Lihat Foto Show KOMPAS.com - Historiografi kolonial adalah penulisan sejarah yang eksis pada masa kolonialisme dan imperialisme di Indonesia. Historiografi kolonial ditulis oleh bangsa kolonial seperti Belanda, Inggris dan Portugis. Dalam jurnal Historiografi dalam Denyut Bangsa (2016) karya Taufik Abdullah, historiografi kolonial bertujuan untuk mempertahankan kekuasaan kolonialisme di negara jajahan dan meredam perlawanan-perlawanan dari masyarakat pribumi. Ciri-Ciri Dalam buku Historiografi di Indonesia : Dari Magis Religius hingga Strukturis (2009) karya Agus Mulyana dan Darmiati, historiografi kolonial memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Dalam sudut pandang Nerlando-sentris dan Eropa-sentris, peristiwa sejarah yang ditulis hanyalah peristiwa-periwtiwa yang memiliki keterkaitan dengan kepentingan pemerintah kolonial di tanah jajahan. Baca juga: Historiografi Tradisional Penulisan sejarah dalam historiografi kolonial sering disebut dengan istilah ‘Sejarah dari Geladak Kapal-Kapal Belanda’ karena hanya menggunakan sudut pandang dari orang-orang Belanda dan Eropa. Dalam sudut pandang ini, Belanda menulis sejarah yang menganggap bahwa pahlawan-pahlawan Indonesia seperti Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, Sultan Agung sebagai seorang pemberontak dan pengrusak ketertiban sosial. Historiografi Kolonial bersifat deskriminatif karena dalam narasi sejarahnya terdapat deskriminasi terhadap bangsa pribumi Nusantara. Historiografi kolonial memberi label primitif, kasar dan sifat-sifat buruk lainnya terhadap bangsa pribumi nusantara melalui narasi-narasi sejarah didalamnya. Baca juga: Sistem Kepercayaan Manusia Purba Masa Praaksara
Narasi sejarah pada Historiografi kolonial digunakan untuk menciptakan dan mempertahankan kolonialisme di Nusantara. KelemahanKelemahan dari historiografi kolonial adalah:
Kelebihan
Kelebihan dari historiografi kolonial, yaitu:
Baca juga: Sejarah Masuknya Islam di Papua Contoh KaryaBerikut ini contoh historiografi kolonial adalah:
Baca berikutnya
Lihat Foto KOMPAS.com - Historiografi tradisional adalah penulisan sejarah yang eksis pada zaman kerajaan Hindu-Buddha hingga kerajaan Islam di Nusantara. Umumnya historiografi tradisional diciptakan oleh pujangga-pujangga di kalangan kerajaan sebagai legitimasi dari raja atau penguasa yang sedah bertahta. Media yang digunakan dalam historiografi tradisional berupa media tulis natural seperti batu prasasti, lontar, kulit binatang, kertas dsb. Ciri-ciri historiografi tradisionalDalam buku Historiografi di Indonesia : Dari Magis Religius hingga Strukturis (2009) karya Agus Mulyana dan Darmiati, ciri-ciri historiografi tradisional adalah:
Baca juga: Prasasti Peninggalan Sejarah Kerajaan Mataram Kuno Kelemahan historiografi tradisionalDalam buku Pengantar Ilmu Sejarah (2005) karya Kuntowijoyo, historiografi tradisional memiliki kelemahan sebagai berikut:
Kelebihan Historiografi TradisionalHistoriografi tradisional juga memiliki kelebihan, seperti:
Baca juga: Zaman Praaksara di Indonesia Contoh Historiografi TradisionalBerikut merupakan contoh-contoh karya historiografi tradisional :
Baca berikutnya
Mendengar kata historiografi, sebagian dari kita mungkin akan langsung merujuk pada segala sesuatu yang berbau sejarah. Dan ini tidak bisa dihindari. Pengertian historiografi sendiri adalah kajian mengenai metode sejarawan dalam pengembangan sejarah sebagai disiplin akademis, dan secara luas merupakan setiap karya sejarah mengenai topik tertentu. Historiografi tentang topik khusus melingkupi tentang bagaimana sejarawan mengkaji topik tersebut dengan menggunakan sumber, teknik, dan pendekatan teoretis tertentu. Historiografi berasal dari bahasa Yunani – “Historia”, yang berarti “sejarah” dan “Graphe”, yang berarti “tulisan” atau “naskah”. Menurut Louis Gottschalk, pengertian historiografi tak jauh-jauh dari tulisan mengenai sejarah. Singkatnya, ia menyebut historiografi sebagai bentuk publikasi, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan mengenai peristiwa atau kombinasi peristiwa-peristiwa di masa lampau. Dalam perjalanannya, historiografi dibagi menjadi 3 macam, yakni historiografi tradisional, historiografi kolonial, dan historiografi nasional. Untuk lebih jelasnya mengenai ketiga jenis historiografi, berikut penjelasannya. Historiografi Tradisional Historiografi tradisional merupakan penulisan sejarah yang seringkali dilakukan oleh para sastrawan atau pujangga keraton dan bangsawan kerajaan. Historiografi ini berasal dari masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha dan Islam. (Baca juga: Kenalkan, 4 Ilmuwan Wanita Paling Populer Sepanjang Sejarah!) Contoh historiografi tradisional adalah prasasti Canggal, Negarakertagama, Sutasoma, Hikayat Raja-raja Pasai, dan Babad Tanah Jawi. Historiografi Kolonial Historiografi kolonial merupakan penulisan sejarah yang muncul semasa kolonialisme Belanda di Indonesia, dimulai sejak VOC sampai pemerintahan Hindia Belanda. Tujuan ditulisnya adalah sebagai penguat kedudukan mereka di Indonesia. Contoh historiografi kolonial antara lain Indonesian Trade and Society, tulisan J.C. van Leur , Indonesian Sociological Studies, tulisan Schrieke , Indonesian Society, tulisan Wertheim. Historiografi Nasional Sejak merdeka pada tahun 1945; penulisan historiografi menjadi Indonesia-sentris. Artinya, bangsa Indonesia dan rakyat Indonesia menjadi fokus perhatian. Bangsa Indonesia telah menempuh perjalanan sejarah yang panjang. Contoh historiografi nasional adalah Sejarah Perlawanan-Perlawanan Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme, editor Sartono Kartodirdjo; Sejarah Nasional Indonesia, Jilid I sampai dengan VI, editor Sartono Kartodirdjo; dan Peranan Bangsa Indonesia dalam Sejarah Asia Tenggara, karya R. Moh. Ali. |