Apa yang dimaksud ka bah

Jakarta -

Kakbah merupakan tempat suci umat Islam di seluruh dunia. Bangunan yang juga menjadi kiblat arah sholat ini ternyata memiliki sejarah yang panjang. Seperti apa kisahnya?

Kisah pembangunan Kakbah pun tertulis dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 96. Dalam surat tersebut Allah SWT berfirman, Kakbah merupakan tempat ibadah pertama yang dibangun di muka bumi.

Arab: اِنَّ اَوَّلَ بَيْتٍ وُّضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِيْ بِبَكَّةَ مُبٰرَكًا وَّهُدًى لِّلْعٰلَمِيْنَۚ

Latin: inna awwala baitiw wuḍi'a lin-nāsi lallażī bibakkata mubārakaw wa hudal lil-'ālamīn

Artinya: Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk manusia, ialah (Baitullah) yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam.

Bangunan yang diberkahi ini dibangun oleh Nabi Ibrahim sesuai dengan perintah Allah SWT. Ia turut dibantu oleh sang sang anak, Nabi Ismail. Hal itu tertulis dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 127, yang berbunyi:

Arab: وَاِذْ يَرْفَعُ اِبْرٰهٖمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَاِسْمٰعِيْلُۗ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۗ اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

Latin: wa iż yarfa'u ibrāhīmul-qawā'ida minal-baiti wa ismā'īl, rabbanā taqabbal minnā, innaka antas-samī'ul-'alīm

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah bersama Ismail, (seraya berdoa), "Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

Selepas dibangun, Allah SWT berfirman bahwa Kakbah merupakan tempat suci bagi umat Islam. Selain itu, Kakbah diperintahkan untuk menjadi tempat sholat, tawaf dan iktikaf.

Apa yang dimaksud ka bah
Suasana Umrah di Kakbah Foto: Erwindar/detikcom

Dalam Quran surat Al-Baqarah ayat 125, Allah SWT berfirman,

Arab: وَاِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِّلنَّاسِ وَاَمْنًاۗ وَاتَّخِذُوْا مِنْ مَّقَامِ اِبْرٰهٖمَ مُصَلًّىۗ وَعَهِدْنَآ اِلٰٓى اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ اَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّاۤىِٕفِيْنَ وَالْعٰكِفِيْنَ وَالرُّكَّعِ السُّجُوْدِ

Latin: wa iż ja'alnal-baita maṡābatal lin-nāsi wa amnā, wattakhiżụ mim maqāmi ibrāhīma muṣallā, wa 'ahidnā ilā ibrāhīma wa ismā'īla an ṭahhirā baitiya liṭ-ṭā`ifīna wal-'ākifīna war-rukka'is-sujụd

Artinya: Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah (Ka'bah) tempat berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia. Dan jadikan lah maqam Ibrahim itu tempat sholat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, "Bersihkan lah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, orang yang iktikaf, orang yang rukuk dan orang yang sujud!"

Dikutip dari buku 'The Great Episodes of Muhammad SAW' karya Dr Al Buthy, bangunan Kakbah awalnya memiliki tinggi 7 hasta dengan panjang 30 hastam dan lebar mencapai 22 hasta tanpa atap. Selain itu, ada pendapat lain yang meriwayatkan tinggi Kakbah mencapai 9 hasta.

Sementara itu, Kakbah telah direhab sebanyak empat kali hingga dengan saat ini. Pertama saat dibangun oleh Nabi Ibrahim dan Ismail. Kedua dilakukan kaum Quraisy sebelum Islam dan Nabi Muhammad SAW ikut serta.

"Mereka (kaum Quraisy) meninggikan bangunan Kakbah sehingga mencapai 18 hasta, tetapi mengurangi panjangnya. Sehingga, bagian yang panjanganya sekitar 6 hasta setengah, mereka biarkan dalam area Hijir Ismail," tulis buku tersebut.

Rehab ketiga dilakukan setelah terjadi kebakaran di Kakbah. Kala itu, pasukan di bawah kekuasaan Yazid bin Muawiyah datang dan menyerbu Mekkah. Mereka melempari ketapel raksasa dan menyebabkan dindin Kakbah roboh dan terbakar.

Kakbah pun dibangun kembali oleh Ibu Az-Zubair dengan menambah 6 hasta yang dulu dikurangi oleh kaum Quraisy dan tinggi 10 hasta serta dua pintu masuk dan keluar. Terakhir, pembangunan Kakbah dilakukan setelah terbunuhnya Ibnu Az-Zubair.

Pemuka Mekkah berselisih atas pembangunan Kakbah yang dilakukan oleh Ibnu Az-Zubair karena dinilai tidak seperti semula. Maka dari itu, Al-Hajjaj meruntuhkan Kakbah dan membangunnya kembali seperti sedia kala sebelum diubah oleh Ibnu Az-Zubair.

Diriwayatkan juga bahwa Malik bin Anas radhiyallahu anhu pernah berkata kepada Harun Ar-Rasyid untuk tidak menjadikan Kakbah sebagai objek permainan. Sebab, Harun Ar-Rasyid mengaku ingin meruntuhkan dan membangun Kakbah seperti yang dilakukan Ibnu Az-Zubair.

"Dengar lah wahai Amirul Mukminin, jangan sampai kau menjadikan Kakbah ini objek perminan bagi para raja sepeninggalanmu. Setiap kali mereka ingin mengubahnya pasti mereka ubah sehingga keagungan dan kewibawaannya hilang dari hati manusia," jelas Malik bin Anas radhiyallahu anhu.

Semoga kisah sejarah Kakbah bisa menambah keimanan kita ya!

(pay/erd)

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Ka’bah merupakan bangunan suci kiblat solat orang muslim seluruh dunia. Namun Tahukah anda bahwa Ka’bah memiliki nama lain? Lalu apa nama lain Ka’bah? Simak terus artikel ini.

Kabah merupakan bangunan berbentuk kubus yang ada di tengah-tengah Masjidil Haram di Kota Mekah. Bangunan ini menjadi kiblat bagi selurh umat muslim di eluruh dunia. Selain itu, tempat ini menjadi destinasi utama untuk perjalanan spiritual umat islam, yaitu ibadah haji. Saat menunaikan ibadah haji, jamaah biasanya salat menghadap ke Kabah dan melaksanakan tawaf atau mengelilingi Kabah.

Nama Lain Ka’bah

Di dalam Al-quran, Kabah memiliki berbagai macam sebuatan atau nama. Hal ini sesuai dengan yang tercantum di dalam Al-quran. Berikut adalah nama-nama lain dari Kabah beserta dengan alasan mengapa kabah disebut baitullah.

1. Ka’bah

Sebutan yang paling populer dan banyak digunakan untuk menyebut bangunan di tengah-tengah Masjidil tersebut adalah Kabah. Kabah sendiri berarti persegi empat. Hal ini merujuk pada bangunan tersebut yang berbentuk kubus. Dalam Al-quran kata Ka’bah tercantum dalam Quran Surah Al-Maida Ayat 97.

2. Baitullah

Nama kedua yang juga cukup banyak digunakan oleh masyarakat untuk menyebut Kabah adalah Baitullah. Baitullah berarti Rumah Allah. Sebutan Baitullah disebutkan dalam Quran Surah Al Baqarah Ayat 125 sebagai berikut.

“Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) sebagai tempat berkumpul manusia dan tempat aman. Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim sebagai tempat salat. Dan telah kami perintahkan Ibrahim dan Ismail ‘Bersihkan rumah-Ku untuk orang-orang Tawaf, yang i’tikaf, ruku, dan yang sujud.”.

Selain dalam surah Al-Baqarah Ayat 125, hal tersebut juga tertuliskan dalam Quran Surah Al-Hajj ayat 26 baitullah juga disebutkan sebagai berikut.

Kedua surah tersebut kemudian menjadi alasan mengapa Kabah disebut Baitullah oleh umat muslim. Kata ‘rumah-Ku’ dalam kedua surah tersebut ditafsirkan sebagai rumah Allah.

baca juga : apa itu tawaf?

3. Al-Bait

Nama ketiga yang digunakan untuk menyebut Kabah adalah Al-Bait. Al Bait memiliki arti rumah. Jadi dapat diartikan bahwa Kabah adalah rumah Allah. Nama Al-Bait tersebut dalam Quran Surah Ali Imram Ayat 96. Selain itu, nama Al-Bait juga digunakan oleh Nabi Muhammad SAW ketika ditanya masjid manakah yang pertama kali dibangun. Beliau kemudian menjawab Masjidil Haram. Ketika ditanya sekali lagi, beliau kemudian menjawab Masjidil Aqsa.

4. Al-Bait Al-‘Atiq

Nama Kabah selanjutnya yang disebut dalam Al-quran adlaah Al-Bait Al-‘Atiq. Al-Bait Al-‘Atiq berarti adalah rumah yang bebas. Bebas yang dimaksud adalah bahwa Allah SWT membebaskan Kabah dari berbagai macam bencana dan juga bahaya. Selain rumah yang bebas, Al-Bait Al-‘Atiq juga berarti bahwa tidak ada seorang pun yang diperbolehkan untuk mengambil Kabah sebagai hak milik. Kemudian, Al-Atiq juga memiliki makna membebaskan manusia dari azab Allah. Hal tersebut sesuai dengan yang disebutkan dalam Quran Surah Al-Hajj.

Penutup

Demikianlah nama lain Kabah beserta dengan alasan mengapa Kabah disebut dengan baitullah yang berarti rumah Allah. Hingga saat ini, Kabah masih dikunjungi umat muslim di seluruh dunia setiap bulan Dzulhijjah guna melaksanakan ibadah Haji dan Umroh.

Ibadah Haji dan Umroh dapat Anda laksanakan dengan bantuan travel haji plus Jogja, Hasuna Tour. Pengalaman 22 tahun dalam bidang travel umroh Jogja serta telah berhasil memberangkatkan 21.000 jamaah membuat Hasuna menjadi salah satu biro travel haji terpercaya. Selain itu, dengan bantuan pembimbing yang profesional serta bersertifikat tentunya akan membantu membangun suasana ibadah haji dan umroh Anda lebih damai, aman, dan nyaman, sehingga ibadah dapat berlangsung dengan khusyu dan hikmat.

Apa yang dimaksud ka bah

Kakbah, (bahasa Arab:كعبة) sebuah bangunan persegi empat yang terletak di Masjidil Haram di Mekah, merupakan tempat peribadahan terpenting dan kiblat kaum muslim. Kaum muslim saat shalat, berdiri menghadap bangunan ini dan thawaf mengitarinya (mengelilingi Kakbah) termasuk rukun wajib haji.

Menurut ayat-ayat Alquran dan riwayat-riwayat Islam, Nabi Ibrahim as dan putranya Ismail as membangun Kakbah atas perintah Allah, meski sebagian riwayat juga mengembalikan sejarah pembangunannya ke masa Nabi Adam as dan bahkan sebelum beliau.

Solusi Nabi Muhammad saw dalam peristiwa peletakan Hajar Aswad dan kelahiran Imam Ali as termasuk peristiwa penting terkait Islam, yang terjadi di Kakbah.

Apa yang dimaksud ka bah

Nama-nama Kakbah

Lafaz Kakbah dalam bahasa berarti rumah berbentuk persegi. Baitullah juga dinamakan Kakbah dikarenakan bentuk persegi empatnya. [1]

Nama paling masyhur bangunan ini adalah Baitullah (rumah Allah). Nama lain Kakbah dalam Alquran adalah al-Bait[2] , al-Bait al-Haram[3], al-Bait al-'Atiq[4] , al-Bait al-Muharram[5]. Dan masjid serta sekitarnya disebut dengan Al-Masjid Al-Haram. Berdasarkan penukilan Dāirat al-Ma'arif Persia, pada masa dahulu, Kakbah dinamai juga dengan Al-Qadis, Nadzir dan Al-Qaryah Al-Qadimah. [6]

Kedudukan dalam Islam

Kakbah merupakan tempat peribadahan terpenting nan suci Islam dan rumah pertama yang dibangun untuk ibadah manusia[7] yang mana menziarahinya wajib bagi setiap muslim, dengan syarat mampu dan memenuhi syarat-syarat, seumur hidup sekali dan dalam surat Al Imran ayat 97 dikeluarkanlah hukum wajib haji bagi setiap muslim yang mampu. Allah mejadikan Kakbah sebagai kiblat kaum muslim sejak tahun kedua Hijrah. [8] Dan sejak saat itu wajib bagi kaum muslim untuk menghadap ke arah tersebut saat melaksanakan salat wajib ataupun mustahab.

Arah Kiblat mengikuti arah lintang geografi setiap wilayah. [9]

Kakbah dalam Alquran

Nama Kakbah disebut dua kali dalam Alquran (Surah Al-Maidah). Pertama dalam ayat 95, yang menentukan kaffarah berburu saat ihram. Dan lainnya adalah ayat 97, dimana Allah telah menjadikan ziarah Kakbah (yaitu Bait Al-Haram), dan juga bulan-bulan Haram, (tanda) binatang-binatang kurban yang memilik tanda dan memiliki kalung, kesemuanya sebagai pelanggeng agama dan dunia manusia….[10]

Latar Belakang Sejarah

Apa yang dimaksud ka bah

Salah satu ilustrasi Kakbah (Gamabar Lama)

Bangunan Kakbah

Nabi Ibrahim as membangun Kakbah atas perintah Allah. Putra beliau Ismail as juga ikut membantu dalam pembangunan tersebut. [11] Hal ini telah dikemukakan dalam ayat-ayat Alquran. [12] Namun terdapat perbedaan riwayat tentang kapan pertamakalinya Kakbah dibangun. Dalam sebagian riwayat dinukilkan bahkan pembangunannya sebelum penciptaan Nabi Adam. [13] Namun sebagian sejarawan meragukan validitas klaim tersebut. [14] Setelah menetapnya keturunan Ismail di Kakbah, pertama-tama kabilah Jurhum, kemudian kabilah Khaza'ah, kemudian Quraisy tinggal di Mekah dan mengurusi Kakbah. Dan dalam sepanjang masa dan abad, Kakbah yang sebelumnya merupakan tempat ibadah kaum monotheisme berubah menjadi tempat peletakan berhala. [15]

Renovasi Kakbah

Menurut referensi sejarah dan agama, bangunan Kakbah memiliki perubahan, renovasi dan pembaharuan. Kakbah dalam bangunan Nabi Ibrahim tidak memiliki atap dan diberi atap pada masa Qusai bin Kilab, pemimpin Quraisy dan datuk keempat Rasulullah saw.

Dituturkan, Kakbah sebelum Qusai dan setelah Nabi Ibrahim juga mengalami pembaharuan sebanyak dua kali. Sejarah pembangunan Kakbah pasca kelahiran Rasulullah lebih tersusun dan lebih kredibel. Pada masa ini dan lima tahun sebelum diangkatnya beliau menjadi nabi, kaum Quraisy merenovasi kembali bangunan Kakbah. Sebagian riwayat menyebutkan alasan rusaknya Kakbah karena kebakaran dan atau dikarenakan banjir.

Para narator sejarah terdahulu mengabarkan perubahan sebagian kriteria Kakbah dalam pembaharuan bangunan tersebut dibanding dengan kriteria-kriteria bangunananya Nabi Ibrahim. Penambahan tinggi, pengurangan panjang, penutupan pintu barat dan menambah ketinggian pintu timur Kakbah merupakan empat perubahan yang dikatakan dalam pembaharuan bangunan Kakbah. [16]

Setelah itu, pasca serangan pasukan Yazid bin Muawiyah dengan dipimpin oleh Husain bin Numair dan kebakaran di Kakbah, Abdullah bin Zubair merenovasi kembali Kakbah. Dalam insiden ini, kebakaran dan pelemparan batu dengan manjanik telah melemahkan pondasi rumah Kakbah.

Dalam renovasi ini, Ibn Zubair membongkar Baitullah guna menancapkan kembali tiang-tiangnya, yang dibangun oleh Nabi Ibrahim. [17] Namun selang beberapa waktu Hajjaj bin Yusuf merusak kembali Kakbah. Tujuannya adalah mengembalikan pondasi-pondasi Kakbah ke sebuah titik yang diletakkan oleh Quraisy. Bagian Kakbah ini, yang disebut dengan Hatim, pada masa perenovasian diletakkan di luar bangunan oleh Quraisy dalam lima tahun sebelum pengutusan dikarenakan minimnya maslahat dan mengakibatkan berkurangnya panjang Kakbah. Setelah beberapa dekade Ibn Zubair hendak mengembalikan dimensi-dimensi Kakbah seperti sedia kala. Namun Abdul Malik bin Marwan memerintahkan Hajjaj supaya mengurangi bagian yang telah ditambahkan oleh Ibn Zubair. [18] Hajjaj mengurangi panjang Baitullah dengan merusak kembali bagian Hatim (bagian dari Hijr Ismail). Diriwayatkan pada masa Hajjaj pembaharuan bangunan Kakbah mendapat kendala dan hal ini dapat terlaksana dengan dihadiri Imam Sajjad as. [19]

Setelah perenovasian kesepuluh bangunan Kakbah pada masa Hajjaj, rumah Allah tidak membutuhkan perenovasian dasar sampai pada tahun 1039 Hijriah/ 1630 M terjadi banjir di Mekah, yang tidak hanya sekedar mengorbankan sekitar 4000 penduduk kota ini, namun juga masuk ke dalam Masjidil Haram dan menghancurkan dinding-dinding Kakbah. Yang tersisa hanya dinding selatan, itupun juga ditinggalkan dan membutuhkan perenovasian kembali. Peristiwa ini terjadi pada masa sultan Murad IV, yang populer dengan Sultan Murad Khan, raja Utsmani. Penguasa Mekah mengabarkan peristiwa ini kepada raja Utsmani. Ia pun mengirim dua orang wakilnya ke Mekah untuk mengawasi perihal perenovasian Kakbah. Dengan perintah Sultan, dinding-dinding yang ada dirobohkan dan membangun kembali rumah Allah. Peristiwa perenovasian ini dikisahkan oleh Zainal Abidin bin Nuruddin Kasyani, termasuk salah seorang ulama Syiah dan pada masa itu hadir untuk berziarah ke Mekah, secara lengkap dalam buku Mufarrihah al-Anam fi Ta'sisi Baitullah al-Haram. Setelah itu bangunan Kakbah sampai dekade terakhir tidak mengalami perenovasian, namun pada tahun 1377 H dan kemudian tahun 1417 H direnovasi kembali atas perintah Saud bin Abdul Aziz dan Fahd bin Abdul Aziz.

Fitur Kakbah

Fitur Luar

Apa yang dimaksud ka bah

Kakbah memiliki beberapa fitur luar. Setiap bagian Kakbah memiliki nama, yaitu:

  • Hajar Aswad: batu berwarna hitam dan berongga. Diberikan bingkai perak mengelilingnya guna menjaganya. Hajar Aswad berada di luar di rukun selatan timur Kakbah. Thawaf dimulai dari Hajar Aswad dan diakhiri di situ.
  • Multazam: antara Hajar Aswad dan pintu Kakbah.
  • Pintu Kakbah: pintu Kakbah terletak di arah Timur. Tidak ada yang tahu pastinya siapakah orang pertama yang membangun pintu Kakbah, namun kemungkinannya adalah Tubba' ketiga (salah satu raja Yaman sebelum pengangkatan Rasulullah saw adalah orang pertama yang membuat pintu dan kunci untuk Kakbah).
  • Maqom Ibrahim: sebuah batu yang menghadap pintu Kakbah, dimana Nabi Ibrahim berdiri disitu saat membangun Kakbah.
  • Hijr Ismail: disebut juga dengan Hatim. Sebuah dinding di utara Kakbah berbentuk setengah lingkaran.
  • Mizab: bagian di atas atap Kakbah di bagian utara tepat di atas Hijr Ismail. Mizab adalah talang saluran air untuk mengalirkan air dari atap menuju ke bawah. Quraiys adalah yang pertamakalinya meletakkan Mizab untuk Kakbah.
  • Syadzarwan: bagian Kakbah yang dikurangi oleh Quraisy. Syadzarwan adalah tonjolan bawah dinding Kakbah, yang berasal dari batu marmer, yang menutupi bagian bawah dinding Kakbah, dengan tambahan sebagian tangga, yang dibangun berhadapan dengan Hijr Ismail. Namun, tidak ada Syadzarwan di bawah pintu Kakbah.

Apa yang dimaksud ka bah

Fitur Dalam

  • Tiga tiang dengan panjang kurang lebih sekitar 9 meter untuk meyangga atap di tengah Kakbah.
  • Hanya ada satu batu marmer dengan warna gelap, yang menunjukkan tempat sujudnya Rasulullah saw. Multazam juga merupakan sebuah tanda untuk menunjukkan tempat dimana beliau meletakkan perut dan pipi kanan beliau di dinding, tangan beliau mengetengadah ke atas dan menangis.
  • Lantai tengah Kakbah ditutupi dengan marmer putih dan warna hitam di bagian pinggir.

Rukun-rukun Kakbah

Kakbah memiliki empat rukun (sudut atau pojok):

  • Rukun Aswad (Rukun Timur): rukun ini di samping pintu Kakbah dan kurang lebih menghadap sumur Zamzam. Karenanya dinamakan dengan rukun timur karena kurang lebih terletak di arah timur. Hajar Aswad terletak di rukun ini dan karenanya dinamakan juga dengan rukun Aswad. Thawaf mengelilingi Kakbah dimulai dari rukun ini.
  • Rukun Iraqi (rukun utara): rukun ini berdasarkan arah gerak dalam Thawaf terletak setelah rukun Timur. Dikarenakan dekat dengan arah utara, maka dinamakan dengan rukun utara dan dinamakan juga dengan rukun Iraqi karena ke arah Irak. Rukun ini berada di timur Hijr Ismail.
  • Rukun Syami (rukun Barat): sebuah rukun berdasarkan arah Thawaf, yang terletak setelah rukun utara. Dinamakan dengan rukun barat karena di arah barat dan dinamakan juga dengan rukun Syami karena ke arah Syam. Rukun ini di barat Hijr Ismail.
  • Rukun Yamani (rukun Selatan): sebuah rukun berdasarkan arah gerak dalam Thawaf, yang terletak setelah rukun Barat. Disebut juga dengan Mustajar. Rukun ini sejajar dengan rukun Hajar Aswad. Dikarenakan kurang lebih di arah selatan maka dinamakan dengan rukun selatan dan dinamakan juga dengan rukun Yamani dikarenakan Arab menamai Yamani setiap hal yang ada di arah selatan (berdasarkan kata Yaman).

Menurut pendapat masyhur, sebuah tempat yang terbuka untuk Fatimah binti Asad sehingga beliau masuk ke dalam Kakbah dan melahirkan putranya, Ali bin Abi Thalib ada di samping rukun Yamani.

Tirai Kakbah

Apa yang dimaksud ka bah

Salah satu ilustrasi dari kiswah Kakbah

Tirai Kakbah adalah potongan sutra dengan warna merah yang bersulamkan ayat-ayat suci Alquran dan Kakbah ditutupi dengan kain tersebut. Dalam tafsir Al-Qurthubi dikemukakan orang pertama yang menutupi Kakbah adalah As'ad al-Himyari, yang masyhur dengan Tubba'. [20] Meski hal ini juga dinisbatkan kepada Nabi Ismail as.

Pada tahun 1346 H/ 1926 M, Malik Abdul Aziz Saudi mengeluarkan perintah pembuatan pabrik Ummul Qura khusus. Produksi tirai di pabrik ini terus berlanjut sampai tahun 1977 M. Pada tahun 1977 M, pemerintah Saudi membangun pabrik lain di Ummul Jud, yang sampai sekarang ini produksi tirai masih tetap dilakukan di pabrik tersebut.

Sebelum Islam tirai Kakbah diganti pada hari Asyura[21] , namun setelah Islam, terkadang diganti dua kali dalam setahun dan terkadang tiga kali dalam setahun (hari Asyura, akhir bulan Ramadhan dan hari Qurban). Namun sekarang ini tirai tersebut diganti hanya pada hari raya Qurban.

Apa yang dimaksud ka bah

Salah satu tenunan kiswah Kakbah

Fenomena Penting

Serangan Abrahah ke Kakbah

Salah satu insiden penting adalah serangan Abrahah ke Kakbah. Abrahah adalah pemimpin Yaman. Ia pada tahun 571 M berencana menghancurkan bangunan Kakbah, karenanya ia melakukan penyerangan. Ia dengan pasukannya menunggang gajah. [22] Namun saat sampai di tempat tersebut, burung-burung dari langit menghujani mereka dengan batu-batu kerikil. Batu-batu kerikil ini membinasakan setiap orang yang terkena. [23]

Alasan serbuan Abrahah ke Kakbah disebutkan bahwa ia setelah memegang tampuk kekuasaan, untuk mengembangkan Kristen dan juga menarik keuntungan-keuntungan ekonomi, ia membangun gereja indah nan besar di Yaman sehingga masyarakat pergi ke sana untuk menziarahinya. Namun setelah tidak berhasil mencapai tujuan, ia berkeputusan untuk menghancurkan Kakbah. [24] Surah Al-Fil dalam Alquran mengisahkan kejadian ini.

Kelahiran Imam Ali as

Imam Ali as lahir pada hari Jumat, 13 Rajab tahun Gajah di dalam Kakbah. Beliau satu-satunya orang yang terlahir di dalam Kakbah. [25] Peristiwa tersebut juga dikemukakan dalam sebagian referensi Ahlusunnah. Dalam buku Al-Mustadrak ala al-Shahihain dikemukakan berdasarkan riwayat-riwayat mutawatir, Amirul Mukminin Ali as lahir di dalam jantung Kakbah, dari Fatimah binti Asad. [26]

Peletakan Hajar Aswad oleh Rasulullah saw

Termasuk salah satu perintiwa sebelum pengangkatan Rasulullah dan terjadi di usia ke 35 beliau adalah peristiwa perenovasian bangunan Kakbah. Kakbah rusak akibat banjir dan kabilah Quraisy merenovasinya kembali. Saat perenovasian, para pemimpin kabilah Quraiys setiap dari mereka mengklaim peletakan Hajar Aswad atau batu landasan Kakbah prioritas dirinya dan dengannya mereka berbangga. Sehingga perselisihan antar mereka semakin meningkat/intensif dan dikhawatirkan terjadi peperangan dan pertumpahan. Akhirnya setelah banyak bermusyawarah diusulkan menerima keputusan orang pertama kali masuk. Saat itu Rasulullah saw masuk. Saat mereka melihat beliau, mereka mengatakan beliau adalah Al-Amin (orang yang dapat dipercaya) dan orang yang layak untuk menyelesaikan masalah ini. Beliau saat mengetahui peristiwa tersebut, lantas meletakkan batu tersebut di sebuah kain dan ujung-ujung kain tersebut dipasrahkan kepada para pemimpin Quraisy dan saat tiba di dasar bangunan, lantas beliau mengambil dengan tangan suci beliau dan meletakkan di tempat khususnya. [27]

Serangan Yazid ke Kakbah

Salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam adalah serbuan pasukan Yazid bin Muawiyah ke kota Mekah dan penistaan kesuciannya. Pasca kehengkangan Abdullah bin Zubair atas baiat dengan Yazid, maka diutuskan sebuah pasukan dengan dipimpin oleh Husain ibn Numair untuk memeranginya. Pada bulan Muharram tahun 64 Hijriah mereka tiba di Mekah dan pada bulan Rabiul Awwal pada tahun tersebut mereka menyerang Kakbah dengan ketapel (tembakan pelontar). Bahkan, dalam serangan tersebut mereka melontari Kakbah dengan api. Dinding Kakbah terbakar dalam serangan tersebut. [28]

Penistaan Qarmathian terhadap Kakbah dan Pencurian Hajar Aswad

Pada bulan Dzulhijjah tahun 317 H, kelompok Qarmathian menyerang Mekah. Mereka beberapa hari menjarah kekuasaan Mekah dan menguasainya serta membunuh para penduduk dan jemaah haji dan melakukan perbuatan-perbuatan tak senonoh di masjid besar dan tempat-tempat suci lainnya dan banyak penistaan dan perusakan dan akhirnya mereka mencabut Hajar Aswad dan membawa ke ibukota barunya. Mereka pada tahun 339 H mengembalikan Hajar Aswad ke Kakbah, dengan pertukaran sejumlah tebusan yang besar. [29]

Catatan Kaki

  1. Ibn Manzur, Lisan al-Arab, Jld. 1, hlm. 718.
  2. QS. Al-Baqarah: 125; Quraisy: 3.
  3. QS. Al-Maidah: 97.
  4. QS. Al-Hajj: 29, 33.
  5. QS. Ibrahim: 37.
  6. Khuramsyahi Qawamuddin, "Kakbah", Dānesh Nāmeh Qurān wa Qurān Pazuhi, jld. 2, hlm. 1883; Masyayikh Faridani, Muhammad Husein, "Kakbah", Dāirat al-Ma'arif Tasayyu', jld. 14. Hlm. 118.
  7. QS. Al Imrah: 96.
  8. QS. Al-Baqarah: 144.
  9. Khuramsyahi Qawamuddin, Kakbah, Dānesh Nāmeh Qurān wa Qurān Pazuhi, jld. 2, hlm. 1883.
  10. Ibid.,
  11. Ibn Atsir, al-Kāmil fi al-Tārikh, jld. 1, hlm. 81 dan 82; Ibnu Katsir, al-Bidāyah wa al-Nihāyah, jld. 1, hlm. 378; al-Thabari, Tārikh al-Thabari, jld. 1, hlm. 251.
  12. QS. Al-Baqarah: 127.
  13. Abu Walid al-Azraqi, Akhbār Makkah wa Ma Ja'a fiha min al-Atsār, jld. 1, hlm. 68.
  14. Ibnu Katsir, al-Bidāyah wa al-Nihāyah, jld. 1, hlm. 379 dan jld. 3, hlm. 475.
  15. Khuramsyahi Qawamuddin, "Kakbah", Dānesh Nāmeh Qurān wa Qurān Pazuhi, jld. 2, hlm. 1883.
  16. Tārikh Banaye Kakbah, hlm. 120.
  17. Ibid.,
  18. Kakbah wa Jame'eye on az Aghaz ta Kunun, hlm. 59.
  19. Tārikh Kakbah wa Masjidil Haram, hlm. 12.
  20. Al-Qurthubi, al-Jami' li Ahkam al-Quran, jld. 2, hlm. 394.
  21. Al-Bukhari, hlm. 380, hadis 1592.
  22. Sa'ad bin Husein Utsman dan Abdul Mun'im Ibrahim al-Jumai'i, al-I'tida'āt 'ala al-Haramain al-Sharifain 'Abra al-Tārikh, hlm. 18-19.
  23. Sa'ad bin Husein Utsman dan Abdul Mun'im Ibrahim al-Jumai'i, al-I'tida'āt 'ala al-Haramain al-Sharifain 'Abra al-Tārikh, hlm. 23-24; Ibn Atsir, al-Kāmil fi al-Tārikh, jld. 1, hlm. 342 – 345.
  24. Sa'ad bin Husein Utsman dan Abdul Mun'im Ibrahim al-Jumai'i, al-I'tida'āt 'ala al-Haramain al-Sharifain 'Abra al-Tārikh, hlm. 342.
  25. Syaikh Mufid, al-Irsyād fi Ma'rifat Hujajillah ala al-'Ibād, jld. 1, hlm. 5.
  26. Hafiz Nishaburi, al-Mustadrak ala al-Shahihain, jld. 3, hlm. 593; Muruj al-Dzahab wa Ma'adin al-Jauhar, jld. 2, hlm. 358.
  27. Thabari, Tārikh al-Thabari, jld. 2, hlm. 29; Ibn Katsri, al-Bidāyah wa al-Nihāyah, jld. 3, hlm. 487; Ibn Jauzi, al-Muntadzam fi Tarikh al-Muluk wa al-Umam, jld. 2, hlm. 324-325; Mas'udi, Muruj al-Dzahab wa Ma'adin al-Jauhar, jld. 2, hlm. 278-279.
  28. Ibnu Katsir, al-Bidāyah wa al-Nihāyah, jld. 11, hlm. 634; Sa'ad bin Husein Utsman dan Abdul Mun'im Ibrahim al-Juma'i, Ibrahim al-Juma'i, al-I'tida'at 'ala al-Haramain al-Syarifain 'Abra al-Tārikh, hlm. 34-35.
  29. Daftari, Farhad, Tārikh wa Aqāid Ismailiyyah, hlm. 190-192.

Daftar Pustaka

  • Abu walid al-Azraqi, Akhbār Makkah wa ma Ja'a fiha min al-Atsār, Riset. Abdul Malik bin Abdullah bin Duhaisy, Maktabah al-Asadi, 1424.
  • Al-Qurthubi, al-Jami' li Ahkām al-Quran, Beirut, Mu'assasah al-Risalah, 2006 M.
  • Al-Bukhari, Shahih Bukhari, Beirut, Dar al-Fikr, 1421 H.
  • Daftari Farhad, Tarikh wa Aqāid Ismailiyyah, Perj. Dr. Ferediun Badrei, Tehran, Nashr wa Pazuhesh Farzan Ruz, 1418 H.
  • Dairat al-Ma'arif Tasayyu', jld. 4, Intisyarat Hikmat, 1432 H.
  • Dānesh Nāmeh Qurān wa Qurān Pazuhi, jld. 2, Penj. Bahauddin Khuramsyahi, Tehran, Rostan – Nahid, 1419 H.
  • Hafiz an-Nisyaburi, al-Mustadrak ala al-Shahihain, Mesir, Dar al-Haramain lil Thaba'ah wa al-Nasyr wa al-Tauzi', 1417 H.
  • Ibnu Atsir, al-Kamil fi al-Tarikh, Riset. Abi al-Fida' Abdullah al-Qadhi, Beirut, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1407 H.
  • Ibnu Jauzi, al-Muntazham fi Tarikh al-Mulk wa al-Umam, Riset. Muhammad Abdul Qadir Atha, Mustafa Abdul Qadair Atha, Beirut, Dar li Kutub al-Ilmiyyah, 1412 H.
  • Ibnu Manzur, Lisan al-Arab, Qom, Nashr Adab al-Hauzah, Muharram, 1405 H.
  • Ibnu Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, Riset. D. Abdullah Abdul Muhsin al-Turki, Mesir, Hijr lil Thaba'ah wa al-Nasyr wa al-Tauzi' wa al-I'lan, 1997 M.
  • Mas'udi, Muruj al-Dzahab wa Ma'ādin al-Jauhar, Riset. Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid, Beirut, Dar al-Fikr, 1973 M.
  • Sa'ad bin Hasan bin Utsman bin Abdul Mun'im bin Ibrahim al-Juma'i, al-I'tidaat 'ala al-Haramain al-Sharifain 'Abra al-Tarikh, 1992 M.
  • Syaikh Mufid, al-Irsyad fi Ma'rifat Hujajtillah ala al-'Ibad, Qom, Muassasah Al al-Bait li Ihyai al-Turats, 1416 H.
  • Al-Thabari, Tarikh al-Thabari, Riset. Muhammad Abdul Fadhl Ibrahim, Mesir, Dar al-Ma'arif, 1968 M.