Apa yang dimaksud dengan Bina Diri?

BINA DIRI BAGI ANAK TUNA GRAHITA 1. PENGERTIAN BINA DIRI Bina diri merupakan serangkaian kegiatan pembinaan dan latiha

Views 309 Downloads 25 File size 90KB

Report DMCA / Copyright

DOWNLOAD FILE

Recommend Stories

Citation preview

BINA DIRI BAGI ANAK TUNA GRAHITA 1.

PENGERTIAN BINA DIRI

Bina diri merupakan serangkaian kegiatan pembinaan dan latihan yang dilakukan oleh guru yang profesional dalam pendidikan khusus, secara terencana dan terprogram terhadap individu yang membutuhkan layanan khusus, yaitu individu yang mengalami gangguan koordinasi gerak-motorik, sehingga mereka dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, dengan tujuan meminimalisasi dan atau menghilangkan ketergantungan terhadap bantuan orang lain dalam melakukan aktivitasnya. Aktivitas kehidupan sehari-hari yang dimaksud adalah; Kemampuan dan keterampilan sesorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, mulai dari aktivitas bangun tidur sampai tidur kembali. Kegiatn ini dikenal dengan istilah ADL ( Actifity of Daily Living ). Dengan adanya perubahan paradigma dalam pendidikan yaitu menuju pendidikan Inklusif, maka siswa yang mengalami gagguan gerak-motorik akan kita jumpai juga di sekolah-sekolah reguler. Pelaksanaan layanan bina diri yang diberikan kepada siswa di SLB bervariasi sesuai dengan hasil dari identivikasi dan asesmen, sehingga program bina diri sifatnya individual. Bagi siswa yang mengikuti pendidikan di sekolah reguler dapat bekerjasama dengan SLB terdekat untuk mendapatkan bantuan tenaga dalam bidang bina-diri bagi anak-anak yang mengalami gangguan koordinasimotorik. Apabila ada tenaga Okupasional Terapist dapat bekerjasama sehingga hasilnya dapat lebih optimal. Kewenangan dalam penanganan bidang terapi okupasional (OT) adalah profesi bidang para medis yaitu okupasional terapis, namun guru pendidikan khusus dapat memderikan latihan atau pembinaan tersebut melalui layanan bina diri. 2.

KEMAMPUAN BINA DIRI

Terbagi menjadi tujuh macam,yaitu: 1.

Kebutuhan Merawat Diri

Kebutuhan merawat diri meliputi kemampuan memelihara tubuh seperti mandi, menggosok gigi,merawat rambut dan memelihara kesehatan dan keselamatan diri seperti melindungi dari bahaya sekitar ataupun mengatasi luka. 2.

Kebutuhan Mengurus diri

Kebutuhan mengurus diri meliputi memelihara diri secara praktis, mengurus kebutuhan yang bersifat pribadi seperti makan,minum,menyuap makanan,berpakaian, pergi ke toilet,berdandan,serta merawat kesehatan diri. 3.

Kebutuhan menolong diri

Kebutuhan menolong diri meliputi memasak sederhana,mencuci pakaian dan melakukan aktivitas rumah seperti menyapu dan lain sebagainya.

4.

Kebutuhan komunikasi

Kebutuhan komunikasi meliputi komunikatif ekspresif yaitu menjawab nama dan identitas keluarga dan komunikasi resepti yaitu mampu memahami apa yang disampaikan orang lain. 5.

Kebutuhan Sosialisasi

Kebutuhan sosialisasi meliputi keterampilan bermain, berinteraksi. partisipasi kelompok, ramah dalam bergaul,mampu menghargai orang ,bertanggung jawab pada diri sendiri serta mampu mengendalikan emosi. 6.

Kebutuhan Keterampilan Hidup

Kebutuhan Keterampilan hidup meliputi keterampilan menggunakan uang,keterampilan berbelanja dan keterampilan dalam bekerja. 7.

Kebutuhan Mengisi Waktu Luang

Kebutuhan mengisi waktu luang bagi anak tuna grahita dapat berupa kegiatan kegiatan olahraga,seni dan keterampilan sederhana seperti memelihara tanaman atau hewan. 3.

METODE CERAMAH DAN DEMONSTRASI

Rancangan Program Pembelajaran (RPP) yang akan ditampilkan merupakan modifikasi. Jika biasanya program bina diri hanya mengajarkan cara melakukan suatu kegiatan atau ketrampilan maka pada RPP kali ini dimasukkan pengetahuan tentang adab makan dan minum. Perlu ditekankan dalam penggunaan media pembelajaran harus menggunakan media yang benar-benar nyata. Jika guru mengajarkan konsep apel maka guru harus benar-benar menunjukkan buah apel. Rancangan Program Pembelajaran Pokok Bahasan

: makan dengan tangan.

Kelas/ Semester

:I/I

Alokasi Waktu

: 2×35 menit.

Standar Kompetensi

:

Memahami cara makan sesuai adab makan Islami. Kompetensi Dasar

:

Dapat melakukan makan dengan tangan. Indikator

:

Anak mampu makan dengan tangan. Tujuan Pembelajaran

:

Anak diharapkan: - Makan mandiri tanpa bantuan orang lain. - Mengetahui makan sesuai dengan adab makan Islami. - Membiasakan makan sesuai dengan adab makan Islami. Materi

:

Makan dengan tangan. Metode

:

Materi dan Demonstrasi. Media

:

- Meja makan. - Makanan yang tidak berkuah. (Nasi dan telor mata sapi dan Tempe goreng). - Mangkuk pencuci tangan. - Serbet untuk mengelap tangan. Langkah-Langkah Pembelajaran Tahap Awal

:

:

- Apersepsi. - Berdoa bersama. - Mengkondisikan anak untuk kegiatan belajar makan. Tahap Inti

:

- Duduk di meja makan. - Mencuci tangan ke dalam mangkuk. - Membaca Bismillah.

- Mengambil lauk dari yang terdekat ke piring. - Mengambil nasi dengan lauk lalu memasukkan ke dalam mulut. - Makan harus habis dan piring harus bersih. - Membaca Hamdallah. - Menjilati jari jemari. - Mencuci tangan. - Mengelap tangan dengan serbet. Tahap Akhir

:

- Berpesan pada siswa agar mempraktekkan di rumah. - Menutup dengan doa. Inilah contoh modifikasi program bina diri dengan memasukkan adab makan dan minum Islami. program dilakukan secara bertahap. Jika pada program ini hanya diajarkan ketrampilan makan menggunakan tangan maka selanjutnya menggunakan sendok, makan makanan berkuah dan seterusnya. Sesuai dengan prisnsip pembelajaran mulai dari yang mudah ke yang sulit. Metode Modelling

:

Metode ini akan mengantarkan anak memiliki keterampilan atau pengetahuan tertentu dari model yang ditiru sebelumnya. Dengan adanya suatu model untuk dijadikan contoh biasanya suatu keterampilan atau pengetahuan lebih dipahami atau bahkan bisa menimbulkan ide baru. Pemodelan ini tidak selalu oleh guru, bisa oleh siswa atau media yang lainnya. Metode Modelling sangat mudah untuk dilaksanakan di dalam ruang kelas. Metode ini menunjukkan bahwa guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang oleh guru dengan melibatkan siswa, sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk belajar karena model yang dihadirkan guru lebih variatif.Siswa juga tidak mudah bosan karena siswa dapat belajar dari sumber yang bermacam-macam tidak hanya dari satu guru saja. Metode tersebut juga sangat efektif, dan mampu memacu kreatifitas guru dan siswa. Pembelajaran di kelas menjadi lebih menyenangkan dan lebih berkesan Pokok Bahasan

: Latihan mengancing baju

Standar Kompetensi

: Memahami cara mengancing baju

Kompetensi Dasar

: Dapat mengancing Baju

Indikator

: Anak mampu mengancing baju

Tujuan pembelajaran mandiri

: Anak diharapkan dapat mengancing baju secara

Materi

: Mengancing Baju

Metode

: Modelling

Media

: Baju/kemeja

Langkah-langkah Pembelajaran Tahap awal -

: - Apersepsi

Mengkondisikan anak untuk latihan mengancing baju

Tahap inti model di depan

:- Guru memilih salah satu siswa untuk dijadikan

Kelas dan mengajak para siswa lainya menirukan apa yang Dilakukan model.: -

Langkah pertama yaitu memasukkan lengan terlebih dahulu

Kedua,minta model menarik dua ujung bawah baju sehingga mempermudah mengancing baju -

Ajak siswa lainnya untuk mengikuti model

Memulai mengancing baju dari bawah keatas agar tidak ada kancing yang tertinggal untuk dipasang Tahap Akhir senantisa

: - Memberikan semangat pada siswa untuk - Melakukannya sendiri dirumah

4. ANALIS TUGAS Analisa tugas adalah tehnik memecahkan suatu tugas atau kegitan menjadi langkah-langkah kecil yang berurutan dan mengajarkan tiap langkah itu hingga anak dapat mengerjakan seluruhnya, Analisa tugas merupakan salah satu teknik mengajar yang baik sekali digunakan untuk mengajar anak tuna grahita. Dalam perencanaan analisa tugas, harus disesuaikan pula dengan tingkat kecerdasan anak tunagrahita. Untuk anak tunagrahita ringan dibuat lebih sederhana dibanding anak tuagrahita sedang. Untuk anak tunagrahita berat analisa tugasnya dibuat serinci mungkin sehingga memerlukan waktulebih banyak. Menurut Suhaeri, HN (2005) ada tiga macam analisis terhadap bahan yang akan diajarkan, yaitu: a.

Analisis tugas rincian

Analisis tugas rincian ini tugas dipecah menjadi satuan subtugas berdasarkan perbedaan satu sama lain. Contoh : dalam menggosok gigi, membedakan sub-sub. Seperti : menggosok gigi bagian luar gigi rahang kanan,menggosok bagian dalam gigi rahang kiri dan lain sebagainya.

b.

Analisis tugas alur

Analisa tugas alur pun dirinci tas sub-sub yang lebih kecil tetapi dengan meletakkan penekanan pada urutan-urutan sub-sub satu sama lain. Contoh : mengenakan kaos kaki

Masukkan jari kaki ke mulut kaos kaki

Dekatkan ujung kaos kaki ke jari kaki

Tarik mulut kaos kaki ke betis

Rapikan

Latihkan sub tugas terakhir (no 4 ) berkali-kali sampai mahir, kalau sudh mahir latihkan ke tugas sebelumnya (no 3), demikian seterusnya sampai nomor 1. Selama anak belum mahir dalm salah stu sub tugas, sub-sub tugas sebelumnya dilakukan dengan bntuan sepenuhnya oleh pelatih. Sedangkan sub-sub tugas yang sudah dikuasai dilakukan sepenuhnya oleh anak. c.

Analisis tugas generalisasi

Analisis tugas ini digunakan untuk tugas-tugas yang terdiri atas beberapa prinsip. Contoh : pada pelajaran matematika tentang penjumlahan 16 tambah 7 cara ke bawah harus dikuasai prinsip satuan lurus dengan satuan (6 dan 7), belasan lurus dengan belasan (bilangan sepuluh dari 7+6). Setelah cara ini dikuasai siswa baru siswa disuruh mengerjakan penjumlahan : 16 Sedangkan pada mata pelajaran bahasa Indonesia dalam merinci tiga kata atau lebih pada satu kalimat, kata-kata itu dipisahkan oleh koma. Contoh : rapat itu dihadiri Kepala Sekolah, Guru, Komite, dan Karyawan. Sedangkan langkah-langkah pembuatan analisa tugas adalah : -

Identifikasi : mengidentifikasi ketrampilan/kegiatan yang akan dilatihkan

Tentukan tujuan yang akan dicapai : menentukan tujuan sesuai dengan kegiatan yang sudah dipilih -

Tentukan target Apa yang harus dikuasai anak pada akhir program :

· Tentukan jumlah langkah yang penting bagi anak tertentu, mungkin untuk anak ada langkah yang dihilangkan · Tentukan titik awal dimana dimulai. Akan membuang waktu bila kita mengajarkan ketrampilan yang sudah dikuasai anak ·

Tentukan beberapa kali pertemuan, untuk menyelesaikan tugas

·

Tentukan apa yang akan dicapai anak dalam setiap kali pertemuan.

Strategi Pembelajaran Program Khusus Bina Diri Bagi Anak Tunagrahita A.

A. Pendahuluan

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru beraneka ragam. Ada guru yang memulai kegiatannya dengan menunggu pertanyaan dari siswa, ada yang aktif memulai dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa, ada pula yang mulai dengan memberikan penjelasan materi yang akan diuraikan, dan ada yang memulai dengan mengulangi penjelasan tentang materi yang lalu, dikaitkan dengan pelajaran yang baru. Sebagian, ada yang melanjutkan dengan kegiatan menjawab dengan pertanyaan siswa, membentuk kelompok diskusi atau menggunakan program kaset untuk didengarkan bersama. Biasanya, kegiatan pembelajaran itu ditutup dengan tes atau rangkuman materi yang telah dijelaskan. Setiap guru mempunyai cara sendiri untuk menentukan urutan kegiatan pembelajarannya. Setiap cara dipilih atas dasar keyakinan akan berhasil menggunakannya dalam mengajar. Pemilihan cara mengajar mungkin didasarkan atas intuisi, kepraktisan, atau mungkin pula atas dasar teori-teori tertentu. Bagi seorang guru, kemampuan menyusun strategi pembelajaran merupakan modal utama dalam merencanakan kegiatan pembelajaran secara sistematis. Apa yang akan diajarkannya bukan saja harus relevan dengan kebutuhan

peserta didik dan tujuan pembelajaran. Melainkan juga harus dapat dikuasai, dimiliki dengan baik oleh peserta didik yang diajarnya. Di samping itu, kegiatan pembelajaran juga harus menarik dan bervariasi. Bagi seorang pengelola program pendidikan, kemampuan menyusun strategi pembelajaran sangat bermanfaat dalam menetapkan materi pelajaran, media, dan fasilitas yang dibutuhkan serta dalam menyarankan penggunaan metode pembelajaran yang lebih tepat kepada guru. Sedangkan bagi guru sebagai pengembang pembelajaran, kemampuan tersebut merupakan tulang punggung dalam menyusun bahan ajar atau membuat prototipe sistem/model pembelajaran. B. Pengertian Strategi pembelajaran berkenaan dengan pendekatan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran untuk menyampaikan materi atau isi pelajaran secara sistimatis, sehingga kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai/dimiliki oleh peserta didik dan dapat berlangsung secara efektif dan efesien. Untuk itu di dalam strategi pembelajaran terkandung empat unsur/komponen sebagai berikut : 1. Urutan kegiatan pembelajaran, yaitu urutan kegiatan guru dalam menyampaikan isi pelajaran kepada peserta didik dan kegiatan peserta didik dalam merespons materi; 2. Metode pembelajaran, yaitu cara guru mengorganisasikan dan menyampaikan pelajaran, materi pelajaran dan mengorganisasikan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran 3. Media pembelajaran, peralatan dan bahan pembelajaran yang digunakan guru dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. 4. Waktu yang digunakan oleh guru dan peserta didik untuk menyelesaikan setiap langkah dalam kegiatan pembelajaran; Dengan demikian, strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, metode pembelajaran, media dan bahan pelajaran, serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan perkataan lain, strategi pembelajaran dapat pula disebut sebagai cara sistimatis dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Strategi pembelajaran berkenaan dengan bagaimana (the how) menyampaikan isi pelajaran. Rumusan strategi pembelajaran lebih dari sekedar urutan kegiatan dan metode pembelajaran saja. Di dalamnya terkandung pula media pembelajaran dan pembagian waktu untuk setiap langkah kegiatan tersebut. C. Komponen Strategi Pembelajaran Secara keseluruhan strategi pembelajaran terdiri dari empat komponen utama, yaitu : 1. Urutan kegiatan pembelajaran Komponen Utama yang pertama, yaitu urutan kegiatan pembelajaran mengandung beberapa komponen, yaitu pendahuluan, penyajian dan penutup. Komponen Pendahuluan terdiri atas tiga langkah sebagai berikut :

a. Penjelasan singkat tentang isi pelajaran. b. Penjelasan relevansi isi pelajaran baru dengan pengalaman peserta didik, dan c. Penjelasan tentang tujuan pembelajaran. Komponen Penyajian juga terdiri atas tiga langkah, yaitu : a. Uraian b. Contoh dan c. Latihan. Komponen penutup terdiri atas dua langkah sebagai berikut : a. Tes formatif dan umpan balik dan b. Tindak lanjut. 2. Metode pembelajaran Komponen Utama yang Kedua, yaitu metode pembelajaran, terdiri atas berbagai macam metode yang dapat digunakan dalam setiap langkah pada urutan kegiatan pembelajaran. Setiap langkah tersebut mungkin menggunakan satu atau beberapa metode, tetapi mungkin pula beberapa langkah menggunakan metode yang sama Metode pembelajaran harus mampu menghantarkan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran dengan cara-cara yang tepat sehingga memberi kemudahan peserta didik dalam belajarnya. Selain itu fungsi metode dalam pembelajaran akan optimal apabila di dalam penggunaannya mampu memberikan kesenangan atau kegembiraan bagi peserta didik. 3. Media Komponen Utama yang Ketiga, yaitu media pembelajaran, berupa media cetak, dan atau media non cetak seperti misalnya media Audio Visual yang dapat digunakan pada setiap langkah kegiatan pembelajaran, seperti halnya penggunaan metode pembelajaran, mungkin beberapa media digunakan pada suatu langkah atau satu media digunakan untuk beberapa langkah kegiatan pembelajaran 4. Bahan pelajaran 5. Waktu yang digunakan pengajar.

tugas bina diri anak berkemampuan mental rendah PRAKTEK BINA DIRI ABMR MEMAKAI BEDAK DI SLB NEGERI SURAKARTA Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah bina diri anak berkemampuan mental rendah yang diampu Oleh Drs. Gunarhadi, M. A dan Dra. Munzayanah, M.Pd

Disusun Oleh : Nama NIM

: :

Dewi Ekasari Kusumastuti K5109011

PENDIDIKAN KHUSUS ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2010 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah yang berjudul Praktek Bina Diri Memakai Bedak di SLB Negeri Surakarta. Keberhasilan dalam penulisan makalah ini berkat bimbingan, arahan dan dorongan yang diberikan oleh berbagai pihak kepada penulis. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1) Dosen mata kuliah Bina Diri Anak Berkemampuan Mental Rendah yang telah membimbing dan memberi dukungan 2) Temen teman dari Pendidikan Luar Biasa 2009 yang telah membantu dan memberi dukungan 3) Semua pihak yang telah bekerja sama dan membantu dalam penulisan makalah yang berjudul Praktek Bina Diri Memakai Bedak di SLB Negeri Surakarta . Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai bahan perbaikan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis maupun bagi pembaca serta dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Surakarta, Desember 2010 Penulis PENDAHULUAN Anak tunagrahita adalah individu yang secara signifikan memiliki intelegensi dibawah intelegensi normal. Menurut Standford-Binet Score dan Wiscr-R Score,

apabila ditinjau dari kurva normal, anak tunagrahita berada di sebelah kiri kurva yaitu pada posisi -2, dengan skor inteligensi yang merentang dari 30 sampai 78. Anak Tunagrahita seringkali mengalami kesulitan dalam Adaptive Behavior atau penyesuaian perilaku yang berarti anak tunagrahita tidak dapat mencapai kemandirian yang sesuai dengan ukuran (standard) kemandirian dan tanggung jawab sosial; selain itu juga mengalami masalah dalam keterampilan akademik dan berpartisipasi dengan kelompok usia sebaya. Tunagrahita dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok, antara lain: mampu didik (IQ 68-78 kira-kira 10 diantara 1.000 orang), mampu latih (IQ 52-55 kira-kira 3 diantara 1.000 orang), dan mampu rawat (severe- profound atau dependent) , IQ 30-40 (kirakira 1 diantara 1.000 orang). Bina diri merupakan salah satu mata pelajaran yang khusus dimasukan pada anak-anak yang memiliki gangguan mental/ tunagrahita. Pelajaran bina diri dimaksudkan agar anak dapat memiliki kecakapan diri khususnya untuk keperluan diri sendiri dapat melaksanakan sendiri tanpa menggantungkan pada orang lain. Materi bina diri yang diberikan meliputi 1) usaha membersihkan dan merapikan diri, 2) berbusana, 3) minum dan makan, 4) menghindari bahaya. Pada pembahasan kali ini, akan membahas mengenai mencari klien anak tunagrahita dan melakukan kegiatan bina diri memakai bedak pada anak tersebut di SLB Negeri Surakarta. Hal tersebut terdiri dari identitas anak & orangtua, task analysis, dan lampiran yang berisi foto mengenai kegiatan mengajarkan bina diri pada Anak tunagrahita. I.

A.

INFORMASI RIWAYAT ANAK TUNAGRAHITA

DATA ANAK

Nama

:

Meli Febriana

Jenis Kelamin

:

Perempuan

Tempat dan Tanggal Lahir

:

Surakarta, 11 Januari 1995

Agama

:

Islam

Nama Sekolah

:

SLB Negeri Surakarta

Alamat Sekolah Banjarsari

:

Jalan Cocak X Sidorejo Mangkubumen

Kelas: 4 SD

Surakarta Alamat Rumah

:

Jalan Kebalen 12 Surakarta

Jenis Kelainan

:

Tunagrahita Sedang (C Sedang)

Nama Ayah

:

Samono

( Kandung / Tiri / Angkat )

Tempat dan Tanggal Lahir

:

Surakarta, 20 Februari 1965

Agama

:

Islam

Pendidikan

:

STM

Pekerjaan

:

Wiraswasta

Nama Orangtua Ayah

: Samono

Ibu

: Indah Astuti

Alamat

: Jalan Kebalen 12 Surakarta

II.

TASK ANALYSIS MEMAKAI BEDAK

1. Guru memperkenalkan kepada murid mengenai benda-benda yang akan digunakan untuk memakai bedak, seperti bedak, spons, dan cermin. Setelah itu, murid disuruh menyentuh dan menyebutkan benda-benda tersebut. Kegiatan ini dilakukan berulang-ulang hingga murid sudah benar-benar dapat menyebutkan benda-benda tersebut dengan benar. 2. Guru memperkenalkan bagian-bagian wajah, seperti mata, hidung, pipi, dahi, & dagu. Kemudian, murid disuruh menyentuh dan menyebutkan bagianbagian wajahnya. 3. Guru menjelaskan bagian-bagian wajah yang akan dibedaki, seperti pipi kanan, pipi kiri, hidung, dahi dan dagu sambil murid disuruh menyentuh bagianbagian tersebut di wajahnya. 4. Guru memberi contoh memakai bedak, sambil murid disuruh menirukannya setahap semi setahap dan kegiatan ini dilakukan berulang-ulang hingga murid mampu melakukannya. 5.

Guru menyuruh murid memakai bedak sendiri tanpa bantuan dari guru.

6. Guru memberikan penguatan positif apabila murid berhasil melakukannya dengan benar, seperti tepuk tangan, pelukan dll. Dimaksudkan agar murid merasa dirinya mampu dalam melakukan suatu kegiatan yang dilakukan didalam kehidupan sehari hari. PENUTUP A. SIMPULAN · Bina diri merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan kepada anak-anak tunagrahita, baik anak tunagrahita ringan, sedang, maupun berat.

· Pelajaran bina diri dimaksudkan agar anak dapat memiliki kecakapan diri khususnya untuk keperluan diri sendiri dapat melaksanakan sendiri tanpa menggantungkan pada orang lain. · Salah satu materi bina diri untuk tunagrahita adalah memakai bedak. Memakai bedak termasuk dalam usaha membersihkan dan merapikan diri. Hal ini perlu dilakukan karena sangat penting untuk menjaga kelangsungan hidup dan kesehatan. B. SARAN · Diharapkan guru dalam memberikan pelatihan bina diri dengan mempertimbangkan karakteristik anak tunagrahita tersebut. · Guru harus mengoptimalkan pembelajaran bina diri ini di lingkungan sekolah, kemudian menerapkannya di masyarakat.