Apa yang dimaksud historiografi tradisional dan historiografi kolonial?

Apa yang dimaksud historiografi tradisional dan historiografi kolonial?

Apa yang dimaksud historiografi tradisional dan historiografi kolonial?
Lihat Foto

KOMPAS.com/Rachmawati

Suasana C20 Library di Surabaya yang banyak berisi buku sejarah, budaya sastra dan sosial. Perpustakaan ini didirikan Kathleen Azali sejak tahun 2008.

KOMPAS.com - Historiografi kolonial adalah penulisan sejarah yang eksis pada masa kolonialisme dan imperialisme di Indonesia.

Historiografi kolonial ditulis oleh bangsa kolonial seperti Belanda, Inggris dan Portugis. Dalam jurnal Historiografi dalam Denyut Bangsa (2016) karya Taufik Abdullah, historiografi kolonial bertujuan untuk mempertahankan kekuasaan kolonialisme di negara jajahan dan meredam perlawanan-perlawanan dari masyarakat pribumi.

 Ciri-Ciri

Dalam buku Historiografi di Indonesia : Dari Magis Religius hingga Strukturis (2009) karya Agus Mulyana dan Darmiati, historiografi kolonial memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Menggunakan sudut pandang Nerlando-sentris dan Eropa-sentris

Dalam sudut pandang Nerlando-sentris dan Eropa-sentris, peristiwa sejarah yang ditulis hanyalah peristiwa-periwtiwa yang memiliki keterkaitan dengan kepentingan pemerintah kolonial di tanah jajahan.

Baca juga: Historiografi Tradisional

Penulisan sejarah dalam historiografi kolonial sering disebut dengan istilah ‘Sejarah dari Geladak Kapal-Kapal Belanda’ karena hanya menggunakan sudut pandang dari orang-orang Belanda dan Eropa.

Dalam sudut pandang ini, Belanda menulis sejarah yang menganggap bahwa pahlawan-pahlawan Indonesia seperti Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, Sultan Agung sebagai seorang pemberontak dan pengrusak ketertiban sosial.

Historiografi Kolonial bersifat deskriminatif karena dalam narasi sejarahnya terdapat deskriminasi terhadap bangsa pribumi Nusantara.

Historiografi kolonial memberi label primitif, kasar dan sifat-sifat buruk lainnya terhadap bangsa pribumi nusantara melalui narasi-narasi sejarah didalamnya.

Baca juga: Sistem Kepercayaan Manusia Purba Masa Praaksara

  • Digunakan sebagai legitimasi pemerintah kolonial di negara jajahan

Narasi sejarah pada Historiografi kolonial digunakan untuk menciptakan dan mempertahankan kolonialisme di Nusantara.

Kelemahan

Kelemahan dari historiografi kolonial adalah:

  • Subyektifitas pemerintah kolonial terhadap penulisan peristiwa sejarah sangat tinggi, sehingga validitas sejarah dalam historiografi kolonial cukup rendah.
  • Hanya berisi tentang kepentingan dari bangsa-bangsa kolonial.
  • Kehidupan masyarakat pribumi Nusantara yang tidak berhubungan dengan kepentingan pemerintah kolonial sama sekali tidak diperhatikan.

Kelebihan

Kelebihan dari historiografi kolonial, yaitu:

  • Mampu menunjukan pola dan gaya hidup pemerintah kolonial secara terperinci
  • Historiografi kolonial tidak menggunakan unsur supranatural didalamnya

Baca juga: Sejarah Masuknya Islam di Papua

Contoh Karya

Berikut ini contoh historiografi kolonial adalah:

  1. Koloniale Geschiedenis karya Colenbrander
  2. Geschiedenis van den Indischen Archipel karya B.H.M Vlekke
  3. Beknopt Leerboek Geschiedenis van Nederlandsch Oost-Indie karya F.W Stapel
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

Apa yang dimaksud historiografi tradisional dan historiografi kolonial?

Apa yang dimaksud historiografi tradisional dan historiografi kolonial?
Lihat Foto

Rendika Ferri

Prasasti Mantyasih di Meteseh, Kota Magelang.

KOMPAS.com - Historiografi tradisional adalah penulisan sejarah yang eksis pada zaman kerajaan Hindu-Buddha hingga kerajaan Islam di Nusantara.

Umumnya historiografi tradisional diciptakan oleh pujangga-pujangga di kalangan kerajaan sebagai legitimasi dari raja atau penguasa yang sedah bertahta.

Media yang digunakan dalam historiografi tradisional berupa media tulis natural seperti batu prasasti, lontar, kulit binatang, kertas dsb.

Ciri-ciri historiografi tradisional

Dalam buku Historiografi di Indonesia : Dari Magis Religius hingga Strukturis (2009) karya Agus Mulyana dan Darmiati, ciri-ciri historiografi tradisional adalah:

  • Religio-magis, artinya unsur magis atau supranatural sangat kental dalam narasi historiografi tradisional.
  • Istana-sentris, artinya subyek, obyek, dan ruang lingkup historiografi tradisional hanya seputar kehidupan istana kerajaan.
  • Historiografi tradisional digunakan sebagai alat legitimasi (pengesahan) kekuasaan raja.
  • Bersifat feodalistik-aristokratis, artinya historiografi tradisional hanya membahas tentang sejarah dari kaum bangsawan dan keturunan raja. 
  • Region-sentris atau kedaerahan, artinya historiografi tradisional banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat di daerah setempat.

Baca juga: Prasasti Peninggalan Sejarah Kerajaan Mataram Kuno

Kelemahan historiografi tradisional

Dalam buku Pengantar Ilmu Sejarah (2005) karya Kuntowijoyo, historiografi tradisional memiliki kelemahan sebagai berikut:

  • Memiliki subyektifitas yang tinggi, sehingga cenderung dibuat berdasarkan kepentingan dari sang penulis atau penguasa. Hal tersebut menjadikan beberapa peristiwa sejarah dalam historiografi tradisional diragukan obyektifitas dan netralitasnya.
  • Tidak menggunakan metodologi yang jelas
  • Hanya mengungkapkan peristiwa sejarah dalam aspek kehidupan yang terbatas.
  • Tidak memiliki sumber sejarah yang jelas
  • Menggabungkan unsur supranatural dan realitas, sehingga mempersulit pembaca untuk mencari kebenaran sejarah.

Kelebihan Historiografi Tradisional

Historiografi tradisional juga memiliki kelebihan, seperti:

  • Menggunakan romantisme klasik dalam penulisan sejarah sehingga menarik untuk dibaca.
  • Mampu menunjukan legitimasi raja dan keadaan politik kerajaan.
  • Historiografi tradisional menggunakan konsep genealogi (silsilah) secara runtut dan kronologis.

Baca juga: Zaman Praaksara di Indonesia

Contoh Historiografi Tradisional

Berikut merupakan contoh-contoh karya historiografi tradisional :

  • Kitab Pararaton
  • Kitab Negarakertagama
  • Babad Tanah Jawi
  • Babad Tanah Pasundan
  • Hikayat Raja-Raja Pasai
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

Mendengar kata historiografi, sebagian dari kita mungkin akan langsung merujuk pada segala sesuatu yang berbau sejarah. Dan ini tidak bisa dihindari. Pengertian historiografi sendiri adalah kajian mengenai metode sejarawan dalam pengembangan sejarah sebagai disiplin akademis, dan secara luas merupakan setiap karya sejarah mengenai topik tertentu. Historiografi tentang topik khusus melingkupi tentang bagaimana sejarawan mengkaji topik tersebut dengan menggunakan sumber, teknik, dan pendekatan teoretis tertentu.

Historiografi berasal dari bahasa Yunani – “Historia”, yang berarti “sejarah” dan “Graphe”, yang berarti “tulisan” atau “naskah”. Menurut Louis Gottschalk, pengertian historiografi tak jauh-jauh dari tulisan mengenai sejarah. Singkatnya, ia menyebut historiografi sebagai bentuk publikasi, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan mengenai peristiwa atau kombinasi peristiwa-peristiwa di masa lampau.

Dalam perjalanannya, historiografi dibagi menjadi 3 macam, yakni historiografi tradisional, historiografi kolonial, dan historiografi nasional.

Untuk lebih jelasnya mengenai ketiga jenis historiografi, berikut penjelasannya.

Historiografi Tradisional

Historiografi tradisional merupakan penulisan sejarah yang seringkali dilakukan oleh para sastrawan atau pujangga keraton dan bangsawan kerajaan. Historiografi ini berasal dari masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha dan Islam.

(Baca juga: Kenalkan, 4 Ilmuwan Wanita Paling Populer Sepanjang Sejarah!)

Contoh historiografi tradisional adalah prasasti Canggal, Negarakertagama, Sutasoma, Hikayat Raja-raja Pasai, dan Babad Tanah Jawi.

Historiografi Kolonial

Historiografi kolonial merupakan penulisan sejarah yang muncul semasa kolonialisme Belanda di Indonesia, dimulai sejak VOC sampai pemerintahan Hindia Belanda. Tujuan ditulisnya adalah sebagai penguat kedudukan mereka di Indonesia.

Contoh historiografi kolonial antara lain Indonesian Trade and Society, tulisan J.C. van Leur , Indonesian Sociological Studies, tulisan Schrieke , Indonesian Society, tulisan Wertheim.

Historiografi Nasional

Sejak merdeka pada tahun 1945; penulisan historiografi menjadi Indonesia-sentris. Artinya, bangsa Indonesia dan rakyat Indonesia menjadi fokus perhatian. Bangsa Indonesia telah menempuh perjalanan sejarah yang panjang.

Contoh historiografi nasional adalah Sejarah Perlawanan-Perlawanan Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme, editor Sartono Kartodirdjo; Sejarah Nasional Indonesia, Jilid I sampai dengan VI, editor Sartono Kartodirdjo; dan Peranan Bangsa Indonesia dalam Sejarah Asia Tenggara, karya R. Moh. Ali.