oksida sedangkan sulfur trioksida adalah asam Lewis. Reaksi di atas menggambarkan keterbatasan teori Bronsted-Lowry yaitu proton tidak diikutsertakan (tidak ada H+). Beberapa keunggulan asam basa Lewis
Perbedaan Sifat Asam dan Basa
Soal Latihan
Page 4
Hukum Roult merupakan dasar dari sifat koligatif. Kata koligatif berasal dari kata Latin colligare yang berarti berkumpul bersama. Maka dari itu, sifat ini bergantung pada pengaruh kebersamaan (kolektif) semua partikel dan tidak pada sifat dan keadaan partikel. Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut tetapi hanya bergantung pada konsentrasi partikel zat terlarutnya. Jadi, semakin banyak zat terlarut, maka sifat koligatif akan semakin besar. Sifat koligatif merupakan sifat yang hanya memandang “kuantitas”, bukan “kualitas. Sifat larutan seperti rasa, warna, dan kekentalan (viskositas) merupakan sifat-sifat yang bergantung pada jenis zat terlarut. Sifat koligatif larutan terdiri dari dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan nonelektrolit. Selain itu, larutan yang memiliki sifat koligatif harus memenuhi dua asumsi, yaitu:
Jenis Sifat Koligatif larutanTerdapat 4 macam sifat koligatif larutan, yaitu:
Penurunan tekanan uap (∆P)Molekul - molekul zat cair yang meninggalkan permukaan menyebabkan adanya tekanan uap zat cair. Semakin mudah molekul - molekul zat cair berubah menjadi uap, makin tinggi pula tekanan uap zat cair. Apabila tekanan zat cair tersebut dilarutkan oleh zat terlarut yang tidak menguap, maka partikel-partikel zat terlarut ini akan mengurangi penguapan molekul - molekul zat cair. Laut mati adalah contoh dari terjadinya penurunan tekanan uap pelarut oleh zat terlarut yang tidak mudah menguap. Air berkadar garam sangat tinggi ini terletak di daerah gurun yang sangat panas dan kering, serta tidak berhubungan dengan laut bebas, sehingga konsentrasi zat terlarutnya semakin tinggi. Persamaan penurunan tekanan uap (∆P) dapat ditulis:ΔP = P0 - P P0 > P Dimana: P0 = tekanan uap zat cair murni; P = tekanan uap larutan Pada tahun 1878, Marie Francois Raoult seorang kimiawan asal Prancis melakukan percobaan mengenai tekanan uap jenuh larutan, sehingga ia menyimpulkan tekanan uap jenuh larutan sama dengan fraksi mol pelarut dikalikan dengan tekanan uap jenuh pelarut murni. Kesimpulan ini dikenal dengan Hukum Raoult dan dirumuskan dengan: P = P0 Xp ΔP0 = P0 Xt Dimana: P = tekanan uap jenuh larutan, P0 = tekanan uap jenuh pelarut murni, Xp = fraksi mol zat pelarut, Xt = fraksi mol zat terlarut. Kenaikan Titik Didih (ΔTb)Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair mendidih. Pada suhu ini, tekanan uap zat cair sama dengan tekanan udara di sekitarnya. Hal ini menyebabkan terjadinya penguapan di seluruh bagian zat cair. Titik didih zat cair diukur pada tekanan 1 atmosfer. Dari hasil penelitian, ternyata titik didih larutan selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut murninya. Hal ini disebabkan adanya partikel-partikel zat terlarut dalam suatu larutan menghalangi peristiwa penguapan partikel-partikel pelarut. Oleh karena itu, penguapan partikel-partikel pelarut membutuhkan energi yang lebih besar. Perbedaan titik didih larutan dengan titik didih pelarut murni di sebut kenaikan titik didih yang dinyatakan dengan “ΔTb”. Persamaannya dapat ditulis: ΔTb = kb × m ΔTb = kb × (gram ÷ Mr) × (1000/P) ΔTb = Tb larutan – Tb pelarut Dimana: ΔTb = kenaikan titik didih (oC); kb = tetapan kenaikan titik didih molal (oC kg/mol); m = molalitas larutan (mol/kg); Mr = massa molekul relatif; P = jumlah massa zat (kg). Tabel Tetapan Kenaikan Titik Didih (Kb) Beberapa Pelarut
Penurunan Titik Beku (ΔTf)Adanya zat terlarut dalam larutan akan mengakibatkan titik beku larutan lebih kecil daripada titik beku pelarutnya. Persamaannya dapat ditulis sebagai berikut: ΔTf = kf × m ΔTf = kf × (gram ÷ Mr) × (1000/P) ΔTf = Tf larutan – Tf pelarut Dimana: ΔTf = penurunan titik beku (oC); kf = tetapan perubahan titik beku (oC kg/mol); m = molalitas larutan (mol/kg); Mr = massa molekul relatif; P = jumlah massa zat (kg). Tabel Penurunan Titik Beku (Kf) Beberapa Pelarut
Tekanan Osmotik (Π)Tekanan osmotik adalah gaya yang diperlukan untuk mengimbangi desakan zat pelarut yang melalui selaput semipermiabel ke dalam larutan. Membran semipermeabel adalah suatu selaput yang dapat dilalui molekul-molekul pelarut dan tidak dapat dilalui oleh zat terlarut. Menurut Van't Hoff, tekanan osmotik larutan dirumuskan:Π = M × R × T Dimana: Π = tekanan osmotic; M = molaritas larutan; R = tetapan gas (0,082); T = suhu mutlak. Sifat Koligatif Larutan ElektrolitPada konsentrasi yang sama, sifat koligatif larutan elektrolit memliki nilai yang lebih besar daripada sifat koligatif larutan non elektrolit. Banyaknya partikel zat terlarut hasil reaksi ionisasi larutan elektrolit dirumuskan dalam faktor Van't Hoff. Perhitungan sifat koligatif larutan elektrolit selalu dikalikan dengan faktor Van't Hoff: i = 1 + (n - 1)α Dimana: i = faktor Van't Hoff; n = jumlah koefisien kation; α= derajat ionisasi
Contoh Soal Sifat Koligatif Larutan
Diketahui: P⁰ = 100 mmHg; Xt = 10% = 0,1; ∆P = … ? ∆P = Xt × P⁰ = 0,1 × 100 mmHg = 10 mmHg Jadi, tekanan uap turun sebesar 10 mmHg.
Larutan isotonik adalah larutan yang memiliki tekanan osmotik sama. Maka kita cari terlebih dahulu besar tekanan osmotik (π) dari C6H12O6 0,3 M (larutan non elektrolit). π C6H12O6 = M × R × T = 0,3 × 0,082 × T = 0,0246 T Selanjutnya kita cari larutan yang memiliki π sama dengan π C6H12O6, yaitu sebesar 0,0246 T. KI 0,1 M (larutan elektrolit kuat, maka α = 1): KI → K+ + I– (n = 2) π KI = M × R × T × I π KI = 0,1 × 0,082 × T × (1+(n-1)α π KI = 0,0082 T × (1+(2-1)1) π KI = 0,0164 T CaCl2 0,1 M (larutan elektrolit kuat, maka α=1): CaCl2 → Ca2+ + 2Cl– (n = 3) π CaCl2 = M × R × T × i π CaCl2 = 0,1 × 0,082× T × (1+(n-1)α) π CaCl2 = 0,0082 T × (1+(3-1)1) π CaCl2 = 0,0246 T FeCl2 0,2 M (larutan elektrolit kuat, maka α=1): FeCl2 → Fe2+ + 2Cl–(n = 3) π FeCl2 = M× R × T × i π FeCl2 = 0,2 × 0,082 × T × (1+(n-1)α) π FeCl2 = 0,0164 T × (1+(3-1)1) π FeCl2 = 0,0492 T Jadi, larutan yang isotonik dengan C6H12O6 0,3 M adalah larutan CaCl2 0,1 M.
Diketahui: P⁰ air = 100 mmHg; Mr urea = 60 gram/mol; Massa urea = 30 gram; n. air = 2 mol; P = … ? P = Xp × P⁰ P = Xp × P⁰ = 0,8 × 100 mmHg = 80 mmHg Jadi, tekanan uap larutan urea tersebut sebesar 80 mmHg. Page 5
Larutan didefinisikan sebagai campuran yang homogen antara 2 macam zat ataupun lebih. Larutan terdiri dari pelarut dan zat terlarut. Umumnya zat terlarut jumlahnya lebih sedikit dibanding pelarut. Sedangkan pelarut bisa berupa air ataupun cairan organik seperti metanol, etanol, aseton dan lain-lain. Pengertian PengenceranPengenceran Larutan adalah proses penurunan Konsentrasi larutan dengan penambahan zat pelarut seperti air ke dalam Larutan yang pekat untuk menurunkan Konsentrasi Larutan dari yang semula pekat menjadi lebih encer guna keperluan didalam Laboratorium. Pengenceran pada prinsipnya hanya menambahkan pelarut saja, sehingga jumlah mol zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan jumlah mol zat terlarut sesudah pengenceran. Dengan kata lain jumlah mmol zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan jumlah mmol zat terlarut sesudah penegenceran atau jumlah gr zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan jumlah gr zat terlarut sesudah pengenceran. Apabila konsentrasi larutan dinyatakan dalam skala volumetrik, jumlah solute yang terdapat dalam larutan pada volume tertentu akan setara dengan hasil kali volume dan konsentrasi. Jumlah solute = Volume × Konsentrasi Rumus PengenceranJika suatu larutan diencerkan, volume akan meningkat dan konsentrasi akan berkurang nilainya, tetapi jumlah keseluruhan solute akan konstan. Jadi, dua buah larutan yang mempunyai konsentasi berbeda tetapi mengandung jumlah solute yang sama dapat dihubungkan dengan: V1 x K1 = V2 x K2 Dengan demikian: V1 = (V2 x K2) ÷ K1 K1 = (V2 × K2) ÷ V1 V2 = (V1 × K1) ÷ K2 K2 = (V1 × K1) ÷ V2 Dimana: V1 = volume larutan asal yang akan diencerkan (mL); K1 = konsentrasi larutan asal; V2 = volume larutan yang akan dibuat (mL); K2 = konsentrasi larutan yang akan dibuat. Contoh Soal-1Jika kita akan membuat 500 ml HCl 2 M menggunakan HCl 4 M maka berapa volume larutan HCl 4 M yang harus diambil untuk diencerkan? Penyelesaian: Diketahui: V2 = 500 mL, K2 = 2 M, K1 = 4 M. V2 = …? V1 x K1 = V2 x K2 → V1 = (V2 x K2) ÷ K1 V1 x K1 = V2 x K2 → V1 = (2 M x 500 ml) ÷ 4 M V1 x K1 = V2 x K2 → V1 = 250 mL Dengan demikian, volume larutan HCl 4 M (V1) yang harus diambil untuk diencerkan volume larutan asal = 250 mL. Selanjutnya 250 mL larutan tersebut diencerkan dengan menambahkan air sebanyak 250 mL (yaitu sebanyak V2 – V1) sampai volume menjadi 500 mL, sehingga dihasilkan larutan HCl 2 M. Contoh Soal-2Jika kita akan membuat 5 liter larutan AB-Mix dengan konsentrasi 1200 ppm menggunakan larutan Stok AB-Mix berkonsentrasi 20% maka berapa volume larutan larutan Stok AB-Mix 20% yang harus diambil untuk diencerkan? Penyelesaian: Diketahui: V2 = 5 L = 5000 mL, K2 = 1200 ppm M, K1 = 20% = 20 × 10000 = 200.000 ppm. V2 = …? V1 x K1 = V2 x K2 → V1 = (V2 x K2) ÷ K1 V1 x K1 = V2 x K2 → V1 = (5000 mL × 1200 ppm) ÷ 200.000 ppm V1 x K1 = V2 x K2 → V1 = 60 ÷ 2 V1 x K1 = V2 x K2 → V1 = 30 mL Dengan demikian, volume larutan stok AB-Mix 20% (V1) yang harus diambil untuk diencerkan = 30 mL. Selanjutnya 30 mL larutan tersebut diencerkan dengan menambahkan air sebanyak 4,97 liter atau 4970 mL (yaitu sebanyak V2 – V1) sampai volume menjadi 5000 mL, sehingga dihasilkan larutan AB-Mix siap aplikasi dengan konsentrasi 1200 ppm. Prinsip Pengenceran LarutanTatacara Pengenceran
Gambar 1. Langkah Pengenceran Larutan dengan alat berupa labu ukur dan gelas ukur Peralatan Pengenceran di LaboratoriumKhusus untuk kegiatan laboratorium: Cara pengenceran larutan menggunakan alat pipet dan labu takar. Penggunaan labu takar akan lebih tepat dalam penaraan volume. Bila menggunakan labu takar, rawat alat dengan cara mencuci dengan sabun lunak dan bilas dengan air kran diikuti akuades. Kemudian biarkan kering sebelum digunakan kembali. Pengeringan labu takar jangan didalam oven. Pembacaan Miniskus Alat Ukur Volume
Gambar 2. Pembacaan Misniskus volume larutan pada alat ukur volume Faktor Pengenceran (FP)Faktor pengenceran (juga dikenal sebagai rasio pengenceran) adalah rasio antara volume akhir dan volume awal dari solusi. Volume akhir adalah volume larutan setelah pengenceran. Volume awal adalah volume larutan sebelum encer, atau volume larutan asli yang digunakan untuk pengenceran. Hubungan ini juga dapat digunakan bersama dengan massa zat terlarut. Perhitungan Faktor PengenceranFaktor pengenceran = V2 ÷ V1 Dimana: V1 = volume larutan asal (mL); V2 = volume larutan yang akan dibuat (mL). Misalnya: volume larutan asal (V1) = 25 mL dan volume akhir (volume larutan dibuat (V2) = 500 mL, maka:
Jadi, besarnya faktor pengenceran = 20 kali. Perbedaan Pengenceran dan Faktor Pengenceran
Page 6
Pada umumnya suatu larutan terdiri satu jenis zat terlarut dan satu pelarut. Solvent (pelarut) dan Solut (zat yang terlarut) biasanya sudah sering didengar dan disebutkan. Solvent merupakan komponen yang dilihat secara fisik tidak berubah jika larutan terbentuk, sedangkan semua komponen yang ada pada solut akan larut dalam pelarut. Meskipun larutan berupa campuran homogen, komposisi yang ada pada setiap larutan bisa berbeda-beda. Misalnya: ada dua buah larutan yang dimana masing-masing pelarutnya berisi satu liter, tetapi jumlah garam yang terlarut berbeda. Dari dua larutan garam tadi, orang lain tidak bisa mengetahui berapa banyak garam yang terkandung didalamnya. Oleh karena itu, untuk mengetahui informasi mengenai jumlah relatif Solut dan Solvent yang ada pada larutan digunakan istilah konsentrasi larutan. Konsentrasi larutan adalah jumlah zat yang terlarut dalam setiap satuan larutan atau pelarut. Secara sederhana, konsentrasi larutan dapat memberikan gambaran atau sebuah informasi tentang perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah pelarutnya. Konsentrasi larutan dalam satuan kimia, yaitu:
Berikut adalah pembahasan tentang konsentrasi larutan dalam satuan kimia. A. Molaritas (M)Molaritas dalam konsentrasi larutan dikenal dengan istilah konsentrasi molar atau molaritas dengan simbol yang dimiliki yaitu M. Molaritas digunakan untuk mendapatkan konsentrasi larutan secara kuantitatif. Dinyatakan sebagai jumlah mol suatu Solut dalam larutan dibagi dengan volume larutan yang ditentukan dalam liter. Molaritas menyatakan banyaknya mol solute yang terdapat dalam 1 liter atau 1000 mL larutan Rumus Molaritas (M)Dengan demikian:Dari rumus diatas, didapatkan rumus-rumus sebagai berikut Massa zat = (M × Mr × Volume) ÷ 1000 Volume = (massa zat × 1000) ÷ (M × Mr) Mr = (massa zat × 1000) ÷ (M × Volume) Dimana: Mr = massa molekul relatif Contoh Soal-1Berapa molaritas 7,25 gram Mg(OH)2 yang dilarutkan dalam 250 mL air? (Mr Mg(OH)2 = 58) Penyelesaian M Mg(OH)2 = (massa zat ÷ Mr) x (1000 ÷ Volume) M Mg(OH)2 = (7,25 ÷ 58) x (1000 ÷ 250) M Mg(OH)2 = 0,50 M Jadi Molaritas Mg(OH)2 = 0,50 M Contoh Soal-2Berapakah massa NaOH yang harus dilarutkan untuk membuat larutan NaOH 250 mL dengan konsentrasi 1 M? (Mr NaOH = 40). Penyelesaian Massa NaOH = (M x Mr x Volume) ÷ (1000) Massa NaOH = (1 x 40 x 250) ÷ (1000) Massa NaOH = 10 gram Jadi massa NaOH yang dilarutkan = 10 gram Contoh Soal-3Berapa volume air pelarut yang diperlukan untuk membuat larutan NaOH 0,5 M dari kristal NaOH yang massanya 10 gram? (Mr NaOH = 40) Penyelesaian Volume = (massa zat x 1000) ÷ (M x Mr) Volume = (10 x 1000) ÷ (0,5 x 40) Volume = 500 mL Jadi volume air pelarut = 500 mL Contoh Soal-4Berapa massa molekul relatif (Mr) HCl jika sebanyak 2,28 gram HCl dilarutkan dalam 250 mL air dengan konsentrasi 0,25 M? Penyelesaian Mr = (massa zat x 1000) ÷ (M x V) Mr = (2,28 x 1000) ÷ (0,25 x 250) Mr = 36,48 ≈ 38,50 Jadi Mr (massa molar) HCl = 38,50 Contoh Soal-5Berapakah jumlah mol zat dan massa zat yang terlarut dalam larutan NaCl 0,5 M sebanyak 1000 mL? (Mr NaOH = 40) Penyelesaian Jumlah mol = M x L Jumlah mol = 0,1 x (250 ÷ 1000) Jumlah mol = 0,5 mol Massa zat = (jumlah mol x Mr) Massa zat = 0,5 x 40 = 20 gram Massa zat = 20 gram Jadi jumlah mol NaOH = 0,5 dan massa NaOH = 20 gram B. Molalitas (m)Molalitas menyatakan banyaknya mol senyawa atau zat yang terlarut dalam setiap kilogram pelarut. Molalitas dapat dihitung dari nilai molaritas (M) jikalau kerapatan jenis diketahui. Bila diketahui HCl bermolalitas 1 m, artinya terdapat 1 mol HCl anhidrat dalam 1 kg atau 1000 gram pelarut. Rumus Molalitas (m)Dengan demikian:Dari rumus diatas, didapatkan rumus-rumus sebagai berikut Massa zat terlarut = (m × Mr × massa pelarut) ÷ 1000 Massa pelarut = (massa zat terlarut × 1000) ÷ (m × Mr) Mr = (massa zat × 1000) ÷ (m × Volume) Dimana: Mr = massa molekul relatif Contoh Soal-1Berapa molalitas 7,25 gram Mg(OH)2 yang dilarutkan dalam 250 gram air? (Mr Mg(OH)2 = 58) Penyelesaian m Mg(OH)2 = (massa zat terlarut ÷ Mr) x (1000 ÷ massa pelarut) m Mg(OH)2 = (7,25 ÷ 58) x (1000 ÷ 250) m Mg(OH)2 = 0,50 Jadi Molalitas Mg(OH)2 = 0,50 m Contoh Soal-2Berapakah massa NaOH yang terlarut dalam 250 gram air untuk membuat larutan NaOH dengan konsentrasi 1 m? (Mr NaOH = 40). Penyelesaian Massa NaOH = (m x Mr x massa pelarut) ÷ (1000) Massa NaOH = (1 x 40 x 250) ÷ (1000) Massa NaOH = 10 gram Jadi massa NaOH yang dilarutkan = 10 gram Contoh Soal-3Berapa gram air pelarut yang diperlukan untuk membuat larutan NaOH 0,5 m dari kristal NaOH yang massanya 10 gram? (Mr NaOH = 40) Penyelesaian Massa pelarut = (massa zat terlarut x 1000) ÷ (m x Mr) Massa pelarut = (10 x 1000) ÷ (0,5 x 40) Massa pelarut = 500 gram Jadi massa air pelarut = 500 gram Contoh Soal-4Berapa massa molekul relatif (Mr) HCl jika sebanyak 2,28 gram HCl dilarutkan dalam 250 gram air dengan konsentrasi 0,25 m? Penyelesaian Mr = (massa zat terlarut x 1000) ÷ (m × massa pelarut) Mr = (2,28 x 1000) ÷ (0,25 x 250) Mr = 36,48 ≈ 38,50 Jadi Mr (massa molar) HCl = 38,50 Contoh Soal-5Berapakah jumlah mol dan massa zat yang terlarut dalam larutan NaCl 0,5 m sebanyak 1000 mL? (Mr NaOH = 40) Penyelesaian Jumlah mol = m × kg Jumlah mol = 0,1 x (250 ÷ 1000) Jumlah mol = 0,5 mol Massa zat = (jumlah mol x Mr) Massa zat = 0,5 x 40 Massa zat = 20 gram Jadi jumlah mol NaOH = 0,5 dan massa NaOH = 20 gram C. Normalitas (N)Normalitas dapat diartikan sebagai jumlah mol ekuivalen dari suatu zat per liter larutan. Normalitas adalah ukuran yang menunjukkan konsentrasi pada berat setara dalam gram per liter larutan. Berat ekivalen itu sendiri adalah ukuran kapasitas reaktif molekul yang dilarutkan dalam larutan. Dalam suatu reaksi, tugas zat terlarut adalah menentukan normalitas suatu larutan. Normalitas juga disebut satuan konsentrasi larutan ekivalen. Normalitas dapat disingkat dengan huruf “N”, yang merupakan salah satu opsi paling efektif dan berguna dalam proses laboratorium. Normalitas umumnya hampir sama dengan molaritas atau M. Ketika molaritas adalah unit konsentrasi yang mewakili konsentrasi ion terlarut atau senyawa terlarut dalam suatu larutan, normalitas memiliki fungsi yang lebih lengkap, dengan normalitas mewakili konsentrasi molar hanya dari komponen asam atau komponen dasar. Komponen asam umumnya jumlah ion H+ yang ada dalam larutan asam, sedangkan komponen basa adalah ion yang larut dalam OH– dalam larutan basa. Rumus Normalitas (N)Menurut pengertian diatas, normalitas dapat dirumuskan sebagai berat setara zat terlarut dalam satu liter larutan. Normalitas suatu larutan dapat dihitung dengan mengetahui massa dan volume larutan. N = (n × Ek) ÷ L → Ek = jumlah mol ekivalen = n × jumlah mol Jika Molaritas (M) zat diketahui, maka: Jika jumlah mol zat diketahui, maka: Jika massa zat diketahui, maka: Dimana: n = valensi ion H+ atau OH−, Mr = massa molar, M = molaritas, mol = jumlah mol, L = volume larutan Contoh Soal-1Berapa Normalitas 7,25 gram Mg(OH)2 yang dilarutkan dalam 250 gram air? (Mr Mg(OH)2 = 58) Penyelesaian Mg(OH)2 → Mg2+ + 2OH-, jadi jumlah valensi ion OH (n) = 2 N Mg(OH)2 = n x (massa zat terlarut ÷ Mr) x (1000 ÷ volume) N Mg(OH)2 = 2 x (7,25 ÷ 58) x (1000 ÷ 250) N Mg(OH)2 = 1 N Jadi Normalitas Mg(OH)2 = 1 N Contoh Soal-2Berapa Normalitas H2SO4 dengan Molaritas = 0,25 M? Penyelesaian H2SO4 → 2H+ + SO42-, jadi jumlah valensi ion H (n) = 2 N = M x n N = 0,25 x 2 N = 0,50 N Jadi Normalitas H2SO4 tersebut = 0,50 N Contoh Soal-3Carilah nilai massa (gram) larutan 0,25 N H2SO4 (Mr = 98) dalam 500 mL larutan? Penyelesaian H2SO4 → 2H+ + SO42-, jadi jumlah valensi ion H (n) = 2 Massa zat = (N × Mr × Volume) ÷ (n ×1000) Massa zat = (0,25 × 98 × 500) ÷ (2 ×1000) Massa zat = (12250) ÷ (2000) Massa zat = 6,125 gram Jadi massa H2SO4 = 6,125 gram D. Fraksi Mol (X)Merupakan perbandingan antara jumlah mol (n) suatu komponen dengan jumlah mol semua komponen dalam larutan tersebut, dilmabngkan dengan X. Rumus Fraksi Mol (X)Dimana: n = jumlah mol zat (massa zat ÷ Mr). Nilai X biasa juga dinyatakan dalam bentuk persen (%). Contoh soalTentukan fraksi mol kedua substansi dalam larutan yang mengandung 36 gram air dan 46 gram gliserin (C3H5(OH)3) jika diketahui Mr air = 18 dan Mr gliserin = 92. Penyelesaian: ngliserin = gram ÷ Mr = 46 ÷ 92 = 0,5 mol gliserin nair = gram ÷ Mr = 36 ÷ 18 = 2,0 mol air Xgliserin = ngliserin ÷ (ngliserin + nair) = 0,5 ÷ (0,5 + 2,0)= 0,2 → 0,2 × 100% = 20% Xair = nair ÷ (ngliserin + nair) = 2,0 ÷ (0,5 + 2,0) = 0,8 → 0,8 × 100% = 80% Jadi fraksi mol gliserin adalah 0,2 (20%) dan faksi mol air adalah 0,8 (80%). Page 7
Larutan merupakan campuran yang homogen, yaitu campuran yang memiliki komposisi merata atau serba sama di seluruh bagian volumenya. Larutan (solution) sesungguhnya ditentukan oleh komponen-komponennya, yaitu:
Misalnya tertulis: NaCl (agueous), artinya NaCl sebagai solute dan aqua atau H2O sebagai solvent. Untuk mengetahui informasi mengenai jumlah relatif Solut dan Solvent yang ada pada larutan digunakan istilah konsentrasi larutan. Konsentrasi larutan adalah jumlah zat yang terlarut dalam setiap satuan larutan atau pelarut. Secara sederhana, konsentrasi larutan dapat memberikan gambaran atau sebuah informasi tentang perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah pelarutnya. Konsentrasi larutan dalam satuan fisika, diantaranya adalah:
A. Jumlah solute per satuan volume LarutanMenyatakan jumlah/banyaknya zat terlarut tiap satu satuan volume larutan. Misalnya pernyataan konsentrasi: 20 gram KCl/ℓ solution, artinya terdapat 20 gram KCl untuk setiap 1 liter larutan. Rumus: Contoh soal-1Berapa massa AgNO3 diperlukan untuk membuat 60 mL larutan AgNO3 dengan kandungan 0,03 g AgNO3 per mL? Penyelesaian: Diketahui: Volume larutan AgNO3 = 60 mL, jumlah AgNO3 per volum = 0,03 gram/mL. Massa zat terlarut = …..? Massa zat terlarut = jumlah solute per volum × volume larutan Massa zat terlarut = (0,03 gram/mL) × (60 mL) Massa zat terlarut = 1,80 gram Jadi untuk membuat larutan AgNO3 sebanyak 60 mL dengan kandungan 0,03 AgNO3 per mL: membutuhkan AgNO3 sebanyak 1,80 gram Contoh soal-2Berapa untuk membuat nutrisi hidroponik, ke dalam 15 liter air dilarutkan 150 gram NPK padat. Berapakah kosentrasi atau kandungan NPK dalam larutan nutrisi tersebut? Penyelesaian Diketehui: volume larutan = 15 liter, massa NPK = 150 gram. Konsentrasi atau kandungan NPK dalam larutan = ….? Jumlah solute per volum = (massa zat terlarut) ÷ (volume pelarut) Jumlah solute per volum = 150 gram ÷ 15 liter Jumlah solute per volum = 10 gram/liter Jadi kandungan NPK dalam larutan adalah: 10 gram NPK per liter air B. Persentase KomposisiMenyatakan banyaknya solute dalam setiap 100 satuan larutan. Misalnya tertulis: 10% (v/v) NaCl, artinya dalam setiap 100 ml larutan NaCl terdapat 10 ml NaCl. Bila tertulis 10% (g/g) NaCl, artinya dalam setiap 100 gram larutan terdapat 10 gram NaCl. Dalam ilmu kimia, untuk menyatakan konsentrasi larutan sering digunakan istilah persen. Persen dalam konsentrasi larutan dapat dinyatakan menjadi tiga bentuk, yaitu:
Persen berat sering digunakan karena persen ini tidak bergantung pada temperatur suhu. B.1. Persen massa (% W/W)Persen Massa (% w/w), menyatakan jumlah massa (gram) zat terlarut dalam 100 gram larutan, dan dirumuskan sebagai berikut: Rumus: Contoh SoalHitunglah berapa % 10 gram NaCl yang dilarutkan dalam 50 gram air. Penyelesaian Persen massa NaCl = (10 ÷ (10 + 50) × 100% Persen massa NaCl = (10 ÷ (10 + 50) × 100% Persen massa NaCl = (10 ÷ 60) × 100% Persen massa NaCl = 16,67% Jadi, persen massa 10 gram NaCl dalam 50 gram air = 16,67% B.2. Persen volume (%V/V)Persen Volume (%V/V), menyatakan jumlah volume (liter) zat terlarut dalam 100 liter larutan, dan dirumuskan sebagai berikut: Rumus: Contoh soalHitung persen volume 50 mL alkohol yang dilarutkan dalam 70 mL air. Penyelesaian: Diketahui: volume zat terlarut = 50 mL; volume zat pelarut = 70 mL Volume larutan = Volume zat terlarut + Volume zat pelarut Volume larutan = 50 + 70 Volume larutan = 120 mL % volume alkohol = [(Volume zat terlarut) ÷ (Volume larutan)] x 100% % volume alkohol = (50 ÷ 120) x 100% % volume alkohol = 41,67 % Jadi persen volume alcohol = 41,67% B.3. Persen massa-volume (%W/V)Persen Massa - Volume (%W/V) menyatakan jumlah massa (gram) zat terlarut dalam 100 mL larutan, dan dirumuskan sebagai berikut: Rumus: Contoh SoalHitung persen massa-volume 0,25 gram CH3COOH dalam 10 mL larutan cuka dapur ? Penyelesaian: Diketahui: massa zat terlarut = 0,25 gram; volume larutan = 10 mL % massa-volume CH3COOH = (Massa zat terlarut) ÷ (Volume larutan) × 100% % massa-volume CH3COOH = (0,25 ÷ 10) ×100% % massa-volume CH3COOH = 2,5% Jadi persen massa-volume CH3COOH = 2,5% C. Parts per million (ppm)Satuan konsentrasi ppm (parts per million, "bagian per sejuta") adalah satuan yang dipakai sebagai satuan nirdimensi yang berasal dari pecahan yang sangat kecil, misalnya konsentrasi larutan atau kelimpahan partikel yang sangat kecil. Misalnya larutan dengan konsentrasi 21 ppm berarti: "Setiap 1.000.000 bagian larutan hanya ada 21 bagian zat terlarut (jika dinyatakan dalam pecahan, konsentrasi ini adalah 21/1000000 atau 0.000021)". Rumus Konsentrasi Larutan PPM1 ppm = 1 mg/kg atau 1 ppm = 1 mL/L, sehingga diperoleh bentuk rumus sbb: ppm = (massa zat terlarut (mg)) ÷ (volume larutan (L)) Massa zat terlarut (mg) = ppm × volume larutan (L) Volume larutan = (massa zat terlarut (mg)) ÷ ppm Contoh Soal-1Hitunglah besar ppm 60 gram NPK yang dilarutkan dalam 50 liter air. Penyelesaian: Diketahui: NPK = 60 gram = 60 x 1000 = 60.000 mg; Volume larutan = 50 L. Konsentrasi NPK = …. ppm? ppm NPK = (massa NPK (mg)) ÷ (volume larutan (L)) ppm NPK = (60.000 mg) ÷ (50 L) ppm NPK= 1200 mg/L, atau ppm NPK= 1200 ppm Contoh Soal-2Diketahui konsentrasi urea sebagai pupuk hidroponik adalah sebesar 1200 ppm pada air sebanyak 25 liter. Hitunglah berapa gram urea yang dilarutkan! Penyelesaian: Diketahui: konsentrasi urea = 1200 ppm; volume larutan = 25 liter. Massa Urea = … gram? Massa Urea terlarut = ppm × volume larutan Massa Urea terlarut = 1200 × 25 Massa Urea terlarut = 30.000 mg Massa Urea terlarut = 30 gram Contoh Soal-3Hitunglah banyak air pelarut jika dilarutkan 25 gram NPK konsentrasi 500 ppm! Penyelesaian: Diketahui: massa NPK terlarut = 25 gram = 25 x 1000 = 25.000 mg, konsentrasi larutan NPK = 500 ppm. Volume air pelarut = … liter? Volume air pelarut = (massa zat terlarut (mg)) ÷ ppm Volume air pelarut = (25.000 ) ÷ 500 Volume air pelarut = 50 L Konversi ppm ke persen (%)Part per million (ppm atau disebut juga bpj (bagian per juta), tapi kita lebih terbiasa dengan sebutan ppm daripada bpj. Satuan ppm adalah mg/kg atau mg/L.
Dengan demikian, dirumuskan sebagai berikut: Persen = (ppm ) ÷ 10000 ppm = persen (%) × 10000 Contoh Soal
Soal LatihanBAINGAO memiliki tanaman selada yang dibudidayakan secara hidroponik. Tanaman tersebut telah berumur 3 MST. Nutrisi hidroponik yang digunakan adalah pupuk AB-Mix. Sesuai umur tanaman tersebut, kadar atau konsentrasi nutrisi yang direkomendasikan adalah 800 ppm. Jumlah kebutuhan larutan nutrisi tersebut sebanyak 70 liter. Pertanyaan
Page 8
Larutan dalam ilmu kimia merupakan campuran dua atau lebih zat yang berbeda secara kimia yang dikatakan homogen pada skala molekuler, larutan memiliki komposisi yang sama pada satu titik dengan komposisi pada titik lainnya dalam campuran. Ketika satu zat dilarutkan ke dalam zat lain, larutan terbentuk. "Larutan merupakan campuran yang homogen, yaitu campuran dua zat atau lebih yang memiliki komposisi merata atau serba sama di seluruh bagian volumenya." Larutan (solution) sesungguhnya ditentukan oleh komponen-komponennya, yaitu:
Berdasarkan kejenuhannya larutan dibagi kedalam larutan tidak jenuh, larutan jenuh dan larutan lewat jenuh.
Berdasarkan daya hantar listriknya larutan dikelompokkan ke dalam:
Contohnya larutan asam asetat: CH3COOH (aq) → H+ (aq) + CH3COO- (aq)
Contohnya garam yang dilarutkan dalam air: NaCl (aq) → Na+ (aq) + Cl- (aq)
Contohnya: C12H22O11 (s) → C12H22O11 (aq) Tabel 1. Perbedaan antara larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan non elektrolit.
CampuranDalam kehidupan sehari-hari campuran mudah ditemukan, bahkan siapapun mampu membentuk campuran karena campuran dibentuk tanpa melalui reaksi kimia. Contoh campuran adalah tanah, air laut, udara, larutan obat, larutan garam dan lain-lain.
Gambar 1 merupakan ilustrasi proses pelarutan campuran antara garam dan air, dalam larutan tersebut terurai ion Na+, Cl-, NaCl, H2O, Hidrasi ion Na+ dan ion Cl-. Setelah dicampurkan dan diaduk maka garam terlarut dalam air dan terbentuk larutan garam yang berasa asin. Gambar 1. Pembentukan Larutan Garam Campuran Antara Garam dan AirBerdasarkan reaksi tersebut dapat dikatakan bahwa garam terlarut dan tersebar secara merata di air sehingga membentuk larutan homogen. Dapat disimpulkan bahwa: Campuran adalah penggabungan dua atau lebih zat yang dalam penggabungan ini zat-zat tersebut mempertahankan identitas kimianya masing-masing, dengan kata lain, masih memiliki sifat dari penyusun campuran tersebut dan berbeda dengan senyawa yang memiliki sifat berbeda dengan penyusunnya. Contohnya: Proses pencampuran belerang (S) dengan besi (Fe). Saat sebuk belerang dan besi dicampurkan maka kedua serbuk tersebut dapat dipisahkan dengan cara meletakkan magnet sehingga sebuk besi tertarik oleh magnet. Namun saat campuran serbuk belerang dengan besi tersebut dipanaskan ternyata tidak ada satupun yang tertarik oleh magnet karena campuran magnet dan besi yang dipanaskan membentuk senyawa baru yaitu FeS. Campuran tidak selalu berbentuk cair seperti larutan, tetapi campuran dapat ditemukan dalam bentuk padat, cair dan gas. Campuran dapat dibedakan menjadi campuran homogen dan heterogen. A. Campuran HomogenCampuran homogen adalah campuran yang memiliki komposisi yang sama dan seragam serta tidak ada batas di setiap bagian. Campuran homogen biasa disebut juga dengan larutan. Beberapa contoh dalam kehidupan sehari-hari mengenai zat campuran homogen sebagai berikut:
B. Campuran HeterogenCampuran heterogen adalah campuran yang memiliki komposisi masing-masing zat yang tidak sama di setiap tempat dalam campuran tersebut. Contohnya: campuran serbuk besi dengan belerang. Saat diaduk campuran tersebut tidak menyatu dan masih dapat dipisahkan menggunakan magnet. Contoh campuran heterogen adalah koloid dan suspensi.
Tabel 2. Perbedaan Larutan, Koloid, dan Suspensi
Tabel 3. Perbedaan Campuran dengan Senyawa
Rangkuman
|