Apa yang dimaksud dengan komunikasi sosial

Pengertian Komunikasi Sosial

Komunikasi sosial merupakan sebuah kegiatan berkomunikasi dengan suatu arah dan tujuan mendapat pencapaian pada suatu kondisi integrasi sosial. Komunikasi sosial juga dapat diartikan sebagai proses yang bertujuan untuk memberikan pengaruh untuk mencapai keterkaitan sosial yang diharapkan oleh tiap – tiap individu di dalam masyarakat.

Komunikasi sosial juga merupakan sebuah proses sosialisasi yang berjalan seiring kelangsungan hidup manusia atau kelompok bersosial yang terjamin. Dengan adanya komunikasi sosial, diharapkan stabilitas sosial, ketertiban, tercapainya nilai – nilai baru yang dipegang oleh masyarakat akan tercapai.

Jenis Komunikasi Sosial

Terdapat beberapa jenis komunikasi sosial seperti komunikasi langsung, tidak langsung, satu arah, timbal balik, bebas, fungsional, individual, dan juga masal seperti pada berikut :

  • Komunikasi sosial secara langsung adalah komunikasi yang terjadi secara langsung dengan cara bertatap muka tanpa adanya bantuan sebuah media atau perantara seperti orang lain untuk menghantarkan pesan dan informasi.
  • Komunikasi sosial secara tidak langsung adalah komunikasi yang berlangsung dengan memerlukan bantuan media sebagai perantara untuk menjalankan komunikasi, menyampaikan, dan menerima pesan maupun informasi.
  • Komunikasi sosial secara satu arah adalah sebuah komunikasi yang dilakukan oleh komunikator dalam menyampaikan atau memberikan sebuah pesan atau informasi ke pada komunikan dengan tanpa ada sebuah umpan balik atau timbal balik.
  • Komunikasi sosial timbal balik yang sering disebut juga dengan dua arah biasanya dilakukan oleh dua orang atau lebih yang menggambarkan pihak komunikan atau penerima pesan memberikan umpan balik kepada komunikator.
  • Komunikasi bebas merupakan komunikasi yang dilakukan secara tidak formal dan tidak adanya suatu aturan khusus yang harus ditaati, misalnya komunikasi yang terjadi di dalam pergaulan.
  • Komunikasi fungsional merupakan komunikasi yang dilakukan dengan sangat hati-hati karena berorientasi pada suatu proses maupun pekerjaan dengan adanya perencanaan waktu.

Konsep Komunikasi Sosial

Konsep dari komunikasi sosial ialah sebuah hubungan timbal balik yang mana terdapat komunikasi yang dilakukan lebih dari satu arah. Komunikasi ditujukan dan diarahkan untuk suatu kondisi integrasi sosial.

Titik utama atau pusat dari adanya sebuah komunikasi sosial ketika komunikator dan juga komunikan memiliki pendapat yang sama terhadap sebuah bahan maupun materi yang diperbincangkan pada sebuah komunikasi yang berlangsung.

Ciri-ciri Komunikasi Sosial

Adapun beberapa ciri – ciri komunikasi sosial antara lain :

  • Terdapat lebih dari satu orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut.
  • Terjadi komunikasi antara komunikator dan komunikan melalui kontak sosial.
  • Memiliki sebuah maksud dan tujuan yang telah ditentukan secara jelas.
  • Adanya sebuah dimensi waktu baik masa lalu, masa kini, hingga masa yang akan datang.

Fungsi Komunikasi Sosial

Secara garis besar, komunikasi sosial memiliki fungsi yakni memberikan informasi, bimbingan, tuntunan, arahan, hingga hiburan. Adapun beberapa fungsi komunikasi sosial lainnya antara lain. Komunikasi sosial juga memberikan isyarat atau tanda yang penting dalam membangun konsep dan aktualisasi diri.

Dalam kelangsungan hidup manusia, komunikasi sosial berfungsi untuk mencapai atau memperoleh kebahagiaan, yang mana terhindar dari adanya tekanan maupun ketegangan dari suatu permasalahan. Dengan adanya komunikasi sosial ini, diharapkan manusia dapat terhibur dan juga memupuk sebuah hubungan yang dilakukan dengan orang atau individu lain.

Melalui komunikasi sosial ini, setiap individu dapat bekerja sama dengan anggota masyarakat lain misalnya keluarga itu sendiri, tingkat kelompok belajar, pendidikan seperti sekolah maupun perguruan tinggi, bertetangga, hingga tingkat negara atau pemerintahan yang bermaksud untuk mencapai tujuan bersama.

Pada dasarnya komunikasi merupakan sebuah instrumen yang dapat membantu antar individu mencapai sebuah tujuan baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek, pada urusan pribadi maupun pekerjaan, yang fungsinya untuk memberikan kesan terbaik, mendapat sebuah simpati, empati, keuntungan, serta menjadi sebuah taktik.

Peran Komunikasi Sosial di Masyarakat

Dalam hidup sehari – hari, manusia sangat membutuhkan komunikasi baik di dalam rumah, pekerjaan, ataupun dalam hidup bermasyarakat karena peran dari komunikasi ini sendiri sungguh penting. Mengingat semakin kompleksnya kehidupan, komunikasi semakin tidak dapat terlepaskan terutama untuk berinteraksi, menemukan jalan keluar dan memecahkan masalah, hingga menjalin relasi antar individu.

Peran komunikasi sosial di dalam masyarakat juga tidak terbatas, khususnya terkait adanya perubahan sosial yang terjadi dalam waktu terakhir ini baik antar personal maupun dalam sebuah organisasi. Hal ini menjadi sakral dalam sebuah komunitas atau organisasi karena jika tidak dipahami akan menyebabkan ketida lancaran suatu kegiatan yang dijalankan di dalamnya. Oleh karena itu, komunikasi sosial memiliki peran yang umum, sentral, dan vital.

Dalam sebuah organisasi formal, komunikasi sosial mampu memberikan pengajaran terhadap setiap anggota di dalamnya dalam menjalankan tugas dan kewajibannya masing – masing sesuai dengan tujuan, visi, dan misi dari organisasi tersebut.

Apa fungsi komunikasi sosial? Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, RW, desa, kota, dan negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama.

Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia bisa dipastikan akan ”tersesat,” karena ia tidak sempat menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Komunikasilah yang memungkinkan individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apa pun yang ia hadapi. Komunikasi pula yang memungkinkannya mempelajari dan menerapkan strategi-strategi adaptif untuk mengatasi situasi-situasi problematik yang ia masuki. Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi, seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum, berbicara sebagai manusia dan memperlakukan manusia lain secara beradab, karena cara-cara berperilaku tersebut harus dipelajari lewat pengasuhan keluarga dan pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah komunikasi.

Anak-anak yang karena kecelakaan, kesengsaraan, atau karena hal lain terisolasi atau terabaikan oleh manusia lainnya, akan tampak liar. Perilaku mereka lebih menyerupai perilaku hewan daripada perilaku manusia. Bahasa mereka sering merupakan suara-suara tidak bermakna, seperti teriakan, jeritan, dengkuran, gerutuan, desahan, dan suara-suara ganjil lainnya. Maka Victor, manusia liar asal Aveyron yang dibesarkan srigala, yang hidup akhir abad ke-18, juga makan, minum dan berperilaku seperti pengasuhnya: srigala. Sayang, Victor mati muda, sesudah ia ditemukan manusia beradab dan dicoba dididik menjadi manusia normal seperti kita.

Implisit dalam fungsi komunikasi sosial ini adalah fungsi komunikasi kultural. Para ilmuwan sosial mengakui bahwa budaya dan komunikasi itu mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua sisi dari satu mata uang. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya.

Pada satu sisi, komunikasi merupakan mekanisme untuk mensosialisasikan norma-norma budaya masyarakat, baik secara horisontal, dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya, maupun secara vertikal, dari suatu generasi kepada generasi berikutnya. Pada sisi lain, budaya menetapkan norma-norma (komunikasi) yang dianggap sesuai untuk suatu kelompok, misalnya laki-laki tidak gampang menangis, tidak bermain boneka,” ”Anak perempuan tidak bermain pistol-pistolan, pedang-pedangan, atau mobil-mobilan,” ”Jangan makan dengan tangan kiri,” ”Jangan melawan orangtua,” ”Duduklah dengan sopan,” ”Jangan menatap mata atasan,” ”Bersikaplah ramah kepada tamu,” ”Jangan membicarakan kebesaran dunia di dalam masjid,” dan sebagainya. Budaya ini bahkan mempengaruhi kita setelah kita mati. Pengurusan orang yang meninggal apakah mayatnya dikafani atau dalam peti mati, setelah itu apakah ada tahlilan atau tidak, juga bergantung pada norma-norma budaya yang berlaku pada komunitas kita.

Alfred Korzybski (2010) menyatakan bahwa kemampuan manusia berkomunikasi menjadikan mereka ”pengikat waktu”  (time binder). Pengikatan waktu (time binding) merujuk pada kemampuan manusia untuk mewariskan pengetahuan dari generasi ke generasi dan dari budaya ke budaya. Manusia tidak perlu memulai setiap generasi sebagai generasi yang baru. Mereka mampu mengambil pengetahuan masa lalu, mengujinya berdasarkan fakta-fakta mutakhir dan meramalkan masa depan. Menurut Korzybski, pengikatan waktu ini jelas merupakan karakteristik yang membedakan manusia dengan bentuk lain kehidupan. Dengan kemampuan tersebut, manusia mampu mengendalikan dan mengubah lingkungan mereka.

Kita dapat memperkirakan nilai-nilai yang dianut orang-orang berdasarkan kelompok-kelompok yang mereka masuki. Bila seseorang lama belajar di pesantren, kita dapat memperkirakan sikap dan perilakunya, misalnya pengetahuan agamanya relatif luas, penampilannya sederhana, dan lebih rajin beribadah daripada rata-rata Muslim. Kita pun dapat memperkirakan­ meskipun perkiraan kita tidak selalu benar-sifat dan tindakan politikus, pengusaha, ilmuwan, pramuka, pemusik, preman, homoseksual, dan sebagainya.

Sebagian kesulitan komunikasi berasal dari fakta bahwa kelompok-kelompok budaya atau subkultur-subkultur dalam suatu budaya mempunyai perangkat norma berlainan. Misalnya, terdapat perbedaan dalam norma-norma komunikasi antara kaum militer dengan kaum sipil, kaum abangan dengan kaum santri, kaum konservatif dengan kaum radikal, penduduk kota dengan penduduk desa, warga Nahdlatul Ulama (NU) dengan warga Muhammadiyah, dan bahkan antara generasi tua dengan generasi muda.

Oleh karena fakta atau rangsangan komunikasi yang sama mungkin dipersepsi secara berbeda oleh kelompok-kelompok berbeda kultur atau subkultur, kesalahpahaman hampir tidak dapat dihindari. Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa berbeda itu buruk. Kematangan dalam budaya ditandai dengan toleransi atas perbedaan. Mengutuk orang lain karena mereka berbeda adalah tanda kebebalan dan kecongkakan.

Oleh: Bisri Mustofa, S.Sos  

Penyuluh Sosial pada Dinas Sosial PPPA Kabupaten Kulon Progo