Apa yang terjadi jika prinsip-prinsip pengembangan kurikulum tidak terlaksana

Apa yang terjadi jika prinsip-prinsip pengembangan kurikulum tidak terlaksana

Loading Preview

Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.

A.    PRINSIP KURIKULUM

a.      Prinsip Relevansi

Prinsip ini merupakan prinsip yang paling dasar dalam sebuah kurikulum. Apabila prinsip ini tidak terpenuhi dalam sebuah kurikulum, maka kurikulum tersebut tidak ada lagi artinya; kurikulum menjadi tidak bermakna.

Prinsip relevansi mengandung arti bahwa sebuah kurikulum harus relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dengan kebutuhan dan karakteristik siswa, serta dengan kebutuhan karakteristik masyarakat. Relevan dengan perkembangan iptek, maksudnya kurikulum harus sesuai dengan perkembangan iptek, sehingga para siswa mempelajari iptek yang benar – benar terbaru yang memungkinkan mereka memiliki wawasan dan pemikiran yang sejalan dengan perkembangan jaman. Relevan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa, artinya suatu kurikulum harus sesuai dengan potensi intelektual, mental, emosional dan fisik para siswa. Apabila prinsip tidak terlaksana dalam kurikulum yang nyata maka potensi yang dimiliki anak tersebut tidak berkembang sebagai potensi yang diperlukan dalam melaksanakan tugas dan kehidupannya. Relevan dengan kebutuhan karakteristik masyarakat artinya kurikulum harus membekali para siswa dengan sejumlah keterampilan pengetahuan dan sikap yang sesuai dengan kondisi masyarakatnya. Apabila tidak terlaksana maka siswa tidak dapat beradaptasi dan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.
more

b.      Prinsip fleksibilitas

Prinsip fleksibilitas terkait dengan keluwesan dalam tahap implementasi kurikulum. Penerapan prinsip fleksibilitas dalam kurikulum adalah bahwa suatu kurikulum harus dirancang secara fleksibel atau luwes sehingga pada saat diimplementasikan memungkinkan untuk dilakukan perubahan untuk disesuaikan dengan kondisi yang ada yang tidak terprediksi saat kurikulum itu dirangcang. Contoh yang paling sederhana adalah pada saat sebuah kurikulum dirancang, pembelajaran akan dilaksanakan dengan menggunakan media LCD projector atau OHP/OHT namun pada saat hari H terjadi pemadaman listrik di lokasi. Bagi kurikulum yang memenuhi prinsip fleksibilitas kondisi ini tidak menghambat keberlangsungan pembelajaran. Dengan sedikit melakukan perubahan pada aspek media yang digunakan pembelajaran tetap berlangsung namun tetap mengarah pada pencapaian tujuan yang diharapkan. Jika prinsip fleksibilitas ini tidak digunakan dimungkinkan tujuan pembelajaran yang direncanakan tidak terlaksana.

c.       Prinsip kontinuitas

Perkembangan dan proses belajar anak berlangsung secara berkesinambungan, tidak terputus – putus. Artinya bagian – ­bagian, aspek – aspek, materi, dan bahan kajian disusun secara berurutan, tidak terlepas – lepas, melainkan satu sama lain me­miliki hubungan fungsional yang bermakna, sesuai dengan jenjang pendidikan, struktur dalam satuan pendidikan, dan tingkat perkem­bangan siswa. Oleh karena itu, pengalaman – pengalaman yang disediakan kurikulum juga hendaknya berkesinambungan antara satu tingkat kelas dengan kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang pendidikan yang lain juga antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan. Dengan prinsip ini, tampak jelas alur dan keterkaitan di dalam kurikulum tersebut sehingga mempermudah guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.

d.      Prinsip efisiensi

Kurikulum mudah dilaksanakan menggunakan alat – alat sederhana dan memerlukan biaya yang murah. Kurikulum yang terlalu menuntut keahlian – keahlian dan peralatan yang sangat khusus serta biaya yang mahal merupakan kurikulum yang tidak praktis dan sukar dilaksanakan. Dana yang terbatas harus digunakan sedemikian rupa dalam rangka men­dukung pelaksanaan pembelajaran. Waktu yang tersedia bagi siswa belajar di sekolah juga terbatas harus dimanfaatkan secara tepat sesuai dengan mata ajaran dan bahan pembelajaran yang diperlukan. Tenaga di sekolah juga sangat ter­batas, baik dalam jumlah maupun dalam mutunya, hendaknya didayagunakan secara efisien untuk melaksanakan proses pem­belajaran.

e.       Prinsip efektifitas

Walaupun prinsip kurikulum itu mudah, sederhana, dan murah, keberhasilannya harus diperhatikan secara kuantitas dan kualitas, karena pengembangan kurikulum tidak dapat dilepaskan dan merupakan penjabaran dari perencanaan pendidikan. Misal, keterbatasan fasilitas ruangan, peralatan dan sumber keterbacaan, harus digunakan secara tepat guna oleh siswa dalam rangka pembelajaran, yang semuanya demi untuk meningkatkan efektivitas atau keberhasilan siswa.

2.      Prinsip Khusus

a.  Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan

Tujuan menjadi pusat kegiatan dan arah semua kegiatan pendidikan. Perumusan komponen-komponen kurikulum hendaknya mengacu pada tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum atau berjangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek (tujuan khusus). Perumusan tujuan pendidikan bersumber pada:

1)       Ketentuan dan kebijaksanaan pemerintah, yang dapat ditemukan dalam dokumen – dokumen  lembaga negara mengenai tujuan, dan strategi pembangunan termasuk di dalamnya pendidikan

2)       Survei mengenai persepsi orang tua/masyarakat tentang kebutuhan yang dikirimkan melalui angket atau wawancara dengan mereka

3)      Survei tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu, dihimpunmelalui angket, wawancara, observasi, dan dari berbagai media massa

4)      Survei tentang manpower.

5)      Pengalaman negara-negara lain dalam masalah yang sama.

6)      Penelitian.

b. Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan

Memilih isi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang telah ditentukan para perencana kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa hal:

  1. Perlu penjabaran tujuan pendidikan/pengajaran ke dalam bentuk perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana. Makin umum suatu perbuatan hasil belajar dirumuskan semakin sulit menciptakan pengalaman belajar.
  2. Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
  3. Unit – unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis. Ketiga ranah belajar, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan diberikan secara simultan dalam urutan situasi belajar. Untuk hal tersebut diperlukan buku pedoman guru yang memberikan penjelasan tentang organisasi bahan dan alat pengajaran secara lebih mendetail.

c.  Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar 

Pemilihan proses belajar mengajar yang digunakan hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

  1. Apakah metode/teknik belajar – mengajar yang digunakan cocok untuk mengajarkan bahan pelajaran?
  2. Apakah metode/teknik tersebut memberikan kegiatan yang bervariasisehingga dapat melayani perbedaan individual siswa?
  3. Apakah metode/teknik tersebut memberikan urutan kegiatan yang bertingkat-tingkat?
  4. Apakah metode/ teknik tersebut dapat menciptakan kegiatan untuk mencapai tujuan kognitif, afektif dan psikomotor?
  5. Apakah metode/teknik tersebut lebih mengaktifkan siswa, ataumengaktifkan guru atau kedua-duanya?
  6. Apakah metode/teknik tersebut mendorong berkembangnya kemampuan baru?
  7. Apakah metode/teknik tersebut menimbulkan jalinan kegiatan belajar disekolah dan di rumah, juga mendorong penggunaan sumber yang ada dirumah dan di masyarakat?
  8. Untuk belajar keterampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajar yangmenekankan “learning by doing” di samping “learning by seeing and knowing”.

d.   Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran

Proses belajar – mengajar yang baik perlu didukung oleh penggunaan media dan alat – alat bantu pengajaran yang tepat.

1)      Alat/media pengajaran apa yang diperlukan. Apakah semuanya sudah tersedia? Bila alat tersebut tidak ada apa penggantinya?

2)      Kalau ada alat yang harus dibuat, hendaknya memperhatikan: bagaimana pembuatannya, siapa yang membuat, pembiayaannya, waktu pembuatan?

3)      Bagaimana pengorganisasian alat dalam bahan pelajaran, apakah dalam bentuk modul, paket belajar, dan lain – lain?

4)      Bagaimana pengintegrasiannya dalam keseluruhan kegiatan belajar?

5)      Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multi media.

e.    Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian

Penilaian merupakan bagian integral dari pengajaran:.

1)      Dalam penyusunan alat penilaian (test) hendaknya diikuti langkah – langkah sebagai berikut:

  • Rumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang umum, dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
  • Uraikan ke dalam bentuk tingkah laku – tingkah laku murid yang dapat diamati.
  • Hubungkan dengan bahan pelajaran.
  • Tuliskan butir-butir test.

2)      Merencanakan suatu penilaian hendaknya diperhatikan beberapa hal berkut:

  • Bagaimana kelas, usia, dan tingkat kemampuan kelompok yang akanditest?
  • Berapa lama waktu dibutuhkan untuk pelaksanaan test?
  • Apakah testtersebut berbentuk uraian atau objektif?
  • Berapa banyak butir test perlu disusun?
  • Apakah tes tersebut diadministrasikan oleh guru atau oleh murid?

3)      Dalam pengolahan suatu hasil penilaian hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

  • Norma apa yang digunakan di dalam pengolahan hasil test?
  • Apakah digunakan formula guessing?
  • Bagaimana pengubahan skor ke dalam skor masak?
  • Skor standar apa yang digunakan?
  • Untuk apakah hasil-hasil test digunakan?

Ketika prinsip-prinsip khusus ini  tidak terlaksana maka kurikulum tidak memiliki acuan, isi/tujuan kurikulum bertolak belakang (tidak searah) dengan tujuan pendidikan,  sehingga kurikulum tidak berkembang dan tidak menghasilkan suatu sistem pendidikan yang lebih baik.

B.     TAHAP-TAHAP PENGEMBANGAN KURIKULUM

a.      Pengembangan kurikulum pada tahap makro

Pada tahap ini,pengembangan kurikulum di kaji dalam lingkup nasional, baik secara vertical maupun horizontal dalam rangka pencapaian tujuan nasional.

Secara vertical berkaitan dalam rangka kontinuitas pengembangan kurikulum dalam berbagai tingkatan intstitusi pendidikan, secara horizontal berkaitan dalam pengembangan kurikulum pada tingkatan pendidikan yang sama walaupun jenis pendidikan berbeda.

b.      Pengembangan kurikulum pada tahap institusi

Pada tahap ini, pengembangan kurikulum dilakukan disetiap lembaga

Pendidikan. Aspek  yang dikembangkan diantaranya tujuan lembaga, mata pelajaran yang dipelajari, serta fasilitas yang dibutuhkan termasuk media dan alat pembelajaran.

c.       Pengembangan kurikulum pada tahapmata pelajaran

Pada tahap ini, pengembangan kurikulum diwujudkan dalam bentuk GBPP untuk masing-masing mata pelajaran. Dari GBPP tersebut dijabarkan oleh guru menjadi program semester yang merupakan program yang akan dilaksanakan pada periode belajar tertentu. Isi dari program semester ini adalah semua yang ada dalam GBPP suatu mata pelajaran,kemudian dilakukan pengaturan-pengaturan yang melengkapinya sehingga program tersebut membentuk suatu program kerja lengkap dengan penentuan alokasi waktu yang dibutuhkan serta waktu pelaksaan pembelajaran.

d.      Pengembangan kurikulum pada tahap program pengajaran

Tahap ini merupakan pengembangan kurikulum pada level kelas. Dengan berpedoman pada GBPP dan program caturwulan atau semester kemudian guru menjabarkan dalam bentuk RPP.

Ada juga tahapan pengembangan kurikulum menurut hamalik, yaitu:

1.                  Tahap pertama studi kelayakan dan kebutuhan

2.                  Tahap kedua penyusunan konsep awal perencanaan kurikulum

3.                  Tahap ketiga pengembangan rencana untuk melaksanakan kurikulum

4.                  Tahap keempat pelaksanaaan uji coba kurikulum di lapangan.

5.                  Tahap kelima pelaksaan kurikulum

6.                  Tahap keenam pelaksaan penilaian dan pemantauan kurikulum

7. Tahap ketujuh pelaksanaan perbaikan dan penyesuaian.