Apa yang dimaksud dengan plasma nutfah dan apa yang menjadi contohnya?

1. Ayam Nunukan

Ayam nunukan adalah salah satu plasma nutfah Kalimantan Timur. Berdasarkan sejarahnya, ayam nunukan dibawa oleh imigran berkebangsaan cina yang bekerja di Nunukan dan Tarakan. Walaupun ayam jenis ini populer dengan ayam nunukan tetapi di nunukan sendiri tidak berkembang dengan baik karena sebagian besar imigran tersebut bertempat tinggal di pulau tarakan. Oleh karena itu ayam nunukan justru berkembang bagus di pulau tarakan.

Ayam nunukan mempunyai karakteristik dan kekhasan tersendiri yang dapat dilestarikan dan dikembangkan. Karakteristik dari ayam nunukan : jantan dan betina memiliki bulu coklat sebagai warna dasar, pola warna bulu yang polos, kerlip bulu keemasan, corak bulu polos. Karakteristik lain dari ayam nuunukan adalah lambatnya pertumbuhan bulu pada sayap dan ekornya, yang sangat sedikit/sangat pendek atau bahkan tidak tumbuh sama sekali (Wafiatiningsih et al, 2005).

Ayam nunukan merupakan ayam dwiguna yaitu sebagai ayam petelur dan pedaging. Pada umur 6 bulan beratnya dapat mencapai 3,5 kg (berat hidup) dan pada umur dewasa beratnya dapat mencapai lebih dari 4 kg (Irawan, 1996). Creswell and Gunawan (1987) menyatakan bahwa produksi pertama ayam nunukan pada umur 153 hari sedangkan ayam ras petelur berproduksi pertama pada umur 150 hari. Total produksi telur ayam nunukan adalah 182 butir /tahun sedangkan ayam ras sebanyak 259 butir . Walaupun produksi telurnya lebih rendah dibandingkan dengan ayam ras, tetapi konsumsi ayam nunukan lebih rendah, 85 gr/ekor/hari, dibandingkan dengan ayam ras petelur yaitu 118 g/ekor/hari. Tetapi konversi pakan ayam nunukan lebih tinggi yaitu 3,6 dibandingkan ayam ras petelur yang mempunyai konversi pakan 2,7.

2. Rusa Sambar

Rusa Sambar (Cervus unicolor) termasuk golongan ruminansia yang mempunyai tingkah laku jelas berada dengan ruminansia lain, yaitu mempunyai ketajaman pendengaran, pemciuman, kecepatan melompat dan berlari cukup tinggi.

Pada umur dewasa berbadan besar, tungkai panjang, hidung gelap, dan suara khas melengking nyaring. Umumnya berwarna hitam kecoklat-coklatan dan cenderung coklat ke abu-abuan atau kemerahan, warna gelap sepanjang bagian atas. Bobot rusa Sambar dewasa (10 12 bulan), betina 80 90 kg. Panjang badan berkisar 1,5 m dan tinggi badan 1,4 1,6 m. bobot lahir 3 4 kg, sedangkan yang jantan antara 90-125 kg. Perkawinan alami secara umum berkisar antara bulan Juli sampai September, masa bunting ± 235 hari atau 7 8 bulan dan Calving Interval 10 12 bulan.

Penangkaran dan budidaya rusa di Api-Api terbagi dalam 3 tahapan pengembangan yaitu :

  1. Tahapan Introduksi (1990-1995) metode pemeliharaan rusa masih secara otodidak melalui trial and error serta learning by doing. Selama kurun waktu ini dilakukan pengadaan rusa sebanyak 112 ekor, terjadi kelahiran 25 ekor, kematian 101 ekor sehingga populasi akhir 1995 sebanyak 46 ekor (jantan 19 ekor, betina 27 ekor).
  2. Tahapan Pengembangan (1996-2000), tidak ada lagi pengadaan rusa dan hanya pengembangan rusa yang telah ada di penangkaran.
  3. Tahapan Komersial (2001-sekarang), Pada tahapan ini tercapai keputusan final tentang usaha budidaya (sebagai sentra bibit atau perpaduan antara usaha murni peternakan komersial dan kemitraan) serta keputusan \"pengenalan\" pada dunia usaha peternakan. Populasi sampai akhir Desember 2009 sebanyak 217 ekor.

Rusa merupakan jenis ternak yang mempunyai potensi ekonomi tinggi, karena hampir seluruh bagian tubuh bisa dimanfaatkan, antara lain daging sebagai sumber protein, tanduk muda (velvet) sebagai bahan baku obat tradisional, tanduk tua (antler) sebagai bahan industri, kulit sebagai bahan baku industri penyamakan kulit.

Rusa mempunyai potensi produksi daging yang tinggi dengan keunggulan menghasilkan karkas sebesar 56-58 % dibandingkan dengan sapi yang hanya 51-55 % dan domba 44-50 % (Semiadi, G. 1998). Daging rusa yang disebut venison, dikenal karena rendah kandungan kolesterol dan lemak, selain dari sifat dagingnya yang empuk, rasa yang spesifik (gamey flavour) dan rendah kalori. Hal inilah yang dicari oleh para konsumen tingkat menengah keatas dimasa kini.

Melihat dari potensi tersebut di atas, ternak rusa mempunyai prospek yang cukup menarik dikembangkan sebagai komoditi unggulan baru di bidang peternakan yang bisa diusahakan ke arah agribisnis dan agroindustri, bahkan sangat dimungkinkan untuk dikembangkan ke arah pengembangan agrowisata sebagai salah satu objek wisata dengan tetap menjaga kelestariannya.

3. Kerbau Kalang

Kerbau Kalang (Bubalus bubalis carabauesis) merupakan plasma nuftah di Kalimantan Timur sejak tahun 1926. Pengembangan ternak ini dilakukan di Kabupaten Kutai Kartanegara, tepatnya di danau perian di Dusun Teluk Senala, Pulau Niung Desa Muara Aloh Kecamatan Muara Muntai.

Kerbau Kalang adalah kerbau rawa, yang apabila musim banjir akan dinaikkan ke kandang kayu tak beratap (dalam bahasa setempat kandang tak beratap ini disebut Kalang). Keistimewaan dari Kerbau Kalang tersebut adalah dari cara pemeliharaannya yang dilepaskan begitu saja untuk mencari makan, berkembang biak dan beraktivitas di hutan-hutan rawa disekitar danau. Daya jelajah Kerbau Kalang ini cukup tinggi yaitu diperkirakan 75 km2.

Karakteristik Kerbau Kalang:

  • Memiliki tubuh pendek.
  • Tanduk horizontal, melengkung berputar sejalan dengan bertambahnya umur.
  • Anak saat lahir hingga muda memiliki warna bulu abu-abu, secara berangsur-angsur menjadi lebih gelap/tua setelah dewasa.
  • Anak umur 12 minggu ditumbuhi bulu rambut warna kuning hingga cokelat sepanjang ± 15 cm.
  • Bobot lahir 30 40kg.
  • Bobot dewasa kerbau jantan 450 kg dan betina dewasa 410 kg.
  • Temperamen relative jinak.
  • Mempunyai birahi tenang (silent heat), dewasa kelamin 23 tahun.
  • Jarak kelahiran satu dengan kelahiran berikutnya adalah 1 tahun.
  • Kelahiran anak pertama pada umur 34 tahun.
  • Umur produktif mencapai 1012 tahun.

Populasi terbesar Kerbau Kalang di Kutai Kartanegara (Kukar) yaitu lebih dari 3 ribu ekor. Populasi terbesar terdapat di Kecamatan Muara Wis dan Muara Muntai yaitu, lebih dari 1.449 ekor. Di dua kecamatan ini terdapat danau dan rawa yang luas sehingga cocok untuk habitat Kerbau Kalang. Kerbau Kalang dikelola beberapa kelompok ternak di Desa Melintang, Muara Wis, Pulau Harapan dan Muara Aloh.